Tuesday, April 25, 2017

#ZLS Leave You? Impossible! Part 2

Posted by Unknown at 10:32:00 PM
Title: #ZLS Leave You? Impossible! {Part 2}

Author: @TaqqisMom @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad

Genre: Romantic

Rating: G (General)

Cast: - @zaynmalik as Zayn Malik
          - @(Yourusername) as (Your Name) / Zayn's Wife
          - Mohammed Taqqi Malik as Your Son (karangan Author)
          - @VictoriaJustice as Sophie Zughbie 
          - @OmgAdamSaleh as Amree
          - Malik's Family
          - And other boys of  @OneDirection {Louis, Liam, Niall, and Harry}

             


|Welcome to my Imagination|

Hope you like, guys ;)


~ZLS~


_Author pov_


“so, with whom?”. Sahut Louis membuka pertanyaan yang sedari tadi ditunggu-tunggu para member 1D juga Evvane.

“Zayn Malik”. Sambar sang menejer tak berlama-lama lagi.

Sontak bolamata Zayn membulat seolah akan keluar dari mata indahnya yang berubah membara, begitu terkejut akan keputusan sang menejer yang ia tau sangat keras kepala, akan sulit sekali jika ia menolaknya. Zayn tentu saja tak ingin itu terjadi, yang benar saja, ia harus melakukan adegan sepasang kekasih yang berlari-lari ditengah padang rumput hijau yang tinggi dan mereka saling membenturkan bibir mereka saat terjatuh diatas padang rumput tersebut, dan itu dengan Evvane? Siapapun orangnya, walau bukan Evvane sekali pun, Zayn tetap tak mau.

What? Kenapa harus aku? Bukankah manager kami sepakat bahwa Harry yang melakukannya? Atau, kita bisa memakai model pria juga. Kenapa aku dan.. dan kenapa..?”. Zayn mengalihkan pandangannya kearah Evvane yang masih berdecak pinggang terkejut karena ternyata Zayn yang dipilih sang menejer untuk menjadi lawan mainnya.

“Zayn ku ingatkan sekali lagi, akulah manager kalian sekarang, dan aku memutuskan kau yang akan menjadi peran utamanya. Sepertinya ide dari beberapa orang yang melihat foto kalian dahulu saat bersama, juga cara Evvane menciummu itu sangat menarik, Zayn. Maka dari itu aku memilih kalian”. Zayn terkekeh mendengar penjelasan konyol alasan kenapa managernya ini memilih dirinya, atau memilih Evvane sebagai lawannya.

Zayn terkekeh, “orang siapa? Fans kami? Aku bahkan tak pernah mendengar mereka bilang begitu, aku tau fans kami tak menginginkan hal itu, bahkan..”. Tenggorokan Zayn sedikit tercekat saat sebuah kalimat yang akan dilontarkannya, ia takut melukai perasaan Evvane yang sudah mengakui kesalahannya kala itu, saat gadis itu memaksa menciumnya dan membuat gosip heboh dengan mengaku sudah berkencan dengan Zayn, hingga terimbas pada dirimu yang begitu teriris mendengar dan melihat hal itu. Tapi, Zayn juga sudah berjanji padamu akan melupakan masalah itu dan memaafkan perbuatan nekat Evvane.

Zayn menarik nafas panjang dan menghembusakannya, “i’m sorry i can’t”. Lanjut Zayn yang merendahkan suaranya, memilih untuk langsung saja menolaknya. Ia mulai gerah dengan pembicaraan yang hampir membuatnya berapi-api ini. Ia bangkit dan berjalan keluar dari ruangan itu.

get back, Zayn! Kau menolak apa karena kau takut kembali mencintai Evvane lagi?”. Sontak Zayn terkejut dan berhenti untuk melangkah, begitu pun dengan Evvane yang tak mengira bahwa pembicaraan ini akan sampai kesini.

Zayn mendengus tertawa, ia sudah begitu muak, berusaha keras untuk tidak membuka aib gadis itu tapi manager baru yang sangat amat menyebalkan itu membuatnya meledak-ledak. Zayn memutar tubuhnya, menatap mata sang manager dengan tatapan menyidik, “aku menolak bukan karena alasan konyol seperti yang kau bilang. Siapapun gadis itu, aku tetap akan menolaknya”. Kemudian Zayn melirik kearah gadis yang berdiri tepat di belakang Miller. Sorry, Evvane”.

Zayn juga meminta maaf pada model sekaligus penyanyi cantik itu karena ia tau ini akan merepotkan gadis itu. Alangkah baiknya jika Zayn menolak permintaan Miller yang sudah menyusahkannya itu dari awal.

“Zayn! Aku belum selesai bicara!”. Miller terus mencegah Zayn untuk tidak keluar.

“kau sudah selesai dan aku menolaknya”. Zayn kembali menegaskan keputusannya sebelum ia membuka pintu dan pergi keluar meninggalkan mereka semua.

“jika kau menolaknya kau harus membayar semua kerugian yang telah aku keluarkan untuk perencanaan pembuatan Video Clip ini”. Ancam sang menejer, ancaman yang begitu serius.

“alasan apa kau memaksaku? Bukankah sudah jelas kukatakan, AKU MENOLAKNYA!”. Zayn membanting pintu pada kalimat terakhirnya. Para member 1D mulai bangkit berdiri, sementara Miller terlihat geram melihat penolakan Zayn.

“Zayn, calm down!”. Sahut Liam menghampirinya.

“jika kau tetap memaksaku, aku akan bicarakan hal ini dengan Simon. Selesai.” Lanjut Zayn.

“kau fikir Simon akan menurutimu?”. Halang Miller lagi sebelum Zayn ingin berbalik.

“of course”.

“Not, Zayn”. Jawab Miller seperdetik, ia menyunggingkan sudut bibir kanannya, berbalik mengambil handphonenya yang tergeletak diatas meja.

“kau fikir aku bodoh mengadakan rapat ini tanpa sepengetahuannya?”. Ucap Miller seraya menyapu layar ponselnya. Zayn menautkan alisnya, menunggu Pria bertubuh lebih pendek darinya itu melanjutkan kalimatnya.

Miller memberikan ponselnya pada Zayn, sementara member yang lain juga Evvane bertanya-tanya apa yang dilihat Zayn pada layar ponsel tersebut hingga membuat raut wajahnya justru tersenyum menyepelekan, bertolak belakang dengan ekspresi Liam yang sejak tadi sudah berdiri disamping Zayn nampak sedikit terkejut setelah ikut melihat layar ponsel Miller.

“kau fikir aku berhenti menolak hanya karena ini? konyol sekali”. Ucap Zayn mendengus seraya melempar ponsel itu ke hadapan Miller.

“Miller, sesampainya kita di London, kita akan menemui Simon sendiri. Kita bisa menggunakan model lain, atau Harry jika ia mau. Jadi, tidak perlu kau repot memaksa Zayn seperti ini. Ini hal mudah, tak usah kau besar-besarkan”. Ujar Liam merangkul dan menepuk-nepuk pundak Miller.

“siapa yang membesar-besarkannya? Aku hanya meminta dia untuk melakukan adegan itu dalam satu take, tidak sulit dan hanya satu kali adegan kissing. Kenapa ia bertingkah seolah aku memintanya beradegan ranjang dengan...”. Zayn berlari ke arah Miller seraya berteriak, “SHUT UP YOUR ****** MOUTH!”.

Liam menarik tubuh Miller yang kerah kemejanya tersangkut ditangan Zayn agar menjauh, sementara Zayn tertahan oleh Tubuh Louis dan Niall yang seperdetik berlari mencoba menghalanginya, “stay cold, Man. Calm down..”. ucap Lou pada Zayn.

“bisakah kalian hentikan saja omong kosong ini?”. Sahut Harry memecahkan keriuhan.

“sudah dari awal kukatakan, aku saja yang menjadi model itu, aku tidak keberatan. Aku juga akan bicarakan ini lagi pada Simon nanti”. Lanjut Harry.

“okay, menurutku itu lebih baik, Miller”. Tambah Evvane.

Mendengar keputusan itu Zayn merasa sedikit tenang, ia sudah yakin Miller telah mendapatkan solusinya. Ia melepaskan cengkraman Louis dan Niall lalu berlalu menuju pintu keluar, tanpa perduli apa tanggapan si Manager baru itu.

Akan tetapi Miller tak mau menyerah, ia mencari cara lain agar si pria beralis tebal itu mau menyetujuinya keputusannya, “aku tak bisa memperpanjang kontrakmu jika kau tetap menolaknya, Zayn”. Zayn berhenti melangkah setelah ia membuka pintu keluar.

“jika itu terjadi, bagaimana dengan rencana besarmu? Kurasa aku tak bisa lagi membantumu, Sorry”. Lanjut Miller diakhiri dengus tawa kecilnya.

Zayn masih membiarkan pintu itu terbuka sementara dirinya sudah berada diluar. Zayn terdiam sejenak, sesuatu membatin dalam hatinya, ancaman itu seolah menjadi lubang besar ditengah jembatan berlapis emas yang baru saja ia bangun, seakan lubang tersebut akan semakin membesar dan meruntuhkan jembatan emas tersebut saat ia kembali dan mengatakan pada menejer gila itu bahwa ia tetap akan menolaknya.

“apa maksudnya?”. Gumam Harry pada Louis dan Niall.

Lama Zayn berdiri diambang pintu, sementara yang lain masih berada didalam menunggu bayangan hitam itu bergerak, kembali atau pergi.

“ayolah Zayn.. jangan kau hiraukan ancaman itu, kau pasti lebih mencintai istrimu ketimbang apapun itu!”. Desis Niall yang sampai ke telinga Louis dan Harry yang berdiri dibelakangnya.

Sementara Zayn, ia menyesal karena sudah merencanakan suatu hal yang penting dalam hidupnya bersama managernya, bak terpeleset dijalanan yang sama dengan jalanan yang setiap hari ia lalui, baru kali ini ia begitu mudah percaya pada seseorang yang baru ia kenal. Sebuah rencana yang sudah terlanjur ia jalankan. Apa ia harus membatalkannya hanya karena hal sepele itu?

Zayn memejamkan matanya, perasaannya benar-benar kacau saat ini. Ia sudah menunggu hari itu datang, tapi sebuah batu besar menghantamnya, menghalangi harapan dan angannya.


~ZLS~


Tangan yang masih dipenuhi dengan tatto itu berhasil membuka kenop pintu berlapis cat hitam dihadapannya. Ia menutupnya kembali setelah ia sudah berada didalamnya, Zayn memperhatikan disekelilingnya, ruangan itu lebih sepi saat ia meninggalkannya tadi untuk menemui menejer gila itu, hanya ada dua tiga orang disana yang sedang merapihkan barang-barang. Tapi, dimana kamu dan Taqqi?

Zayn menggeledah seluruh ruangan seraya memanggil namamu. Zayn tak menemukanmu juga Taqqi, degup jantung Zayn mulai bergemuruh, perasaannya mulai tidak enak, ia bertanya pada beberapa kru yang masih sibuk merapihkan sisa-sisa barang yang ada, dan tak ada satupun dari mereka melihatmu. Tiba-tiba pintu terbuka, berhasil mencuri pandangan Zayn, namun itu tak membuat nafasnya melega, itu hanya Lou Teasdle yang menggendong Lux putrinya bersama pegawai pribadinya.

“ada apa, Zayn?”. Tanya wanita berambut ikal putih brunette itu yang menangkap wajah kekhawatiran Zayn.

“kau lihat istri dan anakku? Mereka kutinggalkan disini”. Zayn balik bertanya dengan suara yang tercekat, ia seperti takut terjadi sesuatu padamu.

“aku tadi melihatnya keluar membawa anakmu yang menangis memanggilmu”. Jelas pegawai Lou.

“kemana?”. Sambar Zayn.

“entahlah, ia pergi tepat saat kau keluar dari ruangan ini”. Zayn memejamkan mata dan menggigit bibirnya, ada sesuatu yang ia takutkan dalam hatinya. Pembicaraan panas diruang rapat tadi tiba-tiba terngiang di dalam fikirannya.

“tenanglah Zayn, ia pasti masih berada disini, kau tak usah sepanik itu, memangnya mau pergi kemana dia sampai kau terlihat ketakutan begitu?”. Ujar Lou menatap wajah Zayn dengan keanehan.

“tidak, aku hanya takut sesuatu mengganggu fikirannya dan dia..”. Zayn bicara sendiri, gambaran buruk hampir dua tahun silam itu terus berkelabat didalam kepala Zayn. Sesuatu yang seharusnya tak akan terulang lagi.

“sudah kau coba telfon?”. Usul Lou, menangkap bahwa Zayn tengah mengkhawatirkan sesuatu yang tak biasa.

Zayn mencari Handphonenya yang hampir lupa diamana ia letakkan. Kemudian menekan tombol satu untuk beberapa detik dan muncul deretan nomor serta nama Everything diatasnya. Zayn berhasil menelfonmu tapi bersamaan dengan itu suara dering telfon terdengar begitu dekat dan Zayn menghampiri asal suara itu. Sial, Zayn mengangkat jacket kulit birunya dan Handphonemu terbaring disana kelap kelip menunggu panggilan Zayn itu diangkat.

“kau sudah periksa beberapa toilet disini dan ruangan lainnya?”. Usul Lou mencoba cara lain yang mungkin bisa membuat rasa kecewa diwajah Zayn menghilang.

“belum”. Seperdetik Zayn keluar, begitu pula beberapa kru dan bodyguard 1D yang diperintahkan Lou Teasdle untuk membantu Zayn mencarimu.

Sudah hampir lima belas menit Zayn mencarimu kemana-mana, ia kembali keruang istirahat tadi dan kamu tetap tidak ada disana. Lou menghampiri Zayn dan berkata, “Zayn, Security gedung ini melihat (yn) membawa Taqqi keluar arena konser ini dengan tergesa-gesa, dan mereka semua tak tau kemana (yn) pergi”. Jelas Lou. Ini memperkuat dugaan Zayn, sekarang ia tahu dimana kamu dan mengapa kamu pergi. Tak menunggu lama lagi Zayn berlari pergi dari ruangan itu.

“Zayn! Tunggu kau mau kemana?”. Tahan Lou, pintu kembali terbuka namun bukan Zayn yang masuk, melainkan Steeve yang dibuntuti Harry, Louis, Liam dan Niall.

“Steeve kau ikut dengan Zayn, sekarang susul dia cepat!”. Perintah Lou dan Steeve langsung berlari menyusul Zayn, Zayn akan keluar dari arena maka ia tak boleh keluar sendiri jika tidak ingin dikerumuni fans-fansnya yang tak sedikit disini.

“ada apa dengan Zayn?”. Tanya Liam. Yang sama bingungnya dengan Niall, Louis, dan Harry melihat Zayn berlari keluar tergesa-gesa tadi, tanpa menghiraukan mereka yang lewat dihadapannya.

“kurasa terjadi sesuatu dengan Zayn dan istrinya”. Ucap Lou yang khawatir.

“(yn)? Zayn mencari (yn)? Memangnya kemana (yn)?”. Sambar Niall, kekhawatiran Lou menular padanya.

“ia pergi entah kemana dan Handphonenya tertinggal. Harusnya jika ia ingin keluar ia harus meminta seseorang untuk menemaninya, bagaimana jika terjadi sesuatu dengannya? Itu akan merepotkan Zayn. Kalian lihat kan?”. Oceh Lou.

“apa kau lupa? Ini Indonesia, ini negaranya, ia tak mungkin tersesat, Lou. Ia bisa pergi kemana saja yang ia mau dan kembali lagi. Ia pasti kembali lagi, hanya Zayn saja yang berlebihan”. Ucap Harry yang berhasil menenangkan Lou dan juga Niall dalam diamnya.

“ya, kulihat Zayn mengkhawatirkannya terlalu berlebihan”. Sahut Louis tertawa seraya menepuk pundak Niall yang sesaat melamun.

“itu karena ia sangat mencintai (yn), bodoh”. Ucap Liam meralat ucapan Harry dan Louis.

“tapi kemana Zayn akan mencarinya? Dan kemana (yn)?”. Ucap Niall yang lebih kepada bertanya pada dirinya sendiri. Sementara yang lain hanya menggeleng dan mulai berkemas untuk pindah ke hotel mereka.


~ZLS~


Lelah matanya, cukup banyak kali ini air mata perih itu keluar. Dinginnya malam hari dan sejuknya kendaraan ini memaksanya untuk menikmati itu dengan memejamkan matanya. Mungkin saat ia membuka mata, tawanya akan kembali lagi.

Kamu menarik nafas panjang dan menghembuskannya, sudah sama lelahnya dengan bayi laki-laki dipangkuanmu yang kini sudah terpejam sempurna, melihat matanya yang merapat karena lelah menangis membuatmu tenang. Satu cup yogurt memang sangat cukup untuk membuatnya berhenti menangis.

“ya, Pak. Berhenti disini”. Ucapmu pada seorang supir taksi yang mengantarmu kembali ke arena konser Tennis Indoor Senayan.

“iya, neng”. Sang supir menepikan taksinya. Kamu membayar argonya kemudian supir taksi itu keluar untuk membuka pintu untukmu yang kualahan menggendong Taqqi dan membawa sekantug belanjaanmu.

“terima kasih, pak”.

“iya, Neng. Sama-sama”.

Kamu berjalan masuk kedalam, keheningan hampir menyelimuti tempat ini. Tempat ini jauh lebih sepi dari sebelumnya, kemana keramain tadi? Hanya ada segelintir orang yang masih berlalu lalang. Kebanyakan dari mereka orang Indonesia asli, kamu hampir tidak menemukan orang-orang dengan wajah asing atau seseorang yang kamu kenali lewat disini. Waktu memang sudah menunjukkan pukul dua belas malam, dan semoga mereka atau Zayn tak meninggalkanmu sendirian. Tak ingin tersesat dijalan, kamu pun bertanya pada seseorang yang berjalan didepanmu.

“maaf, Mas. Kru dan panitia konser tadi kemana yah? Kok sepi?”. Tanyamu pada seorang pria dengan penutup masker diwajahnya.

“oh, mereka semua sudah pindah kehotel kayaknya, Mba. Tapi tadi saya denger ada satu artis yang masih ada diruang istirahat One Direction lantai dua”. Ucap pria itu yang ternyata seorang cleaning service.

Kamu tersenyum mendengar penjelasan pria itu. Zayn, ia menunggumu diruang rias, dan bodohnya kamu pergi tanpa meminta izin padanya dan meninggalkan handphonemu disana, ia pasti khawatir.

“makasi ya, Mas”.

“iya mari, Mba”.

Kamu bergegas menaiki lift menuju ruang istirahat One Direction dalam langkahmu yang tergesa-gesa namun tetap hati-hati agar tak membangunkan sikecil. Sampai dilantai dua, dua orang bodyguard didepan ruangan tersebut sedang mengobrol asyik tanpa menyadari kehadiranmu.

Kamupun langsung masuk kedalam ruangan yang pintunya terbuka lebar. Sama sepinya, hanya ada Lou yang sedang asyik dengan handphone dan juga putri kecilnya Lux. Ada seorang pria juga disana yang tidur disofa, menutupi wajahnya dengan handuk putih. Sekilas, kamu fikir itu suamimu Zayn, kemudain kamu melihat sneakers yang masih menempel dikaki pria itu.

“Niall?”. Lou menoleh kekirinya mendengar asal suaramu, dan pria yang terbaring disofa itu bangkit dengan mata yang merah mengantuk.

“astaga, (yn) kau kemana saja? Dimana Zayn?”. Pertanyaan Lou dan sejuta pertanyaan lain tiba-tiba menyerangmu. Kamu menangkap raut kekesalan di wajah Lou Teasdle yang memang sangat menyayangi semua member One Direction ini.

“aku.. aku tidak mengerti”. Ucapmu terbata-bata. Sesekali membenarkan posisi tubuh Taqqi dipelukanmu yang bergerak hampir terbangun mendengar suara Lou.

“apa? Jadi kau tidak bertemu dengan Zayn? Jadi dimana dia seka..”.

“Lou, kau bisa pulang kehotel sekarang, kau kelihatannya sangat lelah dan Lux juga”. Niall memotong, ia memanggil Bodyguard didepan ruangan itu dan menyuruh salah satu dari mereka mengantar Lou kehotel.

“jika terjadi sesuatu padanya bagaimana?”. Ucap Lou pada Niall.

tidak akan, biar aku yang urus. Sekarang kau pulanglah”. Niall mengantar Lou keluar dan kembali masuk menghampirimu yang masih berdiri kaku tak mengerti.

“dimana Zayn?”. Tanyamu saat Niall sudah dihadapanmu. Namun Niall menyuruhmu untuk duduk dan mengambil alih Taqqi yang tertidur pulas. Kamu menggendongnya dengan satu tangan dan Niall bisa merasakan bahwa tanganmu terasa kebas sangat hebat.

“aku tidak mengerti, Zayn mencarimu begitu khawatir. Kau kemana?”. Tanya Niall agak berbisik, agar suaranya tak membangunkan Taqqi yang dalam pelukannya.

Kamu jadi lebih khawatir dengan keberadaan Zayn sekarang yang kamu tak tahu ada dimana, “apa? Kenapa ia khawatir padaku? aku hanya pergi ke supermarket”. Kamu begitu menyesal telah membuat Zayn khawatir dan mencarimu sampai seperti ini.

Ada sedikit kelegaan saat Niall mengetahui bahwa kamu hanya pergi untuk berbelanja, dan ia kembali tenang, “astaga, (yn). Jadi kau hanya ke supermarket?”.

“aku membeli Yogurt untuk putraku, mini market dekat sini sudah tutup. Memangnya ada apa sampai ia cemas mencariku?”.

“tidak. Umm.. ini jacket Zayn dan Handphonemu, coba kau telfon dia”. Niall menyerahkannya padamu. Kamu langsung menghubungi Zayn namun tak ada jawaban.

“tidak aktif, apa dia pergi sendiri?”. Tanyamu.

“tidak dia bersama.. astaga, aku tidak menyimpan nomor Steeve”. Niall mengernyitkan matanya, menyadari betapa bodohnya dia.

“tapi, apa kau tahu kira-kira kemana Zayn mencarimu?”. Tanya Niall. Melihat Niall disini dan Lou Teasdle juga beberapa bodyguard baru saja, membuatmu hampir lupa bahwa sekarang kamu berada di Indonesia. Dirumahmu.

“ya, kurasa aku tahu”.


~ZLS~



To Be Continued...

0 comments:

Post a Comment

 

My Imagination Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea