Title: #ZSS {I Love You, Guys!}
Genre: Angst(maybe), Friendship
Author: @FathimHaddad501
Cast: -Zayn Malik and other boys of One direction
|Welcome to my Imagination|
Hope you like this guys ;)
~^ZSS^~
Zayn p.o.v~
Lorong gelap bersuhu amat sangat dingin, ku telusuri bagaikan seoarang tunanetra yang tak tau arah jalan, kuraba sisi dinding lorong tersebut yang merupakan bongkahan bebatuan yang dilumuri sedikit lumut basah, bergema di lorong itu dengus sesenggukanku, menahan dinginnya yang sudah berhasil menusuk tubuh hingga ketulangku.
Secercah cahaya mungil kutemukan di kejauhan dari tempatku berpijak, sedikit berlari ku hampiri cahaya itu, hingga bentuknya membesar tak lagi mungil, sungguh bahagia rasanya mendapatkan cahaya itu, hampir mendekati cahaya itu yang ternyata kebenaran dari dugaanku, sebuah lubang besar untukku keluar dari lorong mengerikan itu, akhirnya... ya akhirnya.
“zayn? Zayn... too..long”. Tertembus sesosok bayangan dari cahaya terang lubang itu, siluet yang amat ku kenal, tergopoh gopoh ia mulai mendekat.
“harry?... HARRY AWAS!!”. Bodoh aku terlambat untuk meraihnya, orang itu... iya telah berhasil menebas tangan kirinya hingga putus, dan sekarang ia menghampiriku, oh tidaak, ia mulai mendekatiku, ia mencoba membunuhku sekarang, tidak, hanya aku yang tersisa sekarang, Liam, Niall, Louis, dan Harry sudah dihabisinya, ia.. wanita berjubah hitam itu... wanita sinting itu... directionator itu... ahh.. “TIDAAAAKK!!”.
“ZAYN!!”.
Zayn p.o.v End~
Author p.o.v~
“HARRY AWAS!! tidak.. TIDAAAAKK!!”.
“ZAYN!! zayn sadarlah!”. Niall mengoyak oyakkan tubuh zayn yang gelisah dan berkeringat itu.
“Zayn.. Bangun! Ada apa denganmu? Kau mimpi buruk lagi?”. Ucap liam membantu menyadarkan zayn dari bunga tidurnya.
Mata zaynpun terbuka, wajahnya pucat pasi, hembusan nafas lega ia keluarkan dari lubang hidungnya, di lihatnya wajah ke tiga sahabat dihadapannya satu per satu yang menatap zayn cemas, karena kejadian akhir-akhir ini membuat zayn lebih sering mendapatkan mimpi buruk ketimbang mimpi indahnya.
Louis menyusul masuk membawa segelas air putih, “minumlah ini, sudah kubilang, tak usah kau fikirkan teror konyol itu, kau lihat kami? Kami tak apa-apa sampai saat ini”. Ucap lou di susul anggukan ke tiga lelaki tampan lainnya.
Dua tegukan zayn nikmati air putih itu, “aku sudah mencobanya, tapi mimpi itu yang membuatku selalu memikirkan teror itu... teror dari directionator itu..”. Keempat member 1D itu saling menatap atas ucapan zayn sekarang.
|Flashback On|
*Harry's House*
'knock.. knock!'.
“no zayn, biar aku saja yang membukanya”. Harry meletakkan gadgetnya dan beranjak ke daun pintu, zayn tersenyum mengangguk.
Louis, liam, niall dan zayn memang sedang menginap dirumah si curly boy itu sejak malam pergantian tahun ini yang mereka rayakan bersama-sama, tak hanya itu mereka juga menggunakan rumah harry sebagai tempat latihan untuk persiapan konser mereka minggu depan.
“Hooaam.. mana yang lain?”. Louis keluar dari kamar, masih dengan selimut tebal yang menutupi seluruh bagian tubuhnya, mengucek matanya kemudian duduk di sofa bersama zayn.
Bersandar disofa, zayn menjawab, “Liam mandi, niall diruang makan, dan harry sedang mem...”.
“AAHH!! AAW! TOLONG AKU! AHH!!”. Teriakan harry yang tiba-tiba memotong ucapan zayn, secepat kilat louis dan zayn menghampiri asal suara itu, tak mereka sangka apa yang telah dilihatnya sekarang, louis berlari kedalam mengambil selimutnya tadi yang ia tinggalkan setelah mendengar teriakan harry, dan zayn terpaku masih tak percaya apa yang telah ia lihat saat ini.
Louis kembali dan langsung membuntalkan selimutnya ke tangan harry yang sudah berlumuran darah, “apa-apaan kau ini?”. Omel louis pada harry.
“aku tak melakukan hal ini sendiri, bodoh!”. Jawab harry dengan wajah ketakutan hampir menangis.
“so?”.
“seseorang berjubah hitam berambut panjang lewat begitu saja dan menggoreskan pisau itu ketanganku”. Jelas harry ketakutan sambil mengatur nafasnya karena shock.
“WHAT? It's crazy!”. Ucap zayn tak mempercayainya.
“Oh my god! Apa yang terjadi padamu harr!”. Niall datang menyusul dan melihat betis tangan kiri harry yang ditutupi selimut tebal sudah tertembus darah segar.
“ah.. sial darahmu terus keluar! Aku harus bawa kau kerumah sakit sekarang juga!”. Lanjut louis, ia meminta niall untuk membantu harry memegang selimut yang masih menempel di tangannya itu dan ia kedalam untuk mengambil kunci mobil harry.
“kami ikut!”. Pinta zayn.
“no, kalian tetap disini, aku ingin merahasiakan kejadian ini, aku tak mau directioner khawatir akan hal ini, dan jika mom ku datang, jangan katakan apapun padanya, bersikaplah seperti biasa, seolah tak terjadi apa-apa”. Potong harry meminta, zayn dan niall mengerti dan mereka mengiyakannya, louis pun segera membawa harry masuk kedalam mobil.
“aku harap ini hanya lelucon”. Kata niall dengan wajah kecemasannya.
“ya”. Jawab zayn datar melihat mobil harry melaju keluar pekarangan rumahnya.
Berniat untuk kembali masuk kedalam rumah, namun dicegah niall karena ia melihat sesuatu yang aneh di bawah kaki mereka, di bawah pintu itu terdapat sepucuk amplop yang terkena tetesan darah harry tadi, zayn mengambilnya dan membuka isi amplop itu yang berupa selembar kertas yang tergores tulisan aneh bertinta darah.
“apa itu?”. Tanya niall seakan meminta zayn membacakan isi surat itu untuknya.
“apa yang terjadi?”. Tak berselang lama liam menyusul zayn dan niall masih dengan handuk yang menutupi bawah perut hingga lututnya.
“assshht”. Zayn sedang serius membaca isi surat itu yang menurutnya amat sangat konyol.
Isi surat itu.... 'konser itu akan menjadi konser terakhir kalian, aku akan membunuh kalian satu per satu, haha.. aku mencintai kalian'.
“apa ini? Apa maksudnya? Ada yang bisa menjelaskannya padaku? Zayn, niall kenapa kalian diam saja? Mana lou dan harry? Dan darah apa yang ada di lantai ini? Ada apa? Cepat katakan padaku ada apaaa??”. Tanya liam panjang lebar agak bingung dengan surat ditangan zayn itu dan kedua sahabatnya itu yang saling menatap.
~^ZSS^~
Selang beberapa hari kemudian, sesuatu terjadi lagi.......
Sore hari setelah One Direction mengisi acara sebagai bintang tamu disebuah acara televisi, mereka beristirahat sebentar di dorm manajemen syco, tiba-tiba sebuah paket datang yang diperuntukkan kepada liam, mungkin meraka semua berfikir itu hanya paket biasa dari fans, dan liam juga sangat menyukai apapun yang diberikan fansnya, tapi kali ini mungkin liam harus menarik ucapannya tersebut.
“WHAT THE HELL!! AHH!”. Teriak liam setelah melempar paket yang berupa box itu, seisi ruangan yang hanya dipenuhi member 1D tersebut kini berhenti beraktifitas dari kesibukannya masing-masing, mereka segera mengerubungi liam untuk melihat apa yang terjadi.
“apa lagi ini? Apa ini dari orang yang sama yang mengirim surat itu? Yang menggores tanganku?”. Duga harry setelah melihat sebuah sendok yang tinggal setengah badan dan di lumuri bercak darah.
“lihat ada surat dibawah sendok itu”. Ucap niall lalu mengambil dan membaca surat itu.
“Seperti inilah akan kubunuh kau liam hihihih”. Baca louis.
Zayn menyunggingkan bibirnya, “hehh.. surat konyol! Ini pasti hanya lelucon aku tau, ini pasti kejailan kalian kan?”. Tebak zayn menuduh.
“apa maksudmu? Tanganku tergores dan mendapat tiga jahitan kau bilang ini kejahilan kami?”. Ucap harry tak senang, zayn memalingkan wajahnya dan mengurut keningnya.
“shshsst.. tenanglah harry, zayn dengar, aku juga berharap ini hanya lelucon, tapiii... orang itu sudah memulai dengan berani menggores tangan harry ini sungguh perbuatan kriminal! Kita harus melaporkannya!”. Niall mencoba keluar dari ruangan, tapi louis menahannya.
“tunggu niall, mungkin zayn benar, ini hanya sebuah lelucon, lelucon dari seseorang agar kita memperhatikannya, jadi tak perlu kita gembar gemborkan, aku takut directioner khawatir pada kita, okay?”. Ucap louis.
Sekarang mereka kembali dalam kesibukannya masing-masing, tapi tanpa ada suara satu pun, mereka terhanyut dalam pikiran yang sama, yaitu Teror konyol itu.
~^ZSS^~
Dua hari berikutnya, dirumahnya, zayn tak seperti biasanya yang selalu ceria, itu membuat momnya khawatir dan bertanya padanya, “zayn, terjadi sesuatu? Kulihat kau termenung sedari tadi, dan akhir-akhir ini kau suka mengigau saat tidur, apa yang kau fikirkan?”. Tanya mom trisha.
Zayn sadar dari lamunannya lalu merangkul mom trisha yang sudah disebelahnya, “ah, benarkah? Tidak apa-apa mom, hanya terjadi sedikit masalah akhir-akhir ini, tapi pasti akan teratasi dengan cepat, kau tak perlu mengkhawatirkan ku”. Ucap zayn tersenyum meyakinkan.
“jangan terlalu difikirkan hingga nanti akan membuatmu sakit, okay?”.
“okay”. Akhir zayn dan memeluk momnya.
'drrt..drtt..'. Hp zayn bergetar tanda panggilan masuk, “aku angkat ini sebentar” . Ucap zayn pada momnya.
“hallo?”.
“Zaynzayn! Please come here, my home.. please..”. Suara niall diseberang terdengar lirih ketakutan.
“ada apa denganmu?”.
“PLEASE NOOW!!”.
“okay”.
~^ZSS^~
Zayn keluar dari mobilnya, dan belum sampai di depan rumah niall sudah nampak ketiga sahabatnya berdiri juga duduk di luar pintu melihat apa yang zayn lihat dari kejauhan sekarang, “apa ini?”. Tanya zayn pada liam, harry dan louis.
“apa lagi? Orang yang sama yang telah menggores tanganku dan memberikan liam setengah sendok aneh itu”. Jawab harry yang berjalan mundar mandir gelisah.
“sudahlah harr, kenapa kau jadi setegang ini? It's just...”.
“lelucon? Kau bilang ini hanya lelucon lagi?”. Harry memotong ucapan louis dan memukul sebuah boneka yang menggantung di pintu, tepatnya boneka badut setinggi setengah meter dengan rambut blonde, mata yang tercongkel sebelah dengan bercak darah, dan robekan di bagian perut hingga kapas didalamnya terlihat, kapas yang berwarna bak darah segar.
“dimana niall?”. Tanya zayn.
“dia masih didalam tak mau keluar sampai ini disingkirkan, kau tau dia takut badut bukan?”. Jawab liam mencabut boneka badut itu yang begantung di daun pintu.
Kini zayn mulai merasa ini sungguh sebuah ancaman, zayn takut orang itu tak main-main dengan ini, bagaimana jika surat pertama itu benar ia lakukan? Bagaiman dengan ketiga sahabatnya yang sudah mendapatkan teror satu persatu ini? Zayn nampak cemas karna mereka yang sudah mendapatkan teror ini nampak tertekan.
“Sebaiknya kita menginap dirumah niall hari ini, kita tenangkan niall”. Saran zayn.
“ide bagus zayn, lagi pula lusa konser kita, kita butuh latihan lagi”. Sambung louis mengiyakan.
|Flashback Off|
Author p.o.v End~
Zayn p.o.v~
“ZAYN!! zayn sadarlah!”. Suara niall menarikku dari alam bawah sadarku.
“Zayn.. Bangun! Ada apa denganmu? Kau mimpi buruk lagi?”. Dilanjut suara liam yang berhasil membangunkanku dari mimpi buruk, kuusap seluruh bagian wajahku yang berkeringat, ku hembuskan nafas lega saat ku lihat wajah ke tiga sahabatku, karena kejadian akhir-akhir ini membuatku lebih sering mendapatkan mimpi buruk ketimbang mimpi indah.
Louis menyusul masuk membawa segelas air putih, “minumlah ini, sudah kubilang, tak usah kau fikirkan teror konyol itu, kau lihat kami? Kami tak apa-apa sampai saat ini”. Ucap lou.
Ku genggam gelas itu dan kuteguk air putih itu, “aku sudah mencobanya, tapi mimpi itu yang membuatku selalu memikirkan teror itu... teror dari directionator itu..”. Tuduhku.
“dengar zayn, kita hanya memiliki directioner, tak ada istilah directionator, anti one direction atau sebagainya, ingat, kita hanya punya directioner yang mencintai kita”. Ralat liam.
“ya, liam benar, dan directioner ada bukan untuk menjaga kita dari ancaman atau bahaya apapun yang menimpa kita, tapi kitalah yang harus menjaga mereka dari hal itu semua, dan aku juga tak setuju ada istilah directionator, directioner ya directioner! Tak ada yang lain lagi, okay?”. Sambung louis kepada kami.
Merasa perkataanku salah aku meminta maaf pada mereka, “yea, sorry, you right guys”. Mungkin perasaan takut dari mimpiku dan juga teror konyol itu yang membuatku berfikir negative.
“okay, sekarang kita lupakan teror konyol itu, kau juga harr, anggap goresan itu hanya kecelakaan, kita harus fokus pada konser itu, okay?”. Lanjut lou, dan harry mengangguk pasrah.
“zayn bersihkan tubuhmu sekarang, ikut aku mengambil beberapa berkas track list untuk konser kita besok yang tertinggal di studio”. Ucap lou menarik tubuhku agar bangkit dari ranjang.
“okay..okay..”. Jawabku sambil mengulat.
~^ZSS^~
Selesai mandi ku ambil kunci mobilku, “ kau makan dulu zayn, kau belum sarapan, biar aku yang menyiapkan mobilnya”. Cegah lou dan mengambil kunci itu dari tanganku dengan cepat, lagi pula aku memang sangat lapar sekarang, dan kuhampiri meja makan yang sudah ada liam juga niall menikmati sarapannya, dari belakang harry memberiku sepiring roti lapis untukku makan, “aku yang membuatnya”. ucap harry mengedipkan sebelah matanya, disambung tawa tanpa suaraku mengisyaratkan bahwa memang dialah yang diandalkan untuk membuat sarapan jika kami hanya tinggal berlima dirumah.
“zaaaaayn!... sudahkah kau selesaikan sarapanmu? Ayo jalan!”. Teriak louis dari luar saat aku melahap bagian terakhir roti lapisku, lalu aku berlari keluar rumah niall.
“biar aku yang membawa mobilnya”. Ucap lou yang dengan cepat sudah memasuki mobilku dan diam adalah jawaban 'ya' ku.
Biasa, dalam perjalanan didalam mobil jika lou bosan ia akan menyetel musik, dan kami juga bersenda gurau, bercanda, tanpa ingat masalah yang kami hadapi belakangan ini, sungguh hebat memang jika kami melupakan masalah itu sehari saja, tapi si peneror itu seolah tau kami berhenti memikirkan hal itu, tanpa kami duga sesuatu terjadi lagi, sesuatu yang mungkin dapat mengancam nyawaku juga louis saat ini juga...
“zayn.... remnya..”. Kulihat kaki lou menginjak pedal rem mobilku berkali-kali.
Tubuhku lemas seketika, mataku seperti ingin terpejam saat ini juga, kepalaku sudah mulai pusing entah kenapa, kepalaku sudah ku gelengkan berkali-kali, tawa tadi yang kukeluarkan bersama lou akan berubah menjadi teriakan sepertinya, “o my god... apa ini... orang itu?”. Tuduhku lagi.
“zayn.. kita harus menabrakkan mobil ini ke pohon disana, aku tak mau ada korban lain atau kita menabrak pejalan kaki”. Louis tak punya pilihan lagi, akupun juga begitu, entah kepalaku pusing lebih dulu sebelum louis ingin menabrakkan mobilku ini pada pohon itu.
Tapi aku tak perduli akan mobilku, melainkan louis, ia akan menabrak pohon yang berada disisi kiri yang artinya lou akan lebih beresiko terluka dibanding aku, “what? Tapi kaulah resiko terbesarnya lou!”.
“sudah tak ada waktu zayn”.
“AAA..hh..”. Tak tau bagaimana tabrakan itu, aku terpejam lebih dulu dan lemas, tak tau lagi apa yang terjadi, tak tau bagaimana kondisi lou sekarang, apa dia luka? Atau.... tidak, JANGAN!
~skip~
Lorong gelap, aku dilorong gelap ini lagi, kenapa disini lagi? Tapi aku sedang tidak berdiri, aku duduk, duduk disebuah bangku mobil? Mobilku? Kulihat kesamping kiriku, LOUIS! Kepalanya menmpel pada setiran itu, pelipisnya robek dan mengeluarkan banyak darah, oh tidak apa yang harus kulakukan? Meminta pertolongan? Tapi.. dimana aku? Sangat gelap disini, aku mencoba untuk menyalakan lampu sen depan, dan betapa terkejutnya aku, jantungku berdetak seribu kali cepat bahkan, sesosok bayangan berjubah hitam menutupi wajahnya dan rambut menjuntai keluar menutupi lehernya sudah berada tepat didepan mobilku.
Ia melengser kekiri, ke arah louis, oh tidak, aku harus menyadarkan lou cepat-cepat, tapi itu sangat berat, tangan ku seperti terpaku, orang itu berhasil membuka pintu sebelah kiri, dan ia menarik tubuh louis yang tak berdaya keluar, dengan sepenuh tenagaku ku lawan rasa kaku ditanganku, dan aku berhasil menahan tangan kanan louis, kami saling tarik menarik tubuh lou, aku tak tahan dengan semua ini sebenarnya melihat lou yang tak berdaya ku tarik dan ku koyakkan tubuhnya, tapi aku mohon sadarlah lou sadarlah.. sadarlah.. “AAAAHHH.....”.
~^ZSS^~
“AAAAHHH.....”.
“zayn, ZAYN! Kau sadar? Kau sudah sadar? Syukurlah”. Aku membuka mataku, lagi-lagi hanya mimpi, dan louis, kecelakaan itu, ku harap itu juga bagian dari mimpi burukku.
“apa yang terjadi?”. Tanyaku, Aku meremas kepalaku kuat-kuat.
“zayn, sekarang kau di backstage, beberapa menit lagi konser kita dimulai”. Jawab harry berdeku lutut disamping sofa yang telah kutiduri entah sejak kapan.
“apa? Tapi.. berarti..”.
“ya, kemarin kau dan lou kecelakaan, dan kau pingsan hingga saat ini, tadinya pihak management kita berniat untuk membatalkan konser ini karna kondisi kalian, tapi aku liam dan harry sepakat tidak akan mengecewakan directioners ini, jadi kami lanjutkan konser ini”. Jawab niall
“lalu bagaiman dengan louis? Dia baik-baik saja bukan?”. Tanyaku lagi amat sangat khawatir.
“louis dirawat, dia juga belum sadar, karna dia mendapat luka parah”. Ungkap harry lemas.
“apa?”. Sangat menyesal rasanya aku tak menghalanginya untuk menyetir saat itu, jika tidak, mungkin ia akan baik-baik saja saat ini sepertiku sekarang.
“ya, dan kami membawamu kesini karna kami fikir kau hanya pingsan dan akan cepat sadar hingga kita bisa melanjutkan konser itu bersama, tapi jika keadaanmu masih belum stabil, sebaiknya kau istirahat disini zayn”. Sambung harry
“bagaimana dengan surat pertama teror itu?”. Ingatku, tak ingin sebenarnya mengingatkan hal itu pada mereka, tapi, bagaimana jika itu benar terjadi, bagaimana jika kami akan terbunuh satu persatu oleh si peneror konyol itu, mungkinkah kami harus membuat strategi untuk melawannya.
“dengar zayn, kita akan tetap menghibur mereka directoner yang ada diluar sana, bahkan sampai mati pun, aku rela bersama mereka, bukankah kedengarannya menjadi menarik? Biarpun kita akan mati setelah konser ini, itu akan lebih baik, karena kita mati setelah menghibur mereka, bernyanyi bersama mereka, dan membuat mereka bahagia”. Ucap liam bijak, membuatku tertegun pada ucapannya, entah mengapa ia bisa sepasrah ini.
“ayo guys! Sudah saatnya”. Sahut niall, dan liam juga harry menyusul untuk keluar panggung itu.
“tunggu! Kalian member one direction bukan?”. Tahanku.
Kulihat mereka saling menatap satu sama lain aneh, bahkan niall mengerutkan alisnya tanda tak mengerti maksud ucapnku, “lalu bagaimana denganku?”. Sambungku dan melempar senyuman pada mereka, dengan cepat mereka membalas senyumku, “ookay bradfordbadboi..”. Ucap harry meraih tanganku.
“zayn, tunggu!”. Seorang stuf menahan langkahku, juga liam harry dan niall.
“ada surat untukmu, seseorang berjubah hitam begitu saja memberikan ini padaku”. Sontak mata kami berempat bertemu, stuf itu memberikan ku amplop kecil dan pergi.
Kubuka surat itu perlahan yang sudah kutebak ini surat ancaman, ancaman untukku...
'KNIFE'. Isi surat itu, dengan tinta darah sudah pasti.
“knife? Apa maksudanya?”. Sahut harry.
“i don't know, sudah lupakan, ayo guys”. Ucapku masa bodoh, dan kuremas surat itu sebelum aku membuang nya.
~^ZSS^~
*On Stage*
'........ Tell me i'm a screwed up mess~ that i never listen, listen~
Tell me you don't want my kiss~ that you need your distance, distance~
Tell me anything but don't you say he's what you're missing, baby~
If he's the reason that you're leaving me tonight~
Spare me what you think and~ Tell me a lie~
Tell me alie~
Tell me alie~
Tell me alie~
Tell me alie~~'
Sudah beberapa lagu kami lantunkan, tanpa kehadiran louis, miris bukan? walaupun sesekali mereka meneriakkan nama lou, directioner terlihat have fun, hingga mampu membuatku melupakan surat tadi, liam mengambil alih suara sekarang, “okay, now, kami akan mengajak satu dari kalian untuk bernyanyi bersama kami, disini, di panggung ini!”
“AAAAAA....”. Teriak para directioners kami.
“setangkai bunga ini akan ku lempar, dan kalian yang mendapatkannyalah yang beruntung dapat bergabung bersama kami disini, daaan.. kalian serahkan bunga ini pada salah satu dari kami, ready?”. Jelas liam pada mereka.
“YEAAAH”.
Dan liam mulai menghitung, “okay, one.. two..”.
“zayn, bisa kau pegang mic ku sebentar? Tali sepatuku lepas”. Niall mencolekku dari belakang untuk meminta bantuanku, “okay”.
“THREE!”.
“selesai, thanks zayn”. Dan kuserahkan kembali micnya, “okay”.
“ohh.. no..”. Niall sangat melamban mengambil mic itu dari tanganku, karena tatapannya terpaku oleh sesuatu, akupun ikut terseret oleh arah tatapannya, sial!
“kuharap itu bukan dia”. Ucap liam memalingkan wajahnya padaku.
Entah tubuhku saja atau mereka juga yang gemetaran sekarang, sesosok manusia berjubah hitam dengan tudung menutupi kepala hingga setengah wajahnya perlahan-lahan menaiki panggung untuk menghampiri kami, orang itu, apa ia yang selama ini meneror kami? Apa ia yang telah mengirim kata 'knife' dalam surat tadi untukku, sudah pasti 'ya', tangan kirinya yang tertutup lengan jubah itu menjuntai keluar setangkai bunga yang liam lemparkan tadi, dan tangan kanannya... tak terlihat, aku tak bisa melihatnya.
Ayolah zayn, sadarlah, kali ini pasti kau mimpi buruk lagi! Orang itu menghapiri kami, tepatnya iya mulai mendekatiku, semakin dekat aku bisa melihat kilau yang keluar dari tangan kanannya, oh tidaak itu... itu.. that's a KNIFE!
Orang itu sudah berdiri tegak tiga puluh senti dari hadapanku, liam hanya diam berdiri disampingku, setelah ia bicara panjang lebar tadi, ia tak mengeluarkan sepatah katapun lagi, begitupun dengan ku, niall dan harry, hanya teriakan para directioners yang terdengar karena berfikir orang yang ada dihadapanku saat ini adalah lucky directioners.
Tangan kiri orang itu terangkat perlahan, sesaat aku sedikit terkejut, bagaimana tidak, aku melihat pisau itu di tangan kanannya, yatuhaan matilah aku sekarang.
Kuambil tangkai bunga itu, dengan cepat orang itu mengeluarkan pisau dari tangan kanannya, aku sempat terlonjak namun tetap di tempatku berpijak, kudengar teriakan directioners yang semakin mengencang setelah mereka melihat pissau itu keluar bebas menghirup udara.
“siapa kau?”. Kuberanikan diri menanyakan hal itu, walaupun setengah mati aku menahan rasa ketakutan itu saat ini.
Kemudian keluarlah suara si manusia berjubah itu, yang kufikir ia perempuan tapi suaranya yang sedikit berat membuatku yakin bahwa ia seorang laki-laki, tapi sepertinya amat sangat ku kenali suara itu, “sudah saatnya kau potong kue di belakangmu itu...”. Mataku membulat sempurna sekarang, orang itu membuka tudungnya dan membuatku yakin dialah pemilik suara ini,“...aku sudah lapar”.
“LOUIS?”. Ucapku tak menyangka sama sekali, dan ia tersenyum tak berdosa padaku, dan aku baru sadar karena sedari tadi aku terpaku pada sosok berjubah tadi sampai-sampai aku tak menyadari ternyata liam masih menggenggam setangkai bunga yang sama dengan yang ku genggam saat ini, juga niall dan harry tak ada di sampingku lagi, mereka dibelakang menderek meja yang diatasnya terdapa kue tart bertingkat, juga directioners yang sudah memamerkan ucapan 'Happy Birthday' dengan poster, dan segala macamnya untukku.
“Kalian fikir ini lucu? Ini sama sekali tidak lucu!”. Ucapku lirih, membuang setangkai bunga tadi sebelum akhirnya meninggalkan panggung itu juga mereka berempat dan kembali ke backstage.
Aku marah? Ya, pasti. Aku tak menyangka mereka adalah dalang dari semua ini, melakukan hal sekonyol ini hanya untuk memberiku surprise ulang tahunku, ini sungguh berlebihan! Mereka hampir membuatku jantungan!.
Aku duduk disofa menutup mata dengan tanganku, “zayn.. dengar, maafkan kami, kami tau kami berlebihan, tapi sungguh kami tak bermaksut membuatmu takut”. Ucap niall menyusulku, juga liam harry dan louis dibelakangnya.
“kau fikir aku takut? Ya aku takut! Aku takut terjadi sesuatu pada kalian! Tapi.. kalian.. ahh..”. Ucapku yang kecewa karena ternyata teror itu benar buatan mereka semua, teror yang menakutiku sampai terbawa kedalam mimpiku itu perbuatan mereka.
“okay zayn, kami mengaku kami berlebihan, kami kekanak-kanakan, kami terlalu konyol, tapi kami melakukan ini hanya untuk memberikan sesuatu yang tak akan pernah kau lupakan dari kami diulang tahunmu ini, hanya kami tau kami melakukannya dengan cara yang salah”. Ucap liam duduk disampingku menpuk pundakku, dan aku tetap dengan wajah ketidak sukaanku pada perbuatan mereka yang berlebihan.
“ya, dan akulah yang pantas mendapatkan tumpahan amarahmu, karena aku otak dari semua ini, maafkan aku zayn”. Sambung louis mengakui.
“tidak, aku juga”. Ucap harry
“aku juga”. Niall.
“ aku juga zayn”. Juga liam.
Aku membuang muka mendengus kesal, lalu aku bangkit berdiri dan menghampiri louis, “aku sudah menduga, kaulah otak dari semua ini, dan kau!..”. Ucapku yang siap melayangkan tinjuku ke wajahnya.
“dan kau pantas mendapatkan ini..”. Ku layangkan tinjuku kebelakang tubuhnya sehingga posisiku sekarang adalah memeluknya, aku tau mungkin sesaat mereka akan bingung akan sikapku, marah? Mana mungkin aku marah pada mereka, sahabatku sendiri, yang mencoba membuat ulang tahunku ini berkesan, “ terima kasih surprisenya lou, aku banyak mendapatkan pelajaran dari teror yang kalian buat ini, dari pentingnya directioners bagi kita, juga persahabatan kita yang teramat kuat dan begitu berarti dalam hidupku”.
Louis membalas pelukanku, juga harry, niall dan liam yang mendekat dan memeluk kami bersama, pelukan seorang sahabat yang amat berarti dalam hidup kami, “aku tidak marah pada kalian, tidak pernah dan tidak akan pernah, karena kalian sahabatku, terimakasih untuk semua ini, i love you guys!”. Ucapku pada mereka semua, “kami juga sayang padamu zayn..”. Sahut harry.
“okaay.. apa kita sudah bisa menyudahi pelukan yang amat erat ini? Disini pengap guys!”. Oceh louis, membuat kami merenggangkan pelukan kami dan tersenyum juga tertawa bersama.
“dan kita harus ke stage sekarang, directioners menunggu kitaaa.. juga kuenya”. Ucap niall menunjuk-nunjuk arah panggung, “wait!”. Tahanku, “jika ini semua ulah kalian, bagaimana dengan kecelakaan kemarin? Lalu..... louis, dimana mobilku!”. Tanyaku dan melompat ke punggungnya dan mengacak-acak rambutnya.
“ahhaha.. okay..okay.. so.. saat kau kusuruh sarapan, aku mengambil alih kunci mobilmu dengan alasan aku yang mempersiapkannya, tapi kunci itu tersimpan di sakuku sampai saat ini, jadi mobil itu hanya mobil tiruan yang sudah kami siapkan jauh-jauh hari, sedangkan mobilmu sudah aman digarasi rumahmu, aand.. roti lapismu saat itu sudah di campurkan serbuk obat penenang oleh harry......”. Ku alihkan tatapanku pada harry bak harimau yang siap menerka mangsanya.
“... jadi kecelakaan itu tidak sungguh murni kecelakaan, aku hanya menubrukkan pohon itu biasa tak sampai membuatmu dan aku celaka, jadi kau pingsan seolah karena kecelakaan itu, padahal efek obat yang diberikan harry untukmu..”. Lanjut louis
“What?”. Aku tak habis fikir dengan kepandaian lou mengatur semua ini, dia berhasil membuatku tertipu_-
“Ruuunn..!!”. Ucap lou, dan ia berlari ke stage disusul harry.
“kami berhasil membuatmu lupa akan hari ulang tahunmu, zayn”. Ucap liam merangkulku menuju stage.
Sempat berfikir dan ya! Aku lupa dengan ulang tahunku sendiri!, “hmm..hyaa kau benar! Hey, dimana niall?”. Tanyaku, “umm.. mungkin dia sudah menghabiskan sebagian kue tartmu, hahhaa..”. Jawab liam, dan kami berlima kembali kepanggung, menyanyikan lagu ulang tahun bersama untukku, memotong kue tart yang hanya tinggal setengah karena setengah lagi sudah tertelan ke dalam mulut niall.
“harry! Bagaimana dengan tanganmu yang tergores?”. Tanyaku yang masih penasaran dengan ulah mereka, “sebaiknya kau tanyakan liam, karena ia dalangnya, dengar, saat itu ia tidak benar-benar sedang mandi”. Jawab harry membuatku tambah bingung.
“yeah.. aku keluar melewati pintu belakang rumahnya, dan akulah yang mengetuk pintu juga meninggalkan surat teror itu dilantai, aku juga yang membuat goresan palsu itu ditangannya, dan darah palsu yang terus bercucuran, itu ulah lou, di balik selimutnya ia sembunyikan kantong darah palsu itu, jadi saat ia menekan darah palsu itu keluar seolah harry telah mengeluarkan banyak darah.. keren bukan? Hhaha..”. Ungkap liam membuatku menyunggingkan alis juga bibirku secara bersamaan tak percaya.
“jangan kau katakan bahwa jahitan itu juga palsu.. daan.. ini tatto?”. Tebakku, dan harry mengangkat kedua alisnya sambil melahap kue tart.
“its a perfect birthday ever”. Ucapku sendiri tersenyum melihat mereka satu per satu, dan ribuan directioners dihadapanku.
“ZAYN! HAPPY BIRTHDAAAAYY~”. Teriak ke4 sahabatku itu kompak dari belakang dan melayangkan kue tart di tangan mereka ke wajahku.
I love you guys!, you are my the best friend!!!!!
|THE END|
created by: @FathimHaddad501 (Syarifah Fathimah AlHaddad)
Thank you yaaa yang udah bacaaa, maaf banget kalo banyak typo, ceritanya aneh dan gak seru sama sekali, namanya juga author amatiran_- maaf juga kalo ceritanya gak sesuai sama genrenya, angst? Jujur ini pertama kali author bikin genre yang beginian, dan ini juga dadakan bikinnya *Author tak berpengalaman :|*
Genre: Angst(maybe), Friendship
Author: @FathimHaddad501
Cast: -Zayn Malik and other boys of One direction
|Welcome to my Imagination|
Hope you like this guys ;)
~^ZSS^~
Zayn p.o.v~
Lorong gelap bersuhu amat sangat dingin, ku telusuri bagaikan seoarang tunanetra yang tak tau arah jalan, kuraba sisi dinding lorong tersebut yang merupakan bongkahan bebatuan yang dilumuri sedikit lumut basah, bergema di lorong itu dengus sesenggukanku, menahan dinginnya yang sudah berhasil menusuk tubuh hingga ketulangku.
Secercah cahaya mungil kutemukan di kejauhan dari tempatku berpijak, sedikit berlari ku hampiri cahaya itu, hingga bentuknya membesar tak lagi mungil, sungguh bahagia rasanya mendapatkan cahaya itu, hampir mendekati cahaya itu yang ternyata kebenaran dari dugaanku, sebuah lubang besar untukku keluar dari lorong mengerikan itu, akhirnya... ya akhirnya.
“zayn? Zayn... too..long”. Tertembus sesosok bayangan dari cahaya terang lubang itu, siluet yang amat ku kenal, tergopoh gopoh ia mulai mendekat.
“harry?... HARRY AWAS!!”. Bodoh aku terlambat untuk meraihnya, orang itu... iya telah berhasil menebas tangan kirinya hingga putus, dan sekarang ia menghampiriku, oh tidaak, ia mulai mendekatiku, ia mencoba membunuhku sekarang, tidak, hanya aku yang tersisa sekarang, Liam, Niall, Louis, dan Harry sudah dihabisinya, ia.. wanita berjubah hitam itu... wanita sinting itu... directionator itu... ahh.. “TIDAAAAKK!!”.
“ZAYN!!”.
Zayn p.o.v End~
Author p.o.v~
“HARRY AWAS!! tidak.. TIDAAAAKK!!”.
“ZAYN!! zayn sadarlah!”. Niall mengoyak oyakkan tubuh zayn yang gelisah dan berkeringat itu.
“Zayn.. Bangun! Ada apa denganmu? Kau mimpi buruk lagi?”. Ucap liam membantu menyadarkan zayn dari bunga tidurnya.
Mata zaynpun terbuka, wajahnya pucat pasi, hembusan nafas lega ia keluarkan dari lubang hidungnya, di lihatnya wajah ke tiga sahabat dihadapannya satu per satu yang menatap zayn cemas, karena kejadian akhir-akhir ini membuat zayn lebih sering mendapatkan mimpi buruk ketimbang mimpi indahnya.
Louis menyusul masuk membawa segelas air putih, “minumlah ini, sudah kubilang, tak usah kau fikirkan teror konyol itu, kau lihat kami? Kami tak apa-apa sampai saat ini”. Ucap lou di susul anggukan ke tiga lelaki tampan lainnya.
Dua tegukan zayn nikmati air putih itu, “aku sudah mencobanya, tapi mimpi itu yang membuatku selalu memikirkan teror itu... teror dari directionator itu..”. Keempat member 1D itu saling menatap atas ucapan zayn sekarang.
|Flashback On|
*Harry's House*
'knock.. knock!'.
“no zayn, biar aku saja yang membukanya”. Harry meletakkan gadgetnya dan beranjak ke daun pintu, zayn tersenyum mengangguk.
Louis, liam, niall dan zayn memang sedang menginap dirumah si curly boy itu sejak malam pergantian tahun ini yang mereka rayakan bersama-sama, tak hanya itu mereka juga menggunakan rumah harry sebagai tempat latihan untuk persiapan konser mereka minggu depan.
“Hooaam.. mana yang lain?”. Louis keluar dari kamar, masih dengan selimut tebal yang menutupi seluruh bagian tubuhnya, mengucek matanya kemudian duduk di sofa bersama zayn.
Bersandar disofa, zayn menjawab, “Liam mandi, niall diruang makan, dan harry sedang mem...”.
“AAHH!! AAW! TOLONG AKU! AHH!!”. Teriakan harry yang tiba-tiba memotong ucapan zayn, secepat kilat louis dan zayn menghampiri asal suara itu, tak mereka sangka apa yang telah dilihatnya sekarang, louis berlari kedalam mengambil selimutnya tadi yang ia tinggalkan setelah mendengar teriakan harry, dan zayn terpaku masih tak percaya apa yang telah ia lihat saat ini.
Louis kembali dan langsung membuntalkan selimutnya ke tangan harry yang sudah berlumuran darah, “apa-apaan kau ini?”. Omel louis pada harry.
“aku tak melakukan hal ini sendiri, bodoh!”. Jawab harry dengan wajah ketakutan hampir menangis.
“so?”.
“seseorang berjubah hitam berambut panjang lewat begitu saja dan menggoreskan pisau itu ketanganku”. Jelas harry ketakutan sambil mengatur nafasnya karena shock.
“WHAT? It's crazy!”. Ucap zayn tak mempercayainya.
“Oh my god! Apa yang terjadi padamu harr!”. Niall datang menyusul dan melihat betis tangan kiri harry yang ditutupi selimut tebal sudah tertembus darah segar.
“ah.. sial darahmu terus keluar! Aku harus bawa kau kerumah sakit sekarang juga!”. Lanjut louis, ia meminta niall untuk membantu harry memegang selimut yang masih menempel di tangannya itu dan ia kedalam untuk mengambil kunci mobil harry.
“kami ikut!”. Pinta zayn.
“no, kalian tetap disini, aku ingin merahasiakan kejadian ini, aku tak mau directioner khawatir akan hal ini, dan jika mom ku datang, jangan katakan apapun padanya, bersikaplah seperti biasa, seolah tak terjadi apa-apa”. Potong harry meminta, zayn dan niall mengerti dan mereka mengiyakannya, louis pun segera membawa harry masuk kedalam mobil.
“aku harap ini hanya lelucon”. Kata niall dengan wajah kecemasannya.
“ya”. Jawab zayn datar melihat mobil harry melaju keluar pekarangan rumahnya.
Berniat untuk kembali masuk kedalam rumah, namun dicegah niall karena ia melihat sesuatu yang aneh di bawah kaki mereka, di bawah pintu itu terdapat sepucuk amplop yang terkena tetesan darah harry tadi, zayn mengambilnya dan membuka isi amplop itu yang berupa selembar kertas yang tergores tulisan aneh bertinta darah.
“apa itu?”. Tanya niall seakan meminta zayn membacakan isi surat itu untuknya.
“apa yang terjadi?”. Tak berselang lama liam menyusul zayn dan niall masih dengan handuk yang menutupi bawah perut hingga lututnya.
“assshht”. Zayn sedang serius membaca isi surat itu yang menurutnya amat sangat konyol.
Isi surat itu.... 'konser itu akan menjadi konser terakhir kalian, aku akan membunuh kalian satu per satu, haha.. aku mencintai kalian'.
“apa ini? Apa maksudnya? Ada yang bisa menjelaskannya padaku? Zayn, niall kenapa kalian diam saja? Mana lou dan harry? Dan darah apa yang ada di lantai ini? Ada apa? Cepat katakan padaku ada apaaa??”. Tanya liam panjang lebar agak bingung dengan surat ditangan zayn itu dan kedua sahabatnya itu yang saling menatap.
~^ZSS^~
Selang beberapa hari kemudian, sesuatu terjadi lagi.......
Sore hari setelah One Direction mengisi acara sebagai bintang tamu disebuah acara televisi, mereka beristirahat sebentar di dorm manajemen syco, tiba-tiba sebuah paket datang yang diperuntukkan kepada liam, mungkin meraka semua berfikir itu hanya paket biasa dari fans, dan liam juga sangat menyukai apapun yang diberikan fansnya, tapi kali ini mungkin liam harus menarik ucapannya tersebut.
“WHAT THE HELL!! AHH!”. Teriak liam setelah melempar paket yang berupa box itu, seisi ruangan yang hanya dipenuhi member 1D tersebut kini berhenti beraktifitas dari kesibukannya masing-masing, mereka segera mengerubungi liam untuk melihat apa yang terjadi.
“apa lagi ini? Apa ini dari orang yang sama yang mengirim surat itu? Yang menggores tanganku?”. Duga harry setelah melihat sebuah sendok yang tinggal setengah badan dan di lumuri bercak darah.
“lihat ada surat dibawah sendok itu”. Ucap niall lalu mengambil dan membaca surat itu.
“Seperti inilah akan kubunuh kau liam hihihih”. Baca louis.
Zayn menyunggingkan bibirnya, “hehh.. surat konyol! Ini pasti hanya lelucon aku tau, ini pasti kejailan kalian kan?”. Tebak zayn menuduh.
“apa maksudmu? Tanganku tergores dan mendapat tiga jahitan kau bilang ini kejahilan kami?”. Ucap harry tak senang, zayn memalingkan wajahnya dan mengurut keningnya.
“shshsst.. tenanglah harry, zayn dengar, aku juga berharap ini hanya lelucon, tapiii... orang itu sudah memulai dengan berani menggores tangan harry ini sungguh perbuatan kriminal! Kita harus melaporkannya!”. Niall mencoba keluar dari ruangan, tapi louis menahannya.
“tunggu niall, mungkin zayn benar, ini hanya sebuah lelucon, lelucon dari seseorang agar kita memperhatikannya, jadi tak perlu kita gembar gemborkan, aku takut directioner khawatir pada kita, okay?”. Ucap louis.
Sekarang mereka kembali dalam kesibukannya masing-masing, tapi tanpa ada suara satu pun, mereka terhanyut dalam pikiran yang sama, yaitu Teror konyol itu.
~^ZSS^~
Dua hari berikutnya, dirumahnya, zayn tak seperti biasanya yang selalu ceria, itu membuat momnya khawatir dan bertanya padanya, “zayn, terjadi sesuatu? Kulihat kau termenung sedari tadi, dan akhir-akhir ini kau suka mengigau saat tidur, apa yang kau fikirkan?”. Tanya mom trisha.
Zayn sadar dari lamunannya lalu merangkul mom trisha yang sudah disebelahnya, “ah, benarkah? Tidak apa-apa mom, hanya terjadi sedikit masalah akhir-akhir ini, tapi pasti akan teratasi dengan cepat, kau tak perlu mengkhawatirkan ku”. Ucap zayn tersenyum meyakinkan.
“jangan terlalu difikirkan hingga nanti akan membuatmu sakit, okay?”.
“okay”. Akhir zayn dan memeluk momnya.
'drrt..drtt..'. Hp zayn bergetar tanda panggilan masuk, “aku angkat ini sebentar” . Ucap zayn pada momnya.
“hallo?”.
“Zaynzayn! Please come here, my home.. please..”. Suara niall diseberang terdengar lirih ketakutan.
“ada apa denganmu?”.
“PLEASE NOOW!!”.
“okay”.
~^ZSS^~
Zayn keluar dari mobilnya, dan belum sampai di depan rumah niall sudah nampak ketiga sahabatnya berdiri juga duduk di luar pintu melihat apa yang zayn lihat dari kejauhan sekarang, “apa ini?”. Tanya zayn pada liam, harry dan louis.
“apa lagi? Orang yang sama yang telah menggores tanganku dan memberikan liam setengah sendok aneh itu”. Jawab harry yang berjalan mundar mandir gelisah.
“sudahlah harr, kenapa kau jadi setegang ini? It's just...”.
“lelucon? Kau bilang ini hanya lelucon lagi?”. Harry memotong ucapan louis dan memukul sebuah boneka yang menggantung di pintu, tepatnya boneka badut setinggi setengah meter dengan rambut blonde, mata yang tercongkel sebelah dengan bercak darah, dan robekan di bagian perut hingga kapas didalamnya terlihat, kapas yang berwarna bak darah segar.
“dimana niall?”. Tanya zayn.
“dia masih didalam tak mau keluar sampai ini disingkirkan, kau tau dia takut badut bukan?”. Jawab liam mencabut boneka badut itu yang begantung di daun pintu.
Kini zayn mulai merasa ini sungguh sebuah ancaman, zayn takut orang itu tak main-main dengan ini, bagaimana jika surat pertama itu benar ia lakukan? Bagaiman dengan ketiga sahabatnya yang sudah mendapatkan teror satu persatu ini? Zayn nampak cemas karna mereka yang sudah mendapatkan teror ini nampak tertekan.
“Sebaiknya kita menginap dirumah niall hari ini, kita tenangkan niall”. Saran zayn.
“ide bagus zayn, lagi pula lusa konser kita, kita butuh latihan lagi”. Sambung louis mengiyakan.
|Flashback Off|
Author p.o.v End~
Zayn p.o.v~
“ZAYN!! zayn sadarlah!”. Suara niall menarikku dari alam bawah sadarku.
“Zayn.. Bangun! Ada apa denganmu? Kau mimpi buruk lagi?”. Dilanjut suara liam yang berhasil membangunkanku dari mimpi buruk, kuusap seluruh bagian wajahku yang berkeringat, ku hembuskan nafas lega saat ku lihat wajah ke tiga sahabatku, karena kejadian akhir-akhir ini membuatku lebih sering mendapatkan mimpi buruk ketimbang mimpi indah.
Louis menyusul masuk membawa segelas air putih, “minumlah ini, sudah kubilang, tak usah kau fikirkan teror konyol itu, kau lihat kami? Kami tak apa-apa sampai saat ini”. Ucap lou.
Ku genggam gelas itu dan kuteguk air putih itu, “aku sudah mencobanya, tapi mimpi itu yang membuatku selalu memikirkan teror itu... teror dari directionator itu..”. Tuduhku.
“dengar zayn, kita hanya memiliki directioner, tak ada istilah directionator, anti one direction atau sebagainya, ingat, kita hanya punya directioner yang mencintai kita”. Ralat liam.
“ya, liam benar, dan directioner ada bukan untuk menjaga kita dari ancaman atau bahaya apapun yang menimpa kita, tapi kitalah yang harus menjaga mereka dari hal itu semua, dan aku juga tak setuju ada istilah directionator, directioner ya directioner! Tak ada yang lain lagi, okay?”. Sambung louis kepada kami.
Merasa perkataanku salah aku meminta maaf pada mereka, “yea, sorry, you right guys”. Mungkin perasaan takut dari mimpiku dan juga teror konyol itu yang membuatku berfikir negative.
“okay, sekarang kita lupakan teror konyol itu, kau juga harr, anggap goresan itu hanya kecelakaan, kita harus fokus pada konser itu, okay?”. Lanjut lou, dan harry mengangguk pasrah.
“zayn bersihkan tubuhmu sekarang, ikut aku mengambil beberapa berkas track list untuk konser kita besok yang tertinggal di studio”. Ucap lou menarik tubuhku agar bangkit dari ranjang.
“okay..okay..”. Jawabku sambil mengulat.
~^ZSS^~
Selesai mandi ku ambil kunci mobilku, “ kau makan dulu zayn, kau belum sarapan, biar aku yang menyiapkan mobilnya”. Cegah lou dan mengambil kunci itu dari tanganku dengan cepat, lagi pula aku memang sangat lapar sekarang, dan kuhampiri meja makan yang sudah ada liam juga niall menikmati sarapannya, dari belakang harry memberiku sepiring roti lapis untukku makan, “aku yang membuatnya”. ucap harry mengedipkan sebelah matanya, disambung tawa tanpa suaraku mengisyaratkan bahwa memang dialah yang diandalkan untuk membuat sarapan jika kami hanya tinggal berlima dirumah.
“zaaaaayn!... sudahkah kau selesaikan sarapanmu? Ayo jalan!”. Teriak louis dari luar saat aku melahap bagian terakhir roti lapisku, lalu aku berlari keluar rumah niall.
“biar aku yang membawa mobilnya”. Ucap lou yang dengan cepat sudah memasuki mobilku dan diam adalah jawaban 'ya' ku.
Biasa, dalam perjalanan didalam mobil jika lou bosan ia akan menyetel musik, dan kami juga bersenda gurau, bercanda, tanpa ingat masalah yang kami hadapi belakangan ini, sungguh hebat memang jika kami melupakan masalah itu sehari saja, tapi si peneror itu seolah tau kami berhenti memikirkan hal itu, tanpa kami duga sesuatu terjadi lagi, sesuatu yang mungkin dapat mengancam nyawaku juga louis saat ini juga...
“zayn.... remnya..”. Kulihat kaki lou menginjak pedal rem mobilku berkali-kali.
Tubuhku lemas seketika, mataku seperti ingin terpejam saat ini juga, kepalaku sudah mulai pusing entah kenapa, kepalaku sudah ku gelengkan berkali-kali, tawa tadi yang kukeluarkan bersama lou akan berubah menjadi teriakan sepertinya, “o my god... apa ini... orang itu?”. Tuduhku lagi.
“zayn.. kita harus menabrakkan mobil ini ke pohon disana, aku tak mau ada korban lain atau kita menabrak pejalan kaki”. Louis tak punya pilihan lagi, akupun juga begitu, entah kepalaku pusing lebih dulu sebelum louis ingin menabrakkan mobilku ini pada pohon itu.
Tapi aku tak perduli akan mobilku, melainkan louis, ia akan menabrak pohon yang berada disisi kiri yang artinya lou akan lebih beresiko terluka dibanding aku, “what? Tapi kaulah resiko terbesarnya lou!”.
“sudah tak ada waktu zayn”.
“AAA..hh..”. Tak tau bagaimana tabrakan itu, aku terpejam lebih dulu dan lemas, tak tau lagi apa yang terjadi, tak tau bagaimana kondisi lou sekarang, apa dia luka? Atau.... tidak, JANGAN!
~skip~
Lorong gelap, aku dilorong gelap ini lagi, kenapa disini lagi? Tapi aku sedang tidak berdiri, aku duduk, duduk disebuah bangku mobil? Mobilku? Kulihat kesamping kiriku, LOUIS! Kepalanya menmpel pada setiran itu, pelipisnya robek dan mengeluarkan banyak darah, oh tidak apa yang harus kulakukan? Meminta pertolongan? Tapi.. dimana aku? Sangat gelap disini, aku mencoba untuk menyalakan lampu sen depan, dan betapa terkejutnya aku, jantungku berdetak seribu kali cepat bahkan, sesosok bayangan berjubah hitam menutupi wajahnya dan rambut menjuntai keluar menutupi lehernya sudah berada tepat didepan mobilku.
Ia melengser kekiri, ke arah louis, oh tidak, aku harus menyadarkan lou cepat-cepat, tapi itu sangat berat, tangan ku seperti terpaku, orang itu berhasil membuka pintu sebelah kiri, dan ia menarik tubuh louis yang tak berdaya keluar, dengan sepenuh tenagaku ku lawan rasa kaku ditanganku, dan aku berhasil menahan tangan kanan louis, kami saling tarik menarik tubuh lou, aku tak tahan dengan semua ini sebenarnya melihat lou yang tak berdaya ku tarik dan ku koyakkan tubuhnya, tapi aku mohon sadarlah lou sadarlah.. sadarlah.. “AAAAHHH.....”.
~^ZSS^~
“AAAAHHH.....”.
“zayn, ZAYN! Kau sadar? Kau sudah sadar? Syukurlah”. Aku membuka mataku, lagi-lagi hanya mimpi, dan louis, kecelakaan itu, ku harap itu juga bagian dari mimpi burukku.
“apa yang terjadi?”. Tanyaku, Aku meremas kepalaku kuat-kuat.
“zayn, sekarang kau di backstage, beberapa menit lagi konser kita dimulai”. Jawab harry berdeku lutut disamping sofa yang telah kutiduri entah sejak kapan.
“apa? Tapi.. berarti..”.
“ya, kemarin kau dan lou kecelakaan, dan kau pingsan hingga saat ini, tadinya pihak management kita berniat untuk membatalkan konser ini karna kondisi kalian, tapi aku liam dan harry sepakat tidak akan mengecewakan directioners ini, jadi kami lanjutkan konser ini”. Jawab niall
“lalu bagaiman dengan louis? Dia baik-baik saja bukan?”. Tanyaku lagi amat sangat khawatir.
“louis dirawat, dia juga belum sadar, karna dia mendapat luka parah”. Ungkap harry lemas.
“apa?”. Sangat menyesal rasanya aku tak menghalanginya untuk menyetir saat itu, jika tidak, mungkin ia akan baik-baik saja saat ini sepertiku sekarang.
“ya, dan kami membawamu kesini karna kami fikir kau hanya pingsan dan akan cepat sadar hingga kita bisa melanjutkan konser itu bersama, tapi jika keadaanmu masih belum stabil, sebaiknya kau istirahat disini zayn”. Sambung harry
“bagaimana dengan surat pertama teror itu?”. Ingatku, tak ingin sebenarnya mengingatkan hal itu pada mereka, tapi, bagaimana jika itu benar terjadi, bagaimana jika kami akan terbunuh satu persatu oleh si peneror konyol itu, mungkinkah kami harus membuat strategi untuk melawannya.
“dengar zayn, kita akan tetap menghibur mereka directoner yang ada diluar sana, bahkan sampai mati pun, aku rela bersama mereka, bukankah kedengarannya menjadi menarik? Biarpun kita akan mati setelah konser ini, itu akan lebih baik, karena kita mati setelah menghibur mereka, bernyanyi bersama mereka, dan membuat mereka bahagia”. Ucap liam bijak, membuatku tertegun pada ucapannya, entah mengapa ia bisa sepasrah ini.
“ayo guys! Sudah saatnya”. Sahut niall, dan liam juga harry menyusul untuk keluar panggung itu.
“tunggu! Kalian member one direction bukan?”. Tahanku.
Kulihat mereka saling menatap satu sama lain aneh, bahkan niall mengerutkan alisnya tanda tak mengerti maksud ucapnku, “lalu bagaimana denganku?”. Sambungku dan melempar senyuman pada mereka, dengan cepat mereka membalas senyumku, “ookay bradfordbadboi..”. Ucap harry meraih tanganku.
“zayn, tunggu!”. Seorang stuf menahan langkahku, juga liam harry dan niall.
“ada surat untukmu, seseorang berjubah hitam begitu saja memberikan ini padaku”. Sontak mata kami berempat bertemu, stuf itu memberikan ku amplop kecil dan pergi.
Kubuka surat itu perlahan yang sudah kutebak ini surat ancaman, ancaman untukku...
'KNIFE'. Isi surat itu, dengan tinta darah sudah pasti.
“knife? Apa maksudanya?”. Sahut harry.
“i don't know, sudah lupakan, ayo guys”. Ucapku masa bodoh, dan kuremas surat itu sebelum aku membuang nya.
~^ZSS^~
*On Stage*
'........ Tell me i'm a screwed up mess~ that i never listen, listen~
Tell me you don't want my kiss~ that you need your distance, distance~
Tell me anything but don't you say he's what you're missing, baby~
If he's the reason that you're leaving me tonight~
Spare me what you think and~ Tell me a lie~
Tell me alie~
Tell me alie~
Tell me alie~
Tell me alie~~'
Sudah beberapa lagu kami lantunkan, tanpa kehadiran louis, miris bukan? walaupun sesekali mereka meneriakkan nama lou, directioner terlihat have fun, hingga mampu membuatku melupakan surat tadi, liam mengambil alih suara sekarang, “okay, now, kami akan mengajak satu dari kalian untuk bernyanyi bersama kami, disini, di panggung ini!”
“AAAAAA....”. Teriak para directioners kami.
“setangkai bunga ini akan ku lempar, dan kalian yang mendapatkannyalah yang beruntung dapat bergabung bersama kami disini, daaan.. kalian serahkan bunga ini pada salah satu dari kami, ready?”. Jelas liam pada mereka.
“YEAAAH”.
Dan liam mulai menghitung, “okay, one.. two..”.
“zayn, bisa kau pegang mic ku sebentar? Tali sepatuku lepas”. Niall mencolekku dari belakang untuk meminta bantuanku, “okay”.
“THREE!”.
“selesai, thanks zayn”. Dan kuserahkan kembali micnya, “okay”.
“ohh.. no..”. Niall sangat melamban mengambil mic itu dari tanganku, karena tatapannya terpaku oleh sesuatu, akupun ikut terseret oleh arah tatapannya, sial!
“kuharap itu bukan dia”. Ucap liam memalingkan wajahnya padaku.
Entah tubuhku saja atau mereka juga yang gemetaran sekarang, sesosok manusia berjubah hitam dengan tudung menutupi kepala hingga setengah wajahnya perlahan-lahan menaiki panggung untuk menghampiri kami, orang itu, apa ia yang selama ini meneror kami? Apa ia yang telah mengirim kata 'knife' dalam surat tadi untukku, sudah pasti 'ya', tangan kirinya yang tertutup lengan jubah itu menjuntai keluar setangkai bunga yang liam lemparkan tadi, dan tangan kanannya... tak terlihat, aku tak bisa melihatnya.
Ayolah zayn, sadarlah, kali ini pasti kau mimpi buruk lagi! Orang itu menghapiri kami, tepatnya iya mulai mendekatiku, semakin dekat aku bisa melihat kilau yang keluar dari tangan kanannya, oh tidaak itu... itu.. that's a KNIFE!
Orang itu sudah berdiri tegak tiga puluh senti dari hadapanku, liam hanya diam berdiri disampingku, setelah ia bicara panjang lebar tadi, ia tak mengeluarkan sepatah katapun lagi, begitupun dengan ku, niall dan harry, hanya teriakan para directioners yang terdengar karena berfikir orang yang ada dihadapanku saat ini adalah lucky directioners.
Tangan kiri orang itu terangkat perlahan, sesaat aku sedikit terkejut, bagaimana tidak, aku melihat pisau itu di tangan kanannya, yatuhaan matilah aku sekarang.
Kuambil tangkai bunga itu, dengan cepat orang itu mengeluarkan pisau dari tangan kanannya, aku sempat terlonjak namun tetap di tempatku berpijak, kudengar teriakan directioners yang semakin mengencang setelah mereka melihat pissau itu keluar bebas menghirup udara.
“siapa kau?”. Kuberanikan diri menanyakan hal itu, walaupun setengah mati aku menahan rasa ketakutan itu saat ini.
Kemudian keluarlah suara si manusia berjubah itu, yang kufikir ia perempuan tapi suaranya yang sedikit berat membuatku yakin bahwa ia seorang laki-laki, tapi sepertinya amat sangat ku kenali suara itu, “sudah saatnya kau potong kue di belakangmu itu...”. Mataku membulat sempurna sekarang, orang itu membuka tudungnya dan membuatku yakin dialah pemilik suara ini,“...aku sudah lapar”.
“LOUIS?”. Ucapku tak menyangka sama sekali, dan ia tersenyum tak berdosa padaku, dan aku baru sadar karena sedari tadi aku terpaku pada sosok berjubah tadi sampai-sampai aku tak menyadari ternyata liam masih menggenggam setangkai bunga yang sama dengan yang ku genggam saat ini, juga niall dan harry tak ada di sampingku lagi, mereka dibelakang menderek meja yang diatasnya terdapa kue tart bertingkat, juga directioners yang sudah memamerkan ucapan 'Happy Birthday' dengan poster, dan segala macamnya untukku.
“Kalian fikir ini lucu? Ini sama sekali tidak lucu!”. Ucapku lirih, membuang setangkai bunga tadi sebelum akhirnya meninggalkan panggung itu juga mereka berempat dan kembali ke backstage.
Aku marah? Ya, pasti. Aku tak menyangka mereka adalah dalang dari semua ini, melakukan hal sekonyol ini hanya untuk memberiku surprise ulang tahunku, ini sungguh berlebihan! Mereka hampir membuatku jantungan!.
Aku duduk disofa menutup mata dengan tanganku, “zayn.. dengar, maafkan kami, kami tau kami berlebihan, tapi sungguh kami tak bermaksut membuatmu takut”. Ucap niall menyusulku, juga liam harry dan louis dibelakangnya.
“kau fikir aku takut? Ya aku takut! Aku takut terjadi sesuatu pada kalian! Tapi.. kalian.. ahh..”. Ucapku yang kecewa karena ternyata teror itu benar buatan mereka semua, teror yang menakutiku sampai terbawa kedalam mimpiku itu perbuatan mereka.
“okay zayn, kami mengaku kami berlebihan, kami kekanak-kanakan, kami terlalu konyol, tapi kami melakukan ini hanya untuk memberikan sesuatu yang tak akan pernah kau lupakan dari kami diulang tahunmu ini, hanya kami tau kami melakukannya dengan cara yang salah”. Ucap liam duduk disampingku menpuk pundakku, dan aku tetap dengan wajah ketidak sukaanku pada perbuatan mereka yang berlebihan.
“ya, dan akulah yang pantas mendapatkan tumpahan amarahmu, karena aku otak dari semua ini, maafkan aku zayn”. Sambung louis mengakui.
“tidak, aku juga”. Ucap harry
“aku juga”. Niall.
“ aku juga zayn”. Juga liam.
Aku membuang muka mendengus kesal, lalu aku bangkit berdiri dan menghampiri louis, “aku sudah menduga, kaulah otak dari semua ini, dan kau!..”. Ucapku yang siap melayangkan tinjuku ke wajahnya.
“dan kau pantas mendapatkan ini..”. Ku layangkan tinjuku kebelakang tubuhnya sehingga posisiku sekarang adalah memeluknya, aku tau mungkin sesaat mereka akan bingung akan sikapku, marah? Mana mungkin aku marah pada mereka, sahabatku sendiri, yang mencoba membuat ulang tahunku ini berkesan, “ terima kasih surprisenya lou, aku banyak mendapatkan pelajaran dari teror yang kalian buat ini, dari pentingnya directioners bagi kita, juga persahabatan kita yang teramat kuat dan begitu berarti dalam hidupku”.
Louis membalas pelukanku, juga harry, niall dan liam yang mendekat dan memeluk kami bersama, pelukan seorang sahabat yang amat berarti dalam hidup kami, “aku tidak marah pada kalian, tidak pernah dan tidak akan pernah, karena kalian sahabatku, terimakasih untuk semua ini, i love you guys!”. Ucapku pada mereka semua, “kami juga sayang padamu zayn..”. Sahut harry.
“okaay.. apa kita sudah bisa menyudahi pelukan yang amat erat ini? Disini pengap guys!”. Oceh louis, membuat kami merenggangkan pelukan kami dan tersenyum juga tertawa bersama.
“dan kita harus ke stage sekarang, directioners menunggu kitaaa.. juga kuenya”. Ucap niall menunjuk-nunjuk arah panggung, “wait!”. Tahanku, “jika ini semua ulah kalian, bagaimana dengan kecelakaan kemarin? Lalu..... louis, dimana mobilku!”. Tanyaku dan melompat ke punggungnya dan mengacak-acak rambutnya.
“ahhaha.. okay..okay.. so.. saat kau kusuruh sarapan, aku mengambil alih kunci mobilmu dengan alasan aku yang mempersiapkannya, tapi kunci itu tersimpan di sakuku sampai saat ini, jadi mobil itu hanya mobil tiruan yang sudah kami siapkan jauh-jauh hari, sedangkan mobilmu sudah aman digarasi rumahmu, aand.. roti lapismu saat itu sudah di campurkan serbuk obat penenang oleh harry......”. Ku alihkan tatapanku pada harry bak harimau yang siap menerka mangsanya.
“... jadi kecelakaan itu tidak sungguh murni kecelakaan, aku hanya menubrukkan pohon itu biasa tak sampai membuatmu dan aku celaka, jadi kau pingsan seolah karena kecelakaan itu, padahal efek obat yang diberikan harry untukmu..”. Lanjut louis
“What?”. Aku tak habis fikir dengan kepandaian lou mengatur semua ini, dia berhasil membuatku tertipu_-
“Ruuunn..!!”. Ucap lou, dan ia berlari ke stage disusul harry.
“kami berhasil membuatmu lupa akan hari ulang tahunmu, zayn”. Ucap liam merangkulku menuju stage.
Sempat berfikir dan ya! Aku lupa dengan ulang tahunku sendiri!, “hmm..hyaa kau benar! Hey, dimana niall?”. Tanyaku, “umm.. mungkin dia sudah menghabiskan sebagian kue tartmu, hahhaa..”. Jawab liam, dan kami berlima kembali kepanggung, menyanyikan lagu ulang tahun bersama untukku, memotong kue tart yang hanya tinggal setengah karena setengah lagi sudah tertelan ke dalam mulut niall.
“harry! Bagaimana dengan tanganmu yang tergores?”. Tanyaku yang masih penasaran dengan ulah mereka, “sebaiknya kau tanyakan liam, karena ia dalangnya, dengar, saat itu ia tidak benar-benar sedang mandi”. Jawab harry membuatku tambah bingung.
“yeah.. aku keluar melewati pintu belakang rumahnya, dan akulah yang mengetuk pintu juga meninggalkan surat teror itu dilantai, aku juga yang membuat goresan palsu itu ditangannya, dan darah palsu yang terus bercucuran, itu ulah lou, di balik selimutnya ia sembunyikan kantong darah palsu itu, jadi saat ia menekan darah palsu itu keluar seolah harry telah mengeluarkan banyak darah.. keren bukan? Hhaha..”. Ungkap liam membuatku menyunggingkan alis juga bibirku secara bersamaan tak percaya.
“jangan kau katakan bahwa jahitan itu juga palsu.. daan.. ini tatto?”. Tebakku, dan harry mengangkat kedua alisnya sambil melahap kue tart.
“its a perfect birthday ever”. Ucapku sendiri tersenyum melihat mereka satu per satu, dan ribuan directioners dihadapanku.
“ZAYN! HAPPY BIRTHDAAAAYY~”. Teriak ke4 sahabatku itu kompak dari belakang dan melayangkan kue tart di tangan mereka ke wajahku.
I love you guys!, you are my the best friend!!!!!
|THE END|
created by: @FathimHaddad501 (Syarifah Fathimah AlHaddad)
Thank you yaaa yang udah bacaaa, maaf banget kalo banyak typo, ceritanya aneh dan gak seru sama sekali, namanya juga author amatiran_- maaf juga kalo ceritanya gak sesuai sama genrenya, angst? Jujur ini pertama kali author bikin genre yang beginian, dan ini juga dadakan bikinnya *Author tak berpengalaman :|*