Title:
#NLS “Princess
Nose And True Love” {Part 26}
Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
|Welcome
to my Imagination|
Hope you
like this guys ;)
~NLS~
_Niall pov_
“Sherine”.
Ucapku lemas, aku terjatuh. Aku benar-benar tak bisa menerima
kenyataan ini. Mana keyakinanku yang begitu kuat bahwa ia masih
baik-baik saja? Kenapa aku tak bisa seyakin sebelumnya bahwa ia pasti
baik-baik saja?
Mereka membantuku
bangkit. Aku bisa mendengar tangisan Harry yang sembunyi-sembunyi,
aku melihat Zayn yang matanya memerah mulai membantuku melangkah
karna dengkul ini yang lemas seketika, Eleanour yang menangis di
pundak Louis. Mereka menangisi siapa? Sherine? Ia baik-baik saja. Ya,
Sherine sedang menungguku disuatu tempat.
“tidak, aku
harus mencarinya. Ia pasti ada disekitar sini. Ia pasti sedang
memperhatikanku saat ini dan tertawa terbahak-bahak karena guyolannya
berhasil”. Ucapku melapaskan rangkulan mereka yang membantuku
berjalan.
Aku berbalik, aku
mulai mencarinya, entah aku begitu yakin bahwa Sherine ada disini, ia
masih bernafas, bahkan nafasnya terasa ditelingaku. Aku yakin, ia tak
meninggalkanku begitu saja. Ia pasti tak akan mengulangi kesalahannya
lagi untuk kedua kalinya. Ia pasti akan kembali lagi padaku.
“Sherine! Kau
dimana?”. Ucapku disela pencarianku.
“Niall!”.
Seseorang menarikku dari belakang. Zayn menahanku, ia mengoyak-oyakan
tubuhku.
“Niall! Ini
tidak lucu! Kau harus menerimanya! Semua yang hidup pasti akan mati”.
Bentak Zayn.
“tidak, aku
yakin ia masih didunia ini Zayn, aku yakin”. Ucapku melepas paksa
cengkramannya.
“Niall!
Dengarkan aku, dengarkan!”. Zayn kembali menarikku dan mencengkram
kuat pundakku.
“mungkin Sherine
pergi, tapi hatinya masih disini, bersamamu”. Ucap Zayn seraya
meletakkan telunjukknya didadaku.
“dan di
kehidupan lain, aku yakin kalian akan menyatu kembali”. Sambung
Zayn membuat air mataku jatuh kembali dan suara tangisanku ini pecah.
“tapi, Zayn. Ia
pergi tanpa pamit denganku, ia meninggalkanku. Lebih dari satu tahun
aku menunggunya, berharap Taylor menuntunya kerumah ku dan berkata
'Niall, aku sudah sembuh. Dan aku mau menikah denganmu', tapi.. tapi
kenapa ia melakukannya lagi? Kenapa Zayn? Kenapa ia meninggalkanku
lagi? Kenapa aku tak boleh mencintainya lagi, Zayn kenapa?!”.
Ucapku hampir melengkingkan suara ini.
Fikiranku
benar-benar kacau saat ini, Sherine pergi meninggalkanku lagi, dan
ini untuk selamanya? Oh Tuhaan, kenapa aku tak boleh mencintainya
lagi? Kenapa kau tak memberiku kesempatan untuk mencintainya lagi?
Kenapa kau mengambilnya begitu cepat? Tanpa sedikitpun meninggalkan
pesan untukku? Kenapa kau tak memberiku kesempatan melihatnya untuk
yang terakhir kalinya? Kenapa?!!
Aku menyesal, aku
menyesal menyuruh Taylor membawanya ke China. Tidak, aku lebih
menyesal karena aku lebih memilih karirku ketimbang gadis yang begitu
berarti dalam hidupku. Aku menyesal tak menemaninya disaat-saat
terakhirnya. Sheriiiine! Kenapa kau lakukan ini lagi padaku? Kenapa
kau tinggalkan aku sendiri lagi? Bahkan untuk menciummu sampai saat
ini aku tak bisa!
Aku tau kau
mencintaiku, tapi kenapa kau meninggalkanku Sher? Inikah hukuman
untukku yang tak pernah memperdulikan keadaanmu selama ini? Lalu
kenapa kau tak membiarkanku membayar semua yang telah ku hujatkan
padamu? Membayar semua hinaan yang telah kulontarkan padamu? Membayar
semua rasa ketidak perdulianku padamu?
Aku masih
menangis, aku sadar wajahku sudah penuh dengan air mata dan memerah.
Tak perduli dengan mereka yang terheran-heran memperhatikanku
menangis seperti orang gila.
“tenanglah,
Niall. Aku mengerti, ini hanya masalah waktu. Aku yakin lambat laun,
kau pasti menerima kenyataan ini. Dan kau, akan menemukan yang lain
yang dapat mengisi kekosongan hatimu lagi”. Ucap Zayn yang
merangkulku, membawaku pergi dari kerumunan yang memperhatikan kami.
Tak sedikit blitz dari tangan-tangan paparazi yang mengambil
gambarku, mungkin ini akan menjadi berita heboh, karena aku menangis
sejadi-jadinya di muka umum.
'Tidak, Zayn. Kau
salah. Sherine, selamanya ia akan menjadi Princess Noseku, karena ia
tetap menjadi cinta sejatiku. Ya, selamanya'.
~NLS~
Kabar yang datang
tepat dua minggu yang lalu, kabar terburuk dalam hidupku, aku sudah
menerimanya, tentu saja atas dukungan teman-temanku. Jika tidak,
mungkin aku sudah menghuni rumah sakit jiwa. Sherine Arifa, gadis
yang sangat ku cintai, yang ku akui, aku mencintainya melebihi
seluruh makanan didunia ini. Kini aku tak bisa melihat senyumnya,
hanya bisa melihat senyum khas itu yang terekam dalam kepalaku, juga
memori dalam bentuk foto yang ku simpan dalam albumku yang sekarang
setiap hari ku bawa kemanapun aku pergi. Diary booknya, diary pertama
dan terakhirnya. Apa lagi? Apa lagi yang tersisa darinya untukku?
Cinta sejati. Ya,
itu akan selalu tertinggal dalam hatiku, takkan ku biarkan seorangpun
mencurinya dari hatiku.
Aku sampai
dirumahku setelah beberapa hari ini aku menginap dirumah Harry.
Kupandangi rumah disebelah rumahku. Membayangkannya yang duduk
tersenyum di depan pintu rumahnya, menungguku pulang setiap ku beri
kabar bahwa aku mendapatkan free dan berjanji akan mengantarnya
kuliah esok paginya. Sekarang, rumah itu kosong, gadis yang menghuni
rumah tersebut sudah tak ada.. ia sudah meninggalkanku selamanya.
“jadi, kapan kau
akan ke Indonesia untuk ke makamnya, Niall? Ku harap kau
mengizinkanku untuk ikut bersamamu”. Tanya Harry yang telah selesai
memarkirkan mobilku didepan rumah Sherine.
“tidak usah,
Harr. Cukup aku dan Zayn saja yang kesana, nanti akan ada kehebohan
jika kau ikut”. Tolakku yang tengah sibuk melepaskan sabuk
pengaman.
“kenapa hanya
Zayn? Kau tak adil, Niall”. Protes Harry. Aku tau dia begitu
menyayangi Sherine juga, ia ingin sekali ke makamnya, memberikan
penghormatan terakhir diatas makamnya. Namun aku dan Zayn akan
merahasiakan kepergian kami kesana, jika anak itu ikut, aku takut ia
berbuat macam-macam yang membuat semuanya terbongkar.
“kan sudah ku
bilang, aku mau menjemput keluargaku disana”. Bela Zayn sebelum
keluar dari mobilku.
“ayolaah, aku
janji tak akan memperlihatkan wujud asliku sesampainya disana, lagi
pula ini jadi kali pertamanya aku menginjak..”. Harry keluar dari
mobilku masih terus memaksaku. Namun kalimatnya terpotong saat Zayn
berlari kembali kearah kami, dengan raut wajah menegang.
“Niall, ada
maling dirumahmu!”. Ucapnya seraya menyudutkan matanya ke arah
pintu rumahku yang terhalang sosok seorang gadis berambut curly
panjang terurai dan berwarna merah menyolok, bersama sebuah koper
disampingnya. Serta pakaian yang bisa dibilang sangat mini, dengan
celana jins pendek dan toptank hijau.
“sshhsht”.
Desis Harry yang meminta kami agar tak berisik, kemudian si curly itu
mulai melangkahkan kakinya perlahan-lahan tanpa menimbulkan suara
langkahnya sama sekali. Sedangkan aku dan Zayn mengikutinya dari
belakang.
“kena kau
pencuri nakal!”. Ucap Harry saat ia menarik kedua tangan gadis itu
kebelakang.
“aaah
lepaskan!”. Teriak gadis itu meronta dan menarik kuat tangannya
dari cengkraman Harry lalu berbalik yang membuat rambutnya terbang
menutupi wajahnya.
Saat ia
mengibaskan rambut merah gelapnya itu kembali agar tak menghalangi
wajahnya, terbelalak mataku. Demi apapun, aku tak bisa percaya apa
yang kulihat saat ini.
“OH MY GOD,
Sherine!”. Teriak Harry yang langsung memeluknya erat. Sedangkan
aku masih mematung tak percaya. Demikian juga Zayn kurasa, karena ia
tetap diam membisu.
Aku memang sudah
yakin bahwa Sherine masih hidup, sekarang ia berdiri didepanku, dan
ingin menemuiku. Aku melangkahkan kaki ini agar lebih dekat lagi
dengannya, ingin sekali memeluknya seperti yang Harry lakukan saat
ini, lalu berkata. 'Sherine, kemana saja kau? Aku merindukanmu.
Kenapa mereka bilang kau sudah mati?'.
'PLAAK!'. Seketika
tamparan itu mendarat dipipi Harry setelah gadis itu melepas paksa
pelukan yang diberikan Harry padanya. Membuat kami bungkam seribu
bahasa. Termasuk aku yang kini menghentikan langkahku melihatnya tak
percaya. Ku lihat wajahnya penuh amarah, ada apa dengan Sherine?
Kenapa ia bisa sekasar ini?
“Sherine?”.
Sapaku yang mencoba mendekatinya. Sedangkan ia mulai memakai jacket
kulitnya yang sedari tadi diletakkan diatas kopernya lalu memakai
kacamata hitamnya.
“Sherine? Aku
bukan Sherine! Jangan coba-coba untuk melilit tanganku dan memelukku
lagi, keriting jelek!”. Ucap gadis itu yang ia tujukan untuk Harry.
Aku masih tak bisa mempercayainya, ku perhatikan setiap lekuk
tubuhnya, ia begitu mirip dengan Sherine, bahkan amat sangat mirip
dengannya, hanya saja rambut Sherine tak semerah ini, dan makeupnya
pun tak semenor ini. Tidak, ini pasti Sherine, mungkin ia sedang
bergurau! Tapi, Sherine tak pernah sekasar tadi, sampai menampar
Harry seperti itu.
Gadis itu kembali
mengutak-atik pintuku, apa yang ia lakukan dengan pintuku?
“kau bukan
Sherine? Lalu siapa kau?”. Tanya Zayn yang buka suara.
Gadis itu berbalik
kembali menghadap kami, ia menarik nafas panjang, lalu membuka tasnya
dan mengmbil sebuah pasport didalamnya. Ia membuka pasport itu dan
menunjukkannya kepada kami.
“Shireen?”.
Ucap Harry membaca nama yang ada di pasport itu. Itu membuatku
kembali terpuruk, kembali menyadari bahwa aku benar-benar sudah
kehilangan Sherine untuk selama-lamanya. Dan gadis dihadapanku ini
bukanlah Sherine, ia hanya mirip dengan Sherine, bahkan namanya pun
hampir sama.
“aku bukan
Sherine! Lihat? Sekarang berhenti memanggilku Sherine dan pergi dari
sini, atau kau akan berurusan dengan tinju mautku ini”. Ancamnya
memasukkan pasportnya kembali lalu mencengkram kepalan tangannya
seakan siap untuk meninju kami satu persatu, membuat kami lebih
memilih untuk mundur kebelakang beberapa langkah.
Ia kembali
memasukkan sebuah kunci kedalam lubang kunci pada pintu rumahku,
sepertinya ada sesuatu yang salah dengannya.
“maaf, kau..”.
“apa lagi?!”.
Gadis itu memotong ucapan Zayn dengan kasar. Gadis itu hanya mirip
fisiknya saja dengan Sherine, tapi sikapnya begitu bertolak belakang
dengan Sherine.
“ini, rumah
teman kami, apa yang mau kau lakukan dengan rumah ini?”. Lanjut
Zayn hati-hati seraya menunnjukku.
Kemudian gadis itu
mengerutkan keningnya lalu melihatku. Saat itu juga, ia mengeluarkan
Handphonenya dari dalam saku celana pendeknya, dan menekan tuts pada
qwerty BlackBerrynya.
“halo?”. Ia
menelfon seseorang dan masih memperhatikan kami satu persatu dengan
pandangan sinis.
“berapa nomor
rumahku? 50 kan?..... ohh.. 51. yaudah..... ya aku sudah sampai.
Maaf, kau ku tinggalkan tadi, habis kau lama sekali, I'm so bored!”.
Ucapnya yang langsung melangkah pergi dari hadapan kami tanpa meminta
maaf. Terlebih kepada Harry yang sudah terkena tamparannya.
“She's sexy”.
Desis Harry yang masih melihatnya. Aku dan Zayn saling pandang
terheran-heran akan ucapannya.
“Hazz, kau
ditampar olehnya dan kau memuji dia?”. Tanya Zayn tak percaya.
Aku memasukkan
tanganku kedalam sakuku untuk mengeluarkan kunci rumah, namun
ternyata tak ada, aku lupa kunci itu ku tinggalkan di dashboard
mobilku. “Harr, kunci mobilku?”. Tanyaku menegadahkan tanganku
padanya.
“Kau tak jatuh
cinta padanya kan, Niall?”. Tanya Harry agak melantur kurasa,
menahan kunci rumahku ditangannya. Dan aku memutar bola mataku dan
mendengus panjang sebelum menjawabnya.
“tidak mungkin,
Harr. Ia memang mirip dengan Sherine. Tapi dia bukan Sherine!”.
Ucapku yang merebut kunci itu dari tangannya.
“yess!”.
Teriakknya.
“kau mulai gila,
Harr”. Ucap Zayn yang masih terdengar olehku sampai di mobil.
Saat aku berbalik
untuk pulang, aku baru menyadari. Gadis itu bilang bahwa rumahnya
bernomor 51? ia memasuki rumah Sherine? Kulihat gadis yang mengaku
bernama Shireen itu sudah menutup rapat pintu rumah Sherine. Apakah
keluarga Sherine sudah menjual rumah itu kepada orang lain? Kenapa?
_Niall pov End_
~NLS~
_Author pov_
“jadi, gadis itu
tinggal dirumah Sherine?”. Tanya Liam yang meletakkan kembali
kaleng sodanya diatas meja ruang tamu Niall.
“ya, dan kau
tau, Li? Dia begitu mirip dengan Sherine!”. Jawab Zayn yang
antusias menceritakan gadis itu bersama Harry sedari tadi. Sedangkan
Niall hanya diam saja tak mengenggap itu adalah istimewa karena ada
seseorang yang begitu miripnya dengan Sherine.
Niall tak
merasakan apapun saat ia tau bahwa gadis itu bukanlah Sherine, ia
sudah tak bisa jatuh cinta lagi, apalagi dengan gadis yang kasar
seperti tetangga barunya itu. Dihatinya hanya ada Sherine sampai
kapanpun.
“Niall, apa kau
mau menjual rumah ini? Aku mau membelinya, Niall. Please, kumohon”.
Pinta Harry berlebihan. Tak lama ia mendapatkan sebuah toyoran dari
Louis.
“kau pasti
berfikir bahwa kau jatuh cinta, yakan! Tak bisakah kau jatuh cinta
dengan hati seperti Niall? Lihat, kau bilang gadis itu sangat mirip
dengan Sherine, tapi kulihat Niall hanya biasa-biasa saja. Itu karena
ia begitu mencinta Sherine dan tak jatuh cinta sepertimu yang hanya
melihat wajahnya saja”. Ceramah Louis. Sedangkan yang dipuji hanya
terus memotong kukunya, sibuk dengan aktivitasnya sendiri.
“kau salah, Lou.
Aku jatuh cinta padanya karen ia gadis pertama yang berani
menamparku, padahal ia pasti sudah tau bahwa aku Harry Styles dari
1D. Tapi kenapa ia malah menamparku bukannya balas memelukku dan
meciumku? Benarkan Zayn?”. Jelas Harry yang kini menanyakan
pendapat Zayn.
“terserahlah”.
Jawab Zayn yang sudah tak tertarik lagi.
“kau mau
mengantarku kerumahnya? Aku ingin lihat,semirip apa gadis itu dengan
Sherinemu, Niall”. Pinta Liam yang penasaran. Tak lama Harry
bangkit lalu menarik tangan Liam.
“biar aku saja
yang mengantarmu. Louis, kau ingin lihat juga tidak?”. Ucap Harry
yang sudah siap menarik pintu depan rumah Niall. Akhirnya Louis dan
Zayn ikut bangkit untuk kerumah tetangga baru Niall itu.
“Niall, kau tak
mau ikut?”. Tanya Harry yang siap untuk kembali menutup pintu rumah
Niall. Dan pria blonde itu hanya menggeleng lalu bangkit untuk masuk
kekamarnya.
~NLS~
Niall berbaring
diatas ranjangnya, mengatur nafasnya sedemikian tenang, memandang
langit-langit atap kamarnya. Ia tersenyum sendiri, seolah ia
tersenyum dengan gadis pujaan hatinya yang telah tiada.
'kau lihat, Sher?
Seseorang yang mirip denganmu. Aku bahkan tak merasakan apapun
dengannya, seperti yang dirasakan Harry saat ini. Aku tak bisa jatuh
cinta dengan gadis itu yang begitu mirip wajahnya denganmu. Apa
artinya aku begitu mencintaimu, Sher?'. Batin Niall.
Niall mengingat
kembali wajah gadis berambut merah tadi, ia memang begitu mirip
dengan Sherine, mencari tau mengapa gadis itu terlihat biasa-biasa
saja dimatanya setelah ia tau bahwa ternyata gadis itu hanya mirip
dengan Sherine. Mungkin karena sikapnya yang terlalu kasar dan tak
tau diri itu yang membuat Niall sama sekali tak tertarik dengan gadis
itu. Ia bisa menepati janjinya, ia selalu mencintai Sherine sampai
kapanpun. Dihatinya hanya ada Sherine, selamanya.
Kini Niall pergi
keruang tengahnya, ia teringat teman-temannya sekarang. Mereka tak
kembali lagi, apa gadis itu mempersilahkan mereka masuk dan tak geram
lagi saat ia melihat Harry yang datang?
Tiba-tiba pintu
rumah Niall terbuka lebar hingga membentur dindingnya, membuat Niall
yang tengah menikmati minumannya hampir tersedak.
“Niall!!!”.
Panggil Louis yang terburu-buru menghampiri Niall.
“apa? Kau mau
bilang gadis itu begitu mirip dengan Sherine? Iya aku tau”. Ucap
Niall yang kembali menikmati secangkir Jasmine teanya.
Louis terlihat
susah payah mengatur nafasnya, Niall tau itu sangat berlebihan untuk
mengekspresikan rasa keterkejutan pria pecinta wortel itu.
“ya, amat sangat
mirip. Mereka bagaikan cermin jika keduanya berdiri berdampingan”.
Ucap Louis yang seolah menerawang.
“mana yang
lainnya?”. Tanya Niall yang terus menikmati minumannya itu.
“masih dirumah
Sherine, eh.. Shireen, mereka masih berbincang-bincang”. Jawab
Louis.
“Niall, kau bisa
ajarkan aku membuatkan sup? Irish Stew?”. Tanya Harry yang datang
tiba-tiba dan memohon dengan permohonan yang aneh menurut Niall.
“untuk apa?”.
Tanya Niall malas-malasan.
“aku ingin kau
membuatnya sekarang, kau bisa? Ayolaah cepat ajarkan aku!”. Harry
menarik tangan Niall untuk bangkit dan menyeretnya ke dapur.
“aku tidak mau,
Harr! Aku malas, lagi pula bahan-bahannya tak tersedia lengkap
dirumahku”. Tolak Niall mencoba melepaskan pegangan Harry.
“aku mohon
padamu Niall, aku ingin memberikan sup itu pada Shireen. Mungkin saja
ia suka lalu ia menyukaiku, seperti Sherine yang menyukaimu”. Goda
Harry.
“tapi ia bukan
mencintaiku karena Irish Stew, Harr. Lagi pula ia tak menghabiskannya
saat itu”. Bantah Niall yang kini mematung.
“iya aku tau,
kali ini pasti Irish Stew mu akan habis, Niall”. Ucap Harry menepuk
punggung Niall.
“apa?”.
“sudaaah, ayolah
buatkan saja. Biar aku dan Lou yang akan ke mini market untuk membeli
bahan-bahan yang kurang. Aku mohon Niall”. Pinta Harry yang
kesekian kalinya.
“terserahlah”.
Ucap Niall pasrah, seraya membuka kulkas dan mengambil beberapa
kentang untuk mengirisnya.
“yeaah!!”.
Seru Harry yang ber-highfive dengan Louis.
~NLS~
Si keriting dan
boobear itu begitu memperhatikan Niall yang memasak sup buatannya
sampai selesai. Niall memasak sup itu seolah ia memasaknya untuk
Sherine, tak jarang ia menahan air matanya mengingat kali pertamanya
ia membuatkan sup ini untuk Sherine, namun hanya dua tiga sendok saja
gadis itu mencicipinya. 'Andai sup ini kau yang menghabiskannya,
Sher'. Batin Niall.
“sudah? Begitu
saja? Cukup mudah”. Komentar Harry setelah Niall sampai pada
finishing, yakni menghias sup tersebut.
“aku tak yakin
kau bisa membuatnya”. Ledek Niall pada Harry.
“heh, kau lupa
dia jago masak?”. Bela Louis.
“tapi tanganku
dengan tangannya berbeda. Aku tangan Irish asli, sedangkan kau
England, Harr. Sup ini akan berubah namanya jika kau yang membuatnya.
Haha”. Ucap Niall, kembali meledek.
“sudahlah,
sekarang kau bawa supnya ke rumah gadis itu”. Sahut Louis.
“kenapa harus
aku? Kalian saja”. Niall melepaskan cempalnya.
“ayolah, Niall.
Kalian kan bertetangga, maka kalian harus rukun”. Lanjut Louis.
“ya, benar. Lagi
pula gadis itu sudah minta maaf padaku soal kejadian tadi pagi, dan
ia juga ingin meminta maaf padamu kurasa”. Ucap Harry memasangkan
kembali cempal itu ke tangan Niall.
Dengan hembusan
nafas kepasrahan, akhirnya Niall mau untuk kerumah tetangga barunya
itu. Ucapan teman-temannya itu ada benarnya juga, karna mereka
bertetangga, sebaiknya tak bersi tegang seperti ini.
Niall mengangkat
mangkuk sup itu keluar. Ia teringat kejadian itu, saat pertama
kalinya ia mengantarkan sup Irish Stewnya ke tempat yang sama, hanya
saja hari ini tak ada salju yang turun. Sebenarnya Niall khawatir ia
akan membayang-bayangkan gadis itu adalah Sherine, ia khawatir akan
terjadi flashback yang tak didiinginkannya. Ia takut ia malah melihat
Shireen adalah Sherine. Dan benar saja.
Niall sampai di
rumah tersebut yang pintunya terbuka lebar, seolah ia berada di
Flashbacknya sendiri. Ia sampai diruang tamu Sherine, dan membulatlah
matanya, ia melihat sosok seorang gadis yang katanya adalah Shireen,
namun Niall melihat gadis itu adalah Sherine. Gadis itu sudah tak
bisa dibedakan lagi dengan Sherine yang kala pertama ia antarkan sup
ini kerumahnya.
Gadis itu berdiri
tepat diujung lorong yang sama menuju kamar Sherine. Ia tak lagi
berambut panjang merah mencolok, melainkan hitam sepundaknya dan
pakaiannya pun tak semini tadi pagi. Ia memakai jacket yang sama
dengan yang Sherine pakai kala itu, jacket berwarna hijau
kesukaannya. Hanya saja hidungnya tak merah seperti kala mengantar
sup pertamanya kerumah Sherine.
Namun Niall
buru-buru berpaling dari pandangannya ke gadis itu, ia takut hal yang
ditakutkannya terjadi, ia takut menganggap Shireen adalah Sherine.
Ia berbalik
memandangi teman-temannya itu satu persatu dengan tatapan tak
percaya, “hh.. kalian merubah penampilan gadis itu agar terlihat
seperti Sherine?”. Ucap Niall pada Harry, Louis dan Liam Zayn yang
duduk disofa, menyunggingkan senyum sinisnya.
“Harr, bukankah
kau menyukainya? Kenapa kau ikut merubahnya dengan memakaikan wig
hitam itu kekepalanya lalu memakaikan jacket yang sama dengan
Sherine? Seolah kau ingin membuatku menganggapnya Sherine, lalu aku
jatuh cinta padanya. Kenapa?”. Papar Niall pada Harry dengan nada
kecewa.
“dengar kalian
semua. Tak ada seorangpun yang bisa menggantikan Sherine dihatiku,
sekalipun gadis itu yang begitu mirip dengan Sherine. Tak akan! Dan
satu lagi, rambut Sherine tak sependek itu”. Tegas Niall yang
menunjuk gadis berjacket hijau itu, sebelum berbalik dan hampir saja
meninggalkan mereka semua bersama sup ditangannya.
Zayn yang duduk
disamping Liam buru-buru bangkit dan menarik tangan Niall, “Niall,
tunggu sebentar”. Halang Zayn menahannya untuk keluar. Zayn membawa
Niall kemabali ketempat si pirang itu berdiri tadi.
“kau sudah
perhatikan dia baik-baik? Dan kau bilang ia begitu mirip dengan
Sherine?”. Ucap Zayn sesekali mengarahkan pandangannya ke gadis
yang sedari tadi hanya menyandar disisi dinding seraya melipat kedua
tangannya dan tersenyum melihat mereka yang berbicara saat ini.
“Dengar Niall,
gadis itu.. memang Sherine”.
_Author pov End_
~NLS~
|To Be
Continued|
Uuupss! Sorry, It's not the Last Part xD
Okay,
don't forget to send ur feedback! Or visit my twitter account
@Fathimah_Haddad
and @FathimHaddad501
for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 27 ;) TWO LAST
PART!


0 comments:
Post a Comment