Title:
#NLS “Princess
Nose And True Love” {Part 28} ENDING
Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDirection {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDirection {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
|Welcome
to my Imagination|
Hope you
like this guys ;)
~NLS~
_Sherine pov_
'drrt.. drrtt..'.
“Halo?”. Ku angkat handphone baruku itu yang
bergetar dan menunjukkan bahwa Niall yang menelponku.
'kau belum berangkat bekerja?'. Tanya
pria tampan diseberang sana. Yang satu minggu ini meninggalkanku
pulang ke kampung halamannya, Irlandia. Ku harap ia menelfonku untuk
memberitahukan kepulangannya. Aku sudah terlalu merindukannya. Aku
bisa mengerti rasa rindunya padaku saat ini, seperti ia yang ku
tinggalkan ke china satu tahun lebih.
“aku sedang sarapan, dan hari ini aku masuk siang”.
Jawabku.
'bagus'. Singkatnya.
Membuatku berhenti mengunyah makanannku, memilih agar ia yang bicara
dan memberitahu maksudnya.
'sekarang kau keluar'. Lanjutnya,
dan aku berlari kekamar untuk mengambil hoodieku karena aku masih
mengenakan toptank hitam ini. Lalu kembali berlari untuk membuka
pintu. Aku tau maksudnya dan.. benar.
Aku tersenyum sumringai melihat pria itu kini. Niall
berdiri diseberang rumahku dengan polo shirt putih serta topi
merahnya, tersenyum melambaikan tangan. Ia menutup telfonnya dan
memasukkan iPhone itu kedalam saku celana bahannya, bersamaan dengan
seorang wanita paruh baya yang muncul begitu saja disampingnya.
Terseyum dan juga melambaikan tangannya padaku.
Aku cukup terkejut atas kedatangannya bersama dengan Mom
Maura. Aku langsung menuruni tangga rumahku dan berniat untuk
menghampiri mereka. Namun Niall melarangku dan memintaku untuk tetap
menunggunya disana.
Mom berjalan lebih dulu dari Niall, namun saat ia hampir
sampai, sebuah mobil yang melaju cukup kencang mengarah padanya. Aku
dan Niall berteriak keras mencoba menyelamatkan Mom dari mobil itu
yang akan menabraknya.
“MOOM!!”. Teriakku dan Niall.
'bugg!'.
Seseorang lebih cepat dari kami berhasil menarik Mom,
menolongnya yang hampir saja tertabrak mobil itu. Shireen, ia yang
menyelamatkan Mom dari bingisnya mobil itu. Aku buru-buru berlari ke
arah mereka yang terjatuh di tepi aspal. Begitu juga dengan Niall.
Karena Mom kulihat ia baik-baik saja dan ia sudah
dibantu Niall untuk bangun dari jatuhnya, aku langsung menghampiri
kakakku yang dengkulnya mengeluarkan banyak darah kini,
“Ren, lo berdarah! Ayo gue bantu”. Ucapku saat aku
mencoba mengangkat tubuhnya. Melihatku sedikit sulit mengangkat tubuh
Shireen yang sulit berdiri, buru-buru Niall membantuku dengan
menggendong tubuh Shireen.
“Sher, cepat kau buka pintunya”. Perintah Niall. Dan
aku langsung mengangkat beberapa kantong belanja yang Shireen lempar
tadi dan berlari untuk membuka pintunya. Entah kenapa, aku begitu
sakit saat Niall lewat dihadapanku, menggendong Shireen dan
membiarkan Shireen mengalungkan lengannya itu ke lehernya.
“Sher, kau masih menyimpan botol disinfeksimu?”.
Tanya Niall padaku yang masih berdiri dipintu.
“ya”. Kemudian aku meninggalkan kantong-kantong
plastik di tanganku ke atas meja, lalu mengambil kotak obatku yang
tersimpan dikamar dan membawanya ke ruang tamuku, untuk ku berikan
pada Niall.
Kulihat kekasihku itu begitu cekatan membersihkan luka
pada dengkul Shireen, saat ia membersihkan sisa darah yang keluar,
menuangkan alkohol tersebut untuk membunuh bakterinya dan meniup
dengkul itu saat Shireen merintih kesakitan, siapa yang tak sakit
melihat kekasihnya melakukan hal itu pada gadis lain?
Aku tak kuat lagi melihat mereka, aku berdiri dan lebih
memilih masuk kedapurku. Namun suara mereka dan rintihan Shireen yang
terasa begitu sakit di telingaku masih terdengar.
“aww! Sss.. bisakah kau pelan-pelan menekannya?”.
Pinta Shireen.
“sorry”. Singkat Niall yang entah masih membersihkan
luka itu atau sudah selsai. Aku mencengkram hebat tepi washtaffle,
saat suara mereka yang muncul saling bersahutan.
Apa aku cemburu? Oh, ayolah Sher. Dia kakakmu, Niall
melakukan itu untuk menolong kakakmu! Tapi.. tapi kenapa aku begitu
merasakan sakit saat tubuh Shireen diangkat Niall tadi? Lebih sakit
dari pada aku merasakan penyakit kanker itu yang bersarang ditubuhku
dahulu.
“kalian begitu mirip, siapa namamu?”. Suara dari
wanita paruh baya itu sekarang yang muncul.
“aku, Shireen”. Jawab kakakku.
“Shireen and Sherine? Nama kalian bagus. Terima kasih
kau sudah menyelamatkanku, aku tak tau apa jadinya anakku jika aku
tertabrak mobil itu”.
“ya.. aku kebetulan saja baru pulang berbelanja
daan..”. Aku sudah tak fokus mendengarkannya lagi saat sepasang
tangan memeluk pada leherku dari belakang. Meletakkan kepalanya
diatas pundakku.
“Hhh!”. Aku terkejut dan berbalik kehadapan sang
empunya sepasang tangan itu yang muncul tiba-tiba yang kulepaskan
tangannya tiba-tiba pula.
“ada apa? Kau tak merindukanku?”. Tanya orang itu
yang ternyata Niall, tengah terkejut akan sikapku.
Aku sadar, kini ia memperhatikanku seperti orang
ketakutan, aku menelan ludahku sendiri, berusaha keras untuk
melupakan rasa cemburuku itu. Aku tau itu terlihat jelas, dengan aku
menyendiri di ruang makan seperti ini, bukankah itu artinya aku tak
mau melihat Niall dengan Sherine yang saling menatap, menyentuh, dan
sedekat itu.
“hey, Sher? Kenapa kau terlihat gugup dan ketakutan?”.
Tanya Niall yang mencengkram pundakku, mencari wajahku yang menunduk
menatap kakiku.
“aku.. aku.. akuu..”.
“kau... jangan bilang kau cemburu dengan kakakmu
sendiri”. Ucapan Niall tersebut memaksaku menatapnya cepat. Aku
melihat ia menatapku dengan sedikit menyunggingkan sudut bibirnya.
Aku hanya bisa diam, aku malu mengakuinya. Ya, harusnya
aku tak perlu secemburu itu, Niall sudah jelas mencintaiku, dengan
perjuangannya selama ini untuk mendapatkanku kembali, itu sudah cukup
harusnya untukku meyakinkan bahwa Niall tak akan pernah berpaling
dariku.
Niall menghembuskan nafasnya dan menggenggam kedua
tanganku sebelum melanjutkan bicaranya, “Sher, kau terlihat lucu
jika kau cemburu seperti ini. You know? I love it”. Ucap Niall yang
justru membuatku kesal padanya.
“okay, listen. True love is love wich only for two
person, and no place for the third person, Sher”. Ucapnya seraya
menerawang kedua bola mata coklat tuaku. Aku dibuatnya terhanyut akan
kata-katanya itu, perlahan aku merengkuh tubuhnya, memeluk tubuh yang
tingginya melebihiku.
“so, aku hanya memiliki satu cinta, dan itu untukmu.
Aku sudah susah payah untuk mendapatkanmu kembali, jika aku
melepaskanmu lagi, maka aku adalah pria terbodoh didunia ini. And you
know? True love suddenly brokken, not only but like the old man who
has lost the stick, dan aku tak mau itu terjadi lagi”. Aku
tersenyum dalam dekapannya, aku bisa tenang kini. Niall membelai
rambutku berkali-kali sejak tadi, memelukku erat seraya mengayunkan
tubuhnya laksana berdansa dikeindahannya pagi cerah ini. Memaksaku
untuk menikamati pelukannya ini tanpa harus melepaskannya.
“Niall!”. Suara Mom memaksa Niall melepaskan pelukan
ini, dan ia manarik tanganku untuk kembali keruang tamu sebelum
menghapus air mataku dan berbisik, “aku sudah memilihmu, dan tak
akan memilih yang lain. Ecxept the food”. Aku tertawa
dibelakangnya.
Kami sampai diruang tamu, ku lihat dengkul Shireen sudah
terbalut perban yang dipasang Niall tadi. Aku duduk disampingnya,
sedangkan Niall dihadapanku bersama Mom Maura. Aku berusaha untuk
melupakan apa yang baru saja terjadi padaku tentang kecemburuanku
yang berlebihan itu tadi, dan kembali fokus pada kedatangan Mom Maura
kerumahku yang tiba-tiba ini.
Aku sudah sering bertemu dengan Mom sebelumnya, namun
itu cukup lama, saat pertama kali Niall memilihku untuk menjadi
kekasihnya, sebelum aku mengetahui penyakit itu.
“Niall sudah menceritakan semua tentang kalian padaku,
aku cukup terkejut mendengar ceritamu. Jika Niall tak cerita, mungkin
sampai saat ini aku tak pernah tau tentang penyakitmu itu. Aku hanya
takjub padmu, begitu besarnya kau mencintai putraku. Terima kasih,
Sherine”. Seru Mom Maura.
“tidak, Mom. Aku yang berterima kasih padamu, kau
sudah melahirkan putra yang tulus mencintaiku, menyemangatiku
melewati penyakit itu, dan memberiku tak hanya kebahgiaan tapi juga
ketenangan”. Ucapku tersenyum seraya menatap Niall yang hanya
melebarkan senyumnya itu.
“Mom ingin mengatakan sesuatu padamu”. Sahut Niall
yang kemudian berdiri dan menyuruhku duduk disamping Mom.
“kenapa tak kau saja yang mengatakannya, Niall”.
Jawab Mom. Aku hanya bingung melihat keduanya yang memlempar tatapan
yang tak ku mengerti, membuatku mengerutkan kening ini.
“sudah, kau duduklah”. Niall menarikku untuk duduk
disamping Mom Maura. Kini aku duduk menyamping mengahadap Mom,
sedangkan Niall berdiri disamping sofa, dibelakangku.
Mom Maura menggenggam kedua tanganku, mengelus-elusnya
dengan lembut, sesekali menyentuh kepala sampai pipiku. Aku tak
mengerti apa yang ingin ia bicarakan padaku, ia terus tersenyum dan
mengelus tanganku.
“apa kau mencintai putaraku setulus hatimu?”.
Mulainya, aku kembali mengerutkan kening ini, kemudian ku palingkan
wajahku kebelakang menghadap Niall. Namun Niall hanya diam dan
mengangkat pundaknya, menyuruhku untuk menjawab saja pertanyaan
Momnya.
“tentu saja, Mom. Memangnya kenapa? Kau.. tak
menyukaiku berhubungan dengan putramu?”. Ucapku sedikit taku. Takut
ia menjawab Ya.
“tidakk, aku hanya ingin melihat putraku bahagia
dengan pilihan terbaiknya”. Jawab Mom dan diam-diam aku bernafas
lega. Tapi aku masih tak mengerti akan perkataannya baru saja.
“maksudmu?”. Tanyaku. Kemudian ia semakin lurus
menatapku, seperti ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting atau
begitu rahasia.
“nak, maukah kau menjadi menantuku?”. Ucapnya,
berhasil membulatkan mata juga mulutku. Aku berbalik mengahadap Niall
yang bertujuan menanyakan kebenaran yang Momnya tanyakan padaku tadi.
Namun ternyata Niall tak lagi berdiri kini, ia tengah
berdeku seperti seorang pangeran yang menunggu sang putri meraih
tangannya. Tapi tak hanya tangan yang Niall berikan untukku. Sebuah
kotak kecil berwarna hijau yang telah terbuka ia berikan dihadapanku,
membutaku tak bisa menutup rapat mulut ini. Sepasang cincin berukiran
True Love yang begitu cantik didalamnya.
“mungkin pertanyaan itu yang tepat untukku tanyakan
padamu. Will you?”. Ucapnya, membuatku teringat bahwa ia pernah
mencoba melamarku namun aku tak pernah menjawabnya, hingga ia
menyuruh Mom Maura untuk mengatakannya.
Aku mencoba menenangkan diriku, sesekali aku juga
menatap kakakku yang tersenyum mengangguk. Kemudian aku kembali
menatap Niall bersama sebuah kotak ditangannya, dan aku mengangguk
perlahan seraya tersenyum juga menahan air mata kebahagiaanku yang
ingin keluar.
“tidaak, Sher. Yang kuinginkan bukan anggukanmu, tapi
jawabanmu”. Bantah Niall yang hampir membuat rasa bahagiaku lemah
saat ia mengeluarkan kata tidak.
Aku mengatur nafasku sebelum mengatakannya, “I will,
Niall. Aku mau menjadi istrimu dan aku tak bohong”. Ucapku, disusul
tawanya yang tanpa suara itu.
Niall menyerahkan kotak itu pada Mom, kemudian Mom Maura
mengambil sebuah cincin yang ukurannya lebih kecil dan menerahkannya
pada Niall. Niall memasangkan cincin itu ke jari manisku, bersamaan
dengan jatuhnya air mataku yang tak bisa ku bendung lagi. Kemudian
Mom memberikan pasnagan cincin yang kukaenakan ini dan menyerahkannya
padaku, ku pasangkan cincin itu ke jari manis Niall.
“sudah ku katakan kau jangan menangis lagi, Sher”.
Ucap Niall setelah aku selesai memakaikan cincin itu ke jarinya. Tapi
aku malah menangis semakin menjadi-jadi. Niall memelukku dan mengusap
lembut punggungku.
“setelah ini kau harus bedakan, mana tangisan
kesedihan dan mana tangisan kebahagiaan, Niall”. Omelku, dan ia
hanya cengengesan saja setelah melepaskan pelukannya.
“Now, your my future wife, Princess Nose”. Ucap
Niall sebelum mengecup lembut punggung tanganku.
“and your my futere husband, Blonde Panda”. Ucapku,
namun dibalas dengan raut wajah cembetut Niall.
“kenapa? Kenapa kau tak memanggilku Prince Nose,
Sher!”. Oceh Niall setelah aku sudah lebih dulu menghindar darinya,
aku berlari darinya yang entah ingin melakuakan apa padaku.
Jika aku kembali ke beberapa tahun yang lalu, dimana
saat-saat paling menyedihkan dalam hidupku, aku tak pernah
membayangkan bahwa hal ini akan terjadi. Aku sembuh dari kanker
mengerikan itu, rambutku kembali tumbuh, pendengaran dan
penglihatanku kembali jelas, fisikku tak lagi melemah, dan aku
berencana akan berjemur bersama Shireen mungkin setelah ini. Dan aku
juga bisa kembali ke negeri ini lagi, mencintai Niall, dan menikah
dengannya, menikah dengan cinta sejatiku.
_Sherine pov End_
~NLS~
_Author pov_
Sebuah kamar didalam sebuah rumah di tengah kota London,
kamar itu penuh sesak, tak seperti biasanya yang selalu rapih dan
bersih. Bukan karena butiran salju yang masuk kedalam kamar itu, tapi
terdapat tiga gadis yang malam sebelumnya membuat pesta kecil-kecilan
mereka.
'criiiiiing.......'. Deru
suara bising tersebut sudah berdering sedari tadi, namun tak ada satu
pun dari mereka yang terbangun akan suara itu. Seorang gadis yang
tidur diatas kasur miliknya, masih menempel penutup itu dimatanya
kini berbalik mengganti posisi tidurnya. Memeluk seorang gadis
lainnya yang memiliki rupa yang sama persis dengannya. Gadis berambut
merah itupun terbangun, terkejut akan pelukan tiba-tiba itu yang
datang dari sang adik.
Gadis berambut merah itu duduk, namun masih diatas
ranjang milik adiknya itu. Ia melihat dibawahnya terdapat satu kasur
lipat lagi yang ditiduri seorang gadis berambut brunette itu. Shireen
menggaruk kepalanya yang memang gatal, masih sedikit terpejam,ia
dikejutkan lagi oleh deringan suara yang berasal dari bawahnya.
Handphone milik gadis berambut brunette itu berkelip,
gadis itu meraihnya dan begitu saja mengangkat panggilan yang masuk
tanpa meminta izin pemiliknya, “Haloooh?”. Ucap Shireen yang
masih memejamkan matanya.
“CHRISTIE!! KAU MAU MENIKAH DENGANKU TIDAAAAAK??!!”.
Membelalak mata Shireen seraya memandangi handphone ditangannya itu
yang didalam layar tersebut tertera nama Taylor Lautner.
Gadis itu kembali meletakkan handphone itu di
telinganya, dan ternyata pria itu masih bercuap-cuap sendiri,
mengomel sendiri, “... Jawaab! Aku dan Niall sudah sampai di Altar
tiga puluh meint yang lalu dan kau tak kunjung datang, kau sudah tak
mencintaiku?!”. Oceh Taylor diseberang sana.
Kini Shireen mengerti dan ia baru sadar, ia tak menjawab
panggilan itu dan langsung menarik tangan Sherine dan Christie seraya
berteriak, “girls! Ayo banguuun! Kalian terlambat!”. Teriak
Shireen yang kini berhasil membuka mata Sherine dan Christie yang
nyawanya masih belum terkumpul semua.
Sherine masih menyipitkan matanya menatap heran
kakakknya itu yang berteriak seperti orang gila, “Rin! Hari
pernikahan lo!”. Teriak Shireen yang berhasil membuat Sherine
melompat dari kasurnya.
Sementara Sherine yang berlari kekamar mandinya,
Christie malah meneruskan tidurnya, itu membuat Shireen kembali
mencoba membangunkannya.
“Christ? Apa kau mencintai Taylor?”. Ucap Shireen
yang berbisik ditelinga gadis itu.
“ofcouursee”. Jawabnya malas-malasan.
Shireen menarik nafasnya, mengumpulakan strategi yang
mungkin berhasil untuk membangunkan dokter adiknya ini, “tapi,
kurasa ia mencintaiku, Christ. Semalam ia menciumku”. Bisik
Shireen.
Dan berhasil, Christie bangkit dari tidurnya dan
memberikan tatapan amarahnya pada Shireen, Shireen malah tertawa
sendiri melihat sikapnya, “bagaimana aku bisa mencium kekasihmu
sedangkan semalaman aku bersama kalian disini”. Lanjut Shireen yang
masih tertawa. Christie pun mengerutkan dahinya.
“cepat banguuun sekarang hari pernikahanmu! Dan kau
terlambat tiga puluh menit Christ”. Teriak Shireen kembal, membuat
Christie membulatkan matanya dan berteriak seperti melihat hantu.
Sherine yang sedang mandi pun dikejutkan oleh pintu yang
terbuka tiba-tiba, Christie masuk begitu saja dan ikut membersihkan
dirinya.
“Christ! Kau gila? Aku belum selesai!”. Teriak
Sherine terkejut, yang kini tengah membersihkan tubuhnya didalam
bathub.
“kita sudah kehabisan waktu, Sher. Sudahlah diam saja,
salahmu sendiri kenapa tak mengunci pintunya!”. Ucap Christie yang
sudah membasahi tubuhnya.
Hanya lima menit mereka membutuhkan waktu untuk
membersihkan tubuh mereka, ini lebih cepat dari biasanya mereka
mandi, yang membutuhkan waktu setengah jam lebih. Sherine dan
Christie langsung mengambil gaun mereka yang sudah mereka pajang di
hadapan ranjang Sherine sejak semalam, lalu memakainya.
Sedangkan Shireen, ia belum membersihkan tubuhnya, ia
lebih memilih mereka yang hari ini menikah untuk siap lebih dulu.
Shireen juga hampir kerepotan, karena ia yang me-makeup kedua
pengantin wanita ini. Shireen memang sangat ahli dalam urusan makeup,
karena ia tak bisa hidup tanpa makeupnya.
“Shireen tolong, bulumataku lepas lagi!”. Teriak
Sherine meronta-ronta, seolah terdapat serangga dikelopak matanya.
“tidaktidak, kau selesaikan airlaner ini. Ini akan
terlihat jelek jika kau berhenti setengah-setengah!”. Tahan
Christie, menutruh Shireen untuk tidak berhenti.
“Ren! Who's your sister?!!”. Teriak Sherine sebal.
“Sheer, Christie benar, ini tak bisa ditinggal,
sabarlah, ini sebentar lagi”. Ucap Shireen yang masih serius
memakaikan airlaner di kelopak mata dr.Burke itu
“tapi kau sedari tadi mengurusinya teruus! Christ,
dewasalah! Kau lebih tua dariku, harusnya kau mengalah”.
“aku sudah sering mengalah padamu, tapi untuk kali ini
tidak!”.
“diam, Christ. Jika kau terus bergerak ini akan
jelek”. Omel Shireen.
'Tiiiiin.. Tiiiin'. Suara klakson tersebut berasal dari
luar rumah Sherine.
“Sher, cepat kau buka”. Ucap Christie.
“kenapa harus aku?!”.
“ya karna aku sedang sibuk, dan kakakmu juga”. Ucap
Christie santai, membuat Sherine mendengus kesal.
Karena gaunnya yang panjang, ia hampir kerepotan untuk
sampai di pintu rumahnya. Dan saat Sherine membuka pintunya, terdapat
sebuah mobil yang ia tau itu milik Harry. Tepat, Harry keluar dari
mobilnya dan ia bersama Louis untuk menjemput Sherine dan Christie.
“kenapa kalian lama sekali?”. Teriak Louis dari
dalam mobil Harry, sedangkan Harry keluar dari mobilnya dan
menghampiri Sherine.
“masuklah, kami masih bersiap-siap, kami kesiangan
Lou!”. Sherine langsung kembali kekamarnya, dan Christie sudah
selesai, sedangkan Shireen kini tengah mengatur bulumata Sherine.
“sudah, cepat pergilah”. Ucap Shireen setelah
menyelesaikan tugasnya.
Sherine dan Christie terburu-buru seraya menenteng high
hells mereka menuju mobil Harry. Saat didalam mobil, mereka masih
repot dengan high heels mereka yang belum terpakai, sementara Louis
yang dibagian kemudi hanya menggeleng melihat kedua pengantin wanita
itu dibelakangnya.
“kau?”. Tanya Harry kepada Shireen, pria itu heran
dengan penampilan Shireen yang masih belum rapih.
“aku akan menyusul. Kalian duluan saja”. Jawab
Shireen yang menyandar di bibir pintu rumahnya.
“HARRY CEPAT!!!”. Teriak kedua pengantin wanita itu
kompak.
“umm.. kalian duluan saja. Aku akan kesana bersanma
kakakmu, Sher”. Ucap Harry yang diakhiri dengan senyumnya kepada
Shireen.
Dan mobil Harry pun melaju dalam kemudi Louis. Sedangkan
Harry berniat untuk kembali masuk kerumah Sherine dan menunggu
Shireen yang akan bersiap-siap. Namun Shireen malah mengunci pintunya
dan membiarkan Harry meringis kesakitan karena keningnya yang
membentur pintu rumah itu.
“kau mau menungguku? Tunggu diluar, keriting jelek!”.
Teriak Shireen sebelum meninggalkan pintunya dan pergi untuk
merendamkan tubuhnya di bathub.
“iya! Aku tunggu disini!” teriak Harry yang sudah
mengambil posisi duduknya di tangga kedua rumah dibelakngnya itu.
“kasar sekali gadis itu, akukan mau mengantarnya,
kenapa aku disuruh tunggu diluar? Aku ini tamunya!”. Gerutu Harry,
namun tak lama senyumnya kembali.
“tapi aku tak akan menyerah”.
~NLS~
Janji sumpah dua pasang pengantin itu pun telah terucap,
kini mereka saling menatap untuk memberikan sebuah ciuman. Taylor dan
Christie sudah melakukannya sebelum ada yang menyuruh mereka untuk
melakukannya, sementara Sherine dan Niall.
Niall sudah mencoba mendekatkan wajahnya, namun Sherine
terus menghindar, sesekali ia tutup bibir tipisnya itu dengan
tangannya, seolah ia tak mau melakukan hal itu. Ia memang tak mau,
karena ia belum sama sekali melakukan hal itu. Ditambah ia tak ingin
melakuaknnya didepan banyak orang seperti ini.
“Sher, ini tidak main-main”. Bisik Niall memberikan
tatapan menyudutnya.
“aku tau Niall, tapi aku tak bisa”. Ucap Sherine
lirih.
“kau lihat mereka, mereka sudah melakukannya dan belum
berakhir juga sampai saat ini”. Niall menggeleng-geleng melihat
Taylor dengan istrinya itu, Sherine juga melirik kedua dokternya itu
yang berdiri tepat dibelakang Niall. Sherine begitu jijik melihat
mereka, sesekali ia menggeleng dan mengeluarkan suara seperti ingin
muntah.
“Sherine cepat! Ini mudah! Okay, kau tutup matamu”.
Perintah Niall, dan Sherine menurut. Namun gadis itu masih membuka
matanya sedikit, dan saat Niall kembali mendekatkan wajahnya ke wajah
istrinya itu sebuah telapak tangan mengarah pada wajahnya. Sherine
mendorong wajah Niall kebelakang.
Niall tertawa, bukan karena lucu, tapi karena terlalu
geram dengan Sherine yang seperti anak kecil ini. Dan tak banyak
mereka yang menyaksikan pernikahan Taylor Christie dan Niall Sherine
ini tertawa melihat tingkah sepasang pengantin ini yang tak juga
melakuakan hal yang sama dengan Taylor dan Christie saat ini.
Karena tawa ramai itu, Taylor dan Christie menghentikan
aktifitas mereka. Taylor menghampiri Niall yang masih terus mencoba
untuk menyentuh bibir istrinya itu, dan Sherine yang masih terus
menghindar, bahkan hampir meninggalkan Altar untuk berlari dari
Niall.
“kenaapa kalian ini?”. Tanya Taylor heran. Namun
Niall hanya diam meremas jambulnya, sedangkan Sherine menggeleng
seraya menutup mulutnya itu dengan kedua tangannya.
“Sherine!”. Panggil Taylor, ia seperti memiliki
rencana sendiri untuk menolong Niall mengatasi Sherine yang tak
pernah merasakan sebuah ciuman itu.
Sherine mendongak, dan tiba-tiba wajah Taylor berubah
ketakutan saat melihat Sherine, “Sher, di pipimu ada serangga!”.
“AH! MANA? CEPAT KAU AMBIL CEPAAAT!”. Sherine
mematung dan cara itu berhasil membuat Taylor untuk menuyuruh Niall
mencium Sherine yang kini terpejam karena ketakutan akan serangga
yang menempel dipipinya, yang nyatanya hanyalah tipuan Taylor belaka.
Niall buru-buru menyentuh bibir Sherine, takut ia akan
menghindar lagi. Dan sentuhan yang datang tiba-tiba itu berhasil
membuat mata Sherine terbuka dan membulat. Jantungnya berdegup lebih
cepat dari yang biasa ia rasakan. Ia tak bisa melepaskannya, karena
Niall merangkul pinggangnya, tak membiarkan gadis itu terlepas lagi.
Niall melepaskan sentuhannya tersebut. Dengan senyuman
menawannya, ia menangkap raut wajah Sherine yang memerah dan masih
sedikit terkejut itu, tentu saja karena ini first kiss mereka.
“mudah kan?”. Ucap Niall menggoda istrinya itu.
Sherine mendengus dan tertawa, mentertawakan kebodohan dan
kepolosannya sendiri. Ia memeluk Niall yang kini sudah menjadi
suaminya, sebuah pelukan yang mengartikan bahwa mereka telah
berhasil, berhasil menemukan cinta sejati mereka masing-masing, cinta
sejati yang benar-benar sejati.
Siapa yang menyangka, berawal dari sedikit cobaan yang
menimpa Sherine, ia bisa menemukan cinta sejatinya. Padahal ia sudah
kehilangan arah hidupnya, putus asa, hanya karena takut yang
dicintainya menangis karenanya. Sungguh sebuah alasan yang bodoh tapi
berarti untuknya, ingin melihat yang dicintainya bahagia karenanya,
bukan menangis.
Karena penyakit itu, ketegaran mereka diuji, kesabaran,
dan juga cinta. Hingga mereka menemukan sesuatu, menemukaan arti
kehidupan yang sebenarnya, menemukan arti dari kebahagiaan yang
sebenarnya, arti air mata yang sebenarnya, arti cinta yang
sebenarnya.
Cinta sejati, itu sudah menjadi takdir, tak ada yang
bisa memisahkan mereka, kecuali takdir Tuhan dan kematian...
_Author pov End_
~NLS~
_THE END_
Cuap-cuap
Author Fathimah_Haddad
PENTING!!
eh
ngga juga deeh_-
Finally!!
berapa
bulan yah ngerjain ini #NLS
--a duh author bingung nih mau cuap-cuap apa, author LS ini mah sadar
diri kalo storynya emang gak bagus :') tapi kalo ada yang mau
nambahin kritikan tentang story ini boleh kok, BOLEH BANGET malah
seneng banget, itu jadi pembangun buat authornya sendiri untuk
membuat story lain yang lebih baik lagi :)
Maaf, gak
maksud untuk membohongi dengan bilang sampe part 26 :( tadinya emang
mau sampe part 26 cuma kepanjangan, jadi dibagi lagi deh.-. Dan
Maaf juga kalo ngepostnya suka telat, lama, itu karena free
timenya author sedikit :' dan koneksi dirumah author lamaban, maklum
rumahnya author kan tertutup. kandang kali_- maaf juga kalo ada yang
gak suka sama ending ceritanya, jujur Author fathimah ini paling
susah kalo buat Tittle/judul story dan! Ending cerita_- makanya masih
butuh masukan yang banyak terutama tentang tittle dan endingnya :)
OH IYA,
kalo ada yang sedang bertanya-tanya, next story yang bakal dibuat
athor fathimah ini apa?
Jawabannyaaaa....
yup! Kalo ada yang udah baca Story ini >>
http://t.co/pDkMW9tKFS
dan cuplikan sequelnya ini >> (http://t.co/pEbJHmO5wb,
http://t.co/f1mQGO1lGY,
http://t.co/J53qduJ9DM,
http://t.co/uoMBZPHhY7,
http://t.co/hzWNT3LkjB)
pasti tau story apa selanjutnya yang author kerjain ;) dan sedikit
bocoran, kalo di ZLS itu nanti mungkin ada beberapa cuplikan adegan
di ZLS yang lama dan ada pengulangan sedikit adegannya. Daaan, bakal
ada beberapa new Cast yang bakalan muncul! ;) Penasara? Cooming
sooooooonn!!! bulan puasa mungkin dipostnya, atau lebaran :/ itu
target author~ ah taudeh liat aja nanti, author gak bisa janjiin
kapan, takutnya kayak LS sebelum-sebelumnya, penundaan post atau
bahakan berenti, gak diteruskan lagi .-.
ADA LAGI NIH!
Reader aku yang suka nulis cobak angkat Liam atau Louis
atau Niall atau Harry! etapi jangan Zayn, zayn
cukup author aja yang angkat ;p *duh kan berat_- okay, atau
ada yang emang seorang author? Gini~~ mau join
sama aku tak bikin story ininih >>
http://www.facebook.com/note.php?note_id=494931563893326&refid=21&ref=stream
Author fathimah cuma mau nyoba aja bikin story yang Authornya
dua :) kan seru tuh kayaknya, bisa tuker pikiran atau tukeran ide
gitu ;) etapi ini yang mau aja yaaah, dan ada kemauan mau bikin story
ini sampai ending! Nah yang mau? Start to send me DM on my Twitter
acc >> @Fathimah_Haddad
,
@FathimHaddad501
;D
SATU LAGINIH
SATU LAGI!!! ciyus deeh.-.
Author pengen
mengenal lebih dekat laginih sama readernya~ sekalian, kalo ada
reader yang masih bingung sama NLS ini, AYOK lewat hashtag
ini>> #askPNATLauthor
Jadi...
kalian boleh nanya apaaaaaaaa aja tentang pembuatan PNATL Author ini,
apapun! Asal jangan urusan pribadinya author-,-
Nanti kakak
reply mention kamu, Misal :@zaynmalik #answerPNATLreader dari kakak sendiri, karena kakak suka
bersin-bersin tiap pagi_-
Naahh dan itu
dimulai dariiiii~~~ jengjengjeeeng!!! Sekarang ;)
Udaaah itu aja
cuap-cuapnya author, sekali lagi maaf kalo Storynya memang tak bagus
dan tak memuaskan kalian :) udah mau baca sampe ending aja aku udah
seneeeeenggg bangett /peluk reader satu-satu/
See you next
story.......... ^-^~