Saturday, May 18, 2013

#NLS Princess Nose And True Love {Part 25}

Posted by Unknown at 11:45:00 PM

Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 25}

Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad

Genre: Romantic

Rating: G (General)

Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
          - @SherineCArifa as Sherine Arifa
          - @OfficialTL as Taylor Lautner
          - @christiemburke as Christie burke
          - And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}

Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato



|Welcome to my Imagination|

Hope you like this guys ;)


~NLS~


_Sherine pov_


Akupun juga berfikir demikian, bukannya aku tak ingin menikah dengannya, aku sangat amat ingin menjadi pendamping hidupnya, ditambah kini kami saling mengetahui perasaan kami yang sebenarnya masih sama dengan beberapa tahun yang lalu. Tapi itu karena aku masih sedikit takut menjadi beban untuknya, dan kondisiku yang bisa dibilang masih belum bisa lepas dari obat-obatan juga rumah sakit.

Lembar Diary ini telah habis, entahlah padahal tanpa sengaja, namun seolah telah diatur sedemikian rupa, maka kutinggalkan benda ini ditempat biasa kuletakkan. Hari ini aku akan pulang ke Indonesia, negaraku, kampung halamanku. Tapi, hari ini bukanlah hari terakhir aku dinegara ini, dirumah ini, rumah yang hampir melekat dindingnya dengan rumah seorang pria yang ku cintai. Niall Horan.

Aku sudah memutuskannya, aku sudah memikirkannya kembali, bahwa aku akan kembali kenegara ini setelah kakakku sembuh. Aku akan menemui Niall kembali dan menghabiskan hidupku bersamanya, dengan begitu aku lebih tenang menghadapi kematianku kelak.

Pagi ini aku juga baru saja mendapat kabar dari ibuku. Kakakku, akhirnya ia sadarkan diri dari tidur panjangnya, namun satu hal yang masih mengganjalku tentang keadaannya. Kakakku, dia amnesia. Apa ia akan lupa denganku juga?

no, kau pasti tak akan lupa denganku”. Ucapku tersenyum dihadapan cermin seraya menyisir lembut rambut palsu ini.

who's?”. Tanya Niall, yang tengah memasukkan beberapa obat-obatanku ke dalam Tas kecil.

kakakku”.

ia pasti baik-baik saja, dan kau juga”. Ucapnya yang kini bersandar di tepi pintu kamarku, melipat kedua tangannya seraya memberikan senyumnya. Aku telah selesai mengikat rambut palsu ini, kini aku menatapnya memberinya senyum terakhir sebelum aku berangkat.

boleh aku memelukmu?”. Tanyaku, dengan cepat Niall memelukku erat lalu mengecup kepalaku.

berjanjilah padaku untuk tidak menangis lagi”. Bisik Niall tepat di telingaku. Aku mengangguk, dan aku berjanji tak akan membiarkanmu menangis sepertiku, Niall.

dan aku berjanji bahwa ini bukan pelukan terakhirku untukmu”. Sambung Niall, kemudian ia melepaskan pelukannya.

Sher, aku ingin kau tau satu hal. I love you, Sherine”. Ucapnya meremas jari-jemariku di kedua tanganku. Akhirnya, kalimat itu keluar lagi dari mulutnya. Dan itu, untukku.

I love you too, Niall”. Balasku sebelum aku memeluknya kembali.

sudah siap, Princess Nose?”. Sahut Taylor yang baru saja datang kekamarku.

yup, Docter Nose”. Aku meraih ranselku dan tas kecil berisi obat-obatan.

Taylor, bisakah aku saja yang memanggilnya Princess Nose? Dan kau sher, berhenti memanggilnya Docter Nose. Kau tau? Aku cemburu!”. Oceh Niall yang mengambil alih ranselku dan membawanya sampai ke taksi yang telah siap mengantarku ke bandara.

terserah kau saja, Prince Nose”. Sahut Taylor yang lebih dulu masuk ke dalam Taksi, dan itu membuat Niall tersenyum dalam diamnya.

Ya, Taylor ikut denganku sampai ke Indonesia. Awalnya aku menolak, tapi ia hanya ingin memastikan bahwa aku selamat sampai tujuan katanya. Dan Niall, aku tau ia ingin sekali berada di posisi Taylor saat ini yang mengantarku ke Indonesia, tapi ia tak bisa, banyak tour untuk album barunya. Aku lebih baik pergi bersama Taylor ketimbang Niall yang mengorbankan pekerjaannya, aku tak akan membiarkan hal itu terjadi.

Ku buka kaca pintu taksi ini saat Niall mengetuknya, “Sherine, cepat kembali. Jangan pergi jauh lagi dariku”. Ucap Niall.

ya, jaga dirimu, Niall. Jangan terlalu banyak makan cemilan”. Pesanku yang membuatnya mendengus tertawa.

Taylor, pastikan ia baik-baik saja sampai disana”. Pesan Niall pada Taylor, sebelum kaca ini kututup dan taksi ini melaju.

Aku melihatnya dibelakang, memberikan lambaian yang tentu saja bukan lambaian perpisahan. Aku akan kembali lagi padamu, Niall. Karena kau, cinta sejatiku.


_ Sherine pov End_


~NLS~


_Author pov_


Pria itu menyesal tak memeluk gadis itu lebih lama lagi tadi, sebelum akhirnya gadis itu meninggalkannya entah untuk berapa lama. Yang ia tau itu lebih dari tiga bulan, artinya ia tak akan bisa melihatnya lagi, ia sudah tak bersamanya lagi. Namun Niall begitu yakin, kepergian Sherine bukanlah untuk selamanya, ia yakin gadis itu akan kembali kepelukannya dalam keadaan sehat dan penyakit itu hilang dari tubuhnya.

Niall kembali kerumahnya. Sebelum ia masuk, ia memandangi sebuah rumah yang mulai hari ini akan terlihat sangat sunyi, kosong, dan hampa. Tak ada lagi suara bersinnya yang mengganggu telinga Niall.

Ia membuka tirai panjangnya, memandang sebuah jendela kecil yang kini tak akan memunculkan sosok bayangan gadis itu lagi. Ini baru sepuluh menit, tapi Niall begitu rindunya dengan gadis itu. Entahlah, saat kalimat cinta itu terucap juga dibibir Sherine, seketika Niall takut sesuatu terjadi padanya, ia takut kalimat itu adalah kalimat terakhirnya.

Tidak, Niall menggeleng kuat. Ia tanamkan didalam hatinya sebuah keyakinan, bahwa Sherine pasti akan kembali padanya, dan gadis yang dicintainya itu pasti akan sembuh total.

Tapi, walaupun keyakinan itu selalu tertanamkan, tetap saja rasa was-was terus menghantuinya. Ia takut pertemuannya tadi dengan Sherine, adalah pertemuan terakhirnya. Kata cinta yang keluar dari mulut Sherine adalah kata cinta terakhirnya. Dan senyumnya, adalah senyuman terakhir untuknya..


~NLS~


'as long as you love me, i'll be your platinum, i'll be your silver, i'll be your gold. As long as you lo lo lo lo lo lo lo lo lo lo lo lo lo lo lo lo lo lo lo love me love me..'.

Niall! Handphonemu bernyanyiiiii!”. Teriak Zayn yang tengah duduk di sofa mengikat tali sepatunya.

bisakah kau saja yang angkat? Aku belum selesai”. Pinta Niall yang berteriak dari ruang ganti backstage.

Zayn pun meraih iPhone itu yang berada disampingnya, “siapa?”. Tanya Harry yang sibuk memasukkan kancing terakhir kemejanya.

Taylor”. Jawab Zayn singkat lalu mengangkatnya, dan nyatanya bukanlah Taylor yang menelfon Niall.

'Niall? Kenapa kau tak bilang padaku Taylor membawaku ke China? Dan kenapa kau harus mengeluarkan banyak biaya untuk pengobatanku? Aku tak mau Niall, aku tak bisa'. Ucap seseorang diseberang sana, bicara terus tanpa hentinya.

Sherine? Ini aku, Zayn. Maaf, Niall masih di ruang ganti”. Kata Zayn. Harry langsung duduk disamping Zayn dan menguping pembicaraan itu.

'oh, Zayn. Apa ia masih lama? Aku tak punya banyak waktu, aku di China, pulsa telfonnya tak banyak, dan aku menggunakan telfon Taylor karna handphoneku tertinggal di toilet bandara kemarin'. Ucap Sherine. Kemudian Zayn menghampiri ruang ganti yang didalamnya masih dihuni Niall.

Niall, ini Sherine”. Seru Zayn mengetuk pintu ruang ganti tersebut.

apa?”. Niall yang belum selesai mengenakan pakaiannya langsung membuaka lebar pintu itu dan meraih benda itu dari tangan Zayn.

halo, Sher?”. Niall kini bersandar di sofa seraya susah payah memakai celana bahannya.

'kenapa kalian tak bilang padaku akan membawaku ke China untuk berobat? Dan kenapa harus kau yang mengeluarkan biaya pengobatanku?'. Sambar Sherine dengan nada kecewa.

Niall telah selesai memakai celananya serta topi hijau senada dengan t-shirtnya, ia mengatur nafasnya sebelum menjawab, “Sher, kau harus sembuh! Pelase, demi aku Sher”. Ucap Niall melembut. Kini Harry dan Zayn berada disamping Niall yang tak mengubris keduanya tengah memasang telinga mereka lebar-lebar.

'Niall, aku tak mempermasalahkan hal itu denganmu, tapi soal biaya yang kau keluarkan untukku. Kenapa kau lancang mengeluarkan uangmu untukku begitu saja tanpa memberitahuku?'. Niall harusnya tau ini akan terjadi karena mulut Taylor yang tak bisa dijaga untuk memegang rahasia.

Niall bangkit dan bersandar didinding, Harry dan Zayn pun masih mengikutinya tanpa Niall sadari. Namun kini bertambah Liam yang baru saja menyelesaikan makan malamnya, ia ikut mendekat dan menguping, “Sher, itu karena aku ingin kau sembuh, apapun caranya kau harus kembali padaku tanpa harus menangis lagi”. Ungkap Niall jujur.

Dan diseberang sana Sherine hanya terdiam akan jawaban pria itu, ia tau Niall begitu mencintainya, Sherine pun demikian. Mungkin jika posisi mereka berbalik, mungkin Sherine akan melakukan hal yang sama dengan Niall. Ia tak bisa membiarkan yang dicintainya terus menangis merasakan penyakit itu.

Sher?”. Panggil Niall yang sudah tak mendengar lagi suara gadis disana karena terdiam lama.

'aku hanya tak ingin membebanimu. Aku tak bisa hidupku malah menjadi beban untukmu'. Ungkap Sherine akan fikirannya saat ini.

sekali lagi kukatakan padamu, aku tak merasa terbebani, Sher. Oh ayolah, apa kau masih tak paham? Aku melakukan ini karena aku mencintaimu. Aku ingin menolongmu, karena aku.. aku, aku tak ingin kehilanganmu lagi, Sher”. Jelas Niall yang membuat Sherine ingin menangis.

dengar, jika kau tetap tak mau aku memberikannya untukmu. Okay, ini akan ku pinjamkan dan kau boleh mengembalikan uangku itu kapanpun kau bisa, asal! Kau harus sembuh, jika tidak kau berhutang selamanya padaku, mengerti?”. Lanjut pria blonde itu memberikan solusi agar gadis itu mau menerima bantuannya yang bukan sekedar bantuan. Melainkan kewajiban.

Sherine hanya bisa sedikit menangis kini, ia berusaha agar Niall tak mendengar isakan tangisan kecilnya.

Sherine, bicaralah. Kau sudah berjanji padaku tak akan menangis lagi”. Ucap Niall yang mendengar jelas isakan gadis itu.

'maafkan aku, Niall. Aku sudah merepotka..'.

Diam! Jika tidak, aku akan marah padamu selamanya”. Ancam Niall bergurau. Itu berhasil membuat Sherine berhenti menangis dan kini tertawa kecil.

'memangnya kau bisa marah padaku?'. Ucap Sherine yang masih mengatur tangisannya agar berhenti. Niall tersenyum mendengarnya,




lalu ia melihat disekitarnya sekarang saat beberapa dengusan tawa juga terdengar dikupingnya. Ia baru menyadari bahwa sedari tadi Zayn, Harry, Liam, dan Louis mengelilinginya untuk menguping pembicaraannya.

apa yang kalian lakukan disini?”. Protes Niall yang menutup iPhone itu dengan tangannya, kemudia mencari tempat lain yang tak ada kawan-kawannya itu.

'Niall. Kau juga berhutang padaku'. Mulai Sherine setelah mengusap sisa air matanya.

apa?”.

'jika aku kembali nanti, kau harus membuatkan Irish Stew lagi untukku, janji?'.

itu artinya kau akan sembuh, kan? Baiklah, aku berjanji, Princess Nose”.

'aku mencintaimu, Prince Nose'.

aku juga”. Akhir Niall sebelum Sherine mematikan sambungan telfon itu.

“Princess Nose? Hhahaha.. kenapa kau tak menggantinya dengan Princess Red Nose, Niall? Haha..”. Celetuk Louis yang disambung tawa Harry, Zayn dan Liam.

Karena tak terima atas guyolan Lou tersebut, Niall mengejarnya dan memukul habis mereka yang ikut mentertawakannya.


_Author pov End_


~NLS~


_Niall pov_


Selesai sudah tour album ke tiga kami, ini sudah tour ke dua kalinya kujalani setelah Sherine pergi. Ya, sudah lebih dari satu tahun. Bisa kalian bayangkan? Satu tahun lamanya aku ditinggalnya pergi, lebih parahnya, kami lose contact. Andai Sherine tak meninggalkan Handphonenya di bandara, aku pasti akan menelfonnya setiap hari, dan kami tak akan lose contact.

Aku juga kehilangan kontak dengan Taylor. Empat bulan terakhir ini, aku tak bisa menghubunginya lagi, terakhir ia mengatakan padaku bahwa kondisi Sherine belum bisa dipastikan sembuh. Itu membuatku hampir kehilangan harapan. Rasa kekhawatiranku kembali lagi, ketakutanku juga kembali menghantui pikiranku selama setahun terkhir ini, terlebih saat aku tak bisa menghubungi Taylor lagi, juga kekasihnya. Christie yang bekerja dirumah sakit Princess Grace tak terlihat lagi batang hidungnya. Ada apa dengan mereka?

Akhir-akhir ini aku juga kehilangan kebahagiaanku, aku tak seperti Niall yang dulu yang dengan mudahnya tertawa bersama Louis, Zayn, Liam, dan Harry. Bahkan kefanatikanku terhadap makanan pun berkurang kini. Jika kalian kerumahku, kalian tak akan lagi menemukan tumpukan cemilan dan minuman. Aku seperti kehilangan separuh hidupku. Sherine, bagaimana keadaanmu sekarang?

Ku keluarkan sikat gigi ini dari mulutku, membuang semua busa dimulut ini sampai tak tersisa, memasukkan mouthwash lalu berkumur dan membuangnya kembali. Ku pandangi cermin yang memantulkan wujud diriku. Benar yang Zayn bilang, aku terlihat lebih kurus. Aku mendengus tersenyum, bisa-bisanya aku seperti ini hanya karena cinta.

Menggosok rambut pirang ini dengan handuk ditanganku, seraya mencari remote tv dan memasang televisi. Breaking News, aku teringat Sherine lagi, terbayang bahwa reporter itu adalah dirinya. Mungkin sekarang juga aku akan ke lokasi untuk memeluknya.

Tidaak, lagi-lagi aku hanya membayangkannya.

'drrtt.. drrt..'.

Kuraih iPhoneku yang tergeletak diatas meja. Pesan dari Liam.

'kami sudah sampai, kau dimana? Kita jadi kesana kan?'.

Ku balas pesannya.

'aku baru selesai mandi, tunggulah sebentar'. Sending!

Ku letakkan kembali iPhone itu diatas meja, dan masuk kekamarku untuk bersiap-siap. Setelah beres merapihkan rambutku, aku membuka ranselku yang sudah siap kubawa, ku masukkan buku itu kedalamnya, buku bercover seekor burung hantu yang bertengger diranting pohon yang gugur. Ya, Diary milik Princess Noseku.

Kuletakkan ransel itu di punggungku dan kembali keruang tengah, mengambil sneakersku dan memakainya. Ku lihat iPhoneku berkelip, mungkin balasan pesan dari Liam tadi. Kuselesaikan terlebih dahulu dengan mengikat tali sneakers ini.

Aku sudah siap, ku ambil benda di atas meja itu dan membuka dua pesan dari pengirim yang berbeda.

'kau fikir pesawat ini punya nenek moyangmu yang seenaknya kau tunda penerbangannya?'. Pesan dari Zayn.

'Niall! Dua puluh menit lagi pesawat menuju China akan lepas landas, cepatlah!'. Pesan dari Harry. Kedua pesan itu tak ku balas, aku memilih untuk langsung berangkat ke bandara.

Ya, aku akan ke China hari ini, aku akan menjemputnya, aku tak bisa menunggu lama lagi. Aku ingin mengusir semua kekhawatiranku ini dengan memastikan sendiri kondisinya saat ini, lagi pula aku juga membawa Zayn yang tau persis letak Fuda Cancer Hospital Guangzhou itu, jadi aku tak perlu repot mencari gadis itu.

Jika aku bertemu dengannya nanti, aku tak perduli sel kanker itu sudah menghilang dari tubuhnya atau belum aku tetap ingin bersamanya, aku ingin menunjukkan padanya bahwa aku mencintai gadis itu apa adanya. Aku tak perduli lagi dengan penyakitnya, yang aku inginkan aku bersamanya sekarang juga dan tak ku biarkan ia pergi jauh lagi dariku untuk yang ketiga kalinya.


~NLS~


kau ini, bukankah kau ingin menjemput kekasihmu? Harusnya kau yang lebih bersemangat dari kami”. Oceh Louis menjitak kepalaku yang baru saja sampai dan duduk di kursi penunggu. Dan ternyata ia juga memboyong Eleanor.

ya, malah tadinya kufikir kau menginap disini sejak pulang tour kemarin”. Sambung Harry yang kini duduk disampingku.

Zayn, kau tak ikut memboyong istri dan anakmu seperti Louis?”. Ledekku pada Louis dan aku langsung mendapatkan toyoran di belakang kepalaku dari Louis juga Ele.

Niall! Cepat kesini! Bukankah itu Taylor?”. Ucap Liam tiba-tiba yang membuat detak jantungku tak karuan. Aku buru-buru bangkit meninggalkan ranselku dan menghampirinya yang tak tengah memperhatikan eskalator yang membawa orang-orang turun ke lantai tempat aku bediri saat ini.

Tak berkedip lagi, aku berlari menghampiri pria itu yang ku lihat ia sedang menggandeng seorang gadis. Aku tak melepaskan pandanganku darinya, takut kehilangan jejaknya. Selama berlari mengejar mereka, tak ku tinggalkan senyuman ini diwajahku. Aku sudah begitu merindukannya.

Aku sampai diujung eskalator tersebut tepat saat Taylor melangkahkan kakinya ke lantai dasar ini. Membelalak ku lihat matanya, mungkin ia tak percaya aku bisa ada disini dan seolah tau ia akan pulang sekarang.

Ku peluk dirinya seolah rindu karna sudah hampir dua tahun tak melihatnya. Namun aku baru sadar, gadis yang di genggam tangannya oleh Taylor adalah, Cristie Burke. Bukan Sherine.

Aku tetap melebarkan senyumku pada mereka, “dimana Sherine? Ia sudah sembuh, kan?”. Tanyaku tak sabar seraya mencari sosok gadis itu yang mungkin terlewat dari pandanganku.

dia tak disini, Niall”. Seru Christie sedikit terbata, membuat jantungku tak lagi berderu, namun melemah.

Aku masih mempertahankan senyumanku pada mereka, aku tau gadisku itu pasti baik-baik saja, “okay, jadi ia masih di China? Haha, kau tau, aku kesini untuk pergi ke negeri sakura itu. Kau lihat, mereka juga ikut bersamaku, mereka juga merindukan Sherine sepertiku”. Ucapku antusias menunjuk teman-temanku yang menyusulku.

Niall, ia sudah tak di China juga”. Sahut Christie lagi. Aku baru menyadari wajah keduanya terlihat murung dan tak bersemangat. Apa artinya ini?

lalu dimana?”. Tanyaku datar, yang kutujukan kepada Taylor yang sedari tadi membisu dan menunduk tak bicara, dengan tujuan agar ia yang membuka suaranya sekarang. Menjelaskan apa maksud kekasihnya yang bicara sangat melantur itu.

Taylor mendekat padaku, ia mencengkram pundakku lalu memelukku erat, “aku sudah membawanya kembali ke Indonesia. Maafkan aku, Niall”. Ucapnya, ucapan yang bagaikan tikaman pisau yang menembus tepat dijantungku.

apa maksudmu? Dia.. dia sudah, meninggal?”. Ucap Zayn memperjelas. Taylor melepaskan pelukannya, lalu menatap Christie sejenak, entah apa arti tatapan itu aku hanya menunduk menata sepatuku kini, “maaf, Niall. Maaf”. Akhirnya sebelum Christie menariknya dan pergi dari hadapan kami.

Aku berusaha keras mengatur nafas ini, mulutku masih terbuka tak percaya, tatapanku kosong, bibirku bergetar, menandakan air mata ini akan keluar cukup deras. Liam memelukku erat, membuat tangisanku semakin pecah.

Ini tak mungkin. Kami sudah banyak membuat janji, dan ia.. ia, ia pergi? Selamanya dariku?

Sherine”. Ucapku lemas, aku terjatuh. Aku benar-benar tak bisa menerima kenyataan ini. Mana keyakinanku yang begitu kuat bahwa ia masih baik-baik saja? Kenapa aku tak bisa seyakin sebelumnya bahwa ia pasti baik-baik saja?

Mereka membantuku bangkit. Aku bisa mendengar tangisan Harry yang sembunyi-sembunyi, aku melihat Zayn yang matanya memerah mulai membantuku melangkah karna dengkul ini yang lemas seketika, Eleanour yang menangis di pundak Louis. Mereka menangisi siapa? Sherine? Ia baik-baik saja. Ya, Sherine sedang menungguku disuatu tempat.

tidak, aku harus mencarinya. Ia pasti ada disekitar sini. Ia pasti sedang memperhatikanku saat ini dan tertawa terbahak-bahak karena guyolannya berhasil”. Ucapku melapaskan rangkulan mereka yang membantuku berjalan.

Aku berbalik, aku mulai mencarinya, entah aku begitu yakin bahwa Sherine ada disini, ia masih bernafas, bahkan nafasnya terasa ditelingaku. Aku yakin, ia tak meninggalkanku begitu saja. Ia pasti tak akan mengulangi kesalahannya lagi untuk kedua kalinya. Ia pasti akan kembali lagi padaku.

Sherine! Kau dimana?”. Ucapku disela pencarianku.

Niall!”. Seseorang menarikku dari belakang. Zayn menahanku, ia mengoyak-oyakan tubuhku.

Niall! Ini tidak lucu! Kau harus menerimanya! Semua yang hidup pasti akan mati”. Bentak Zayn.

tidak, aku yakin ia masih didunia ini Zayn, aku yakin”. Ucapku melepas paksa cengkramannya.

Niall! Dengarkan aku, dengarkan!”. Zayn kembali menarikku dan mencengkram kuat pundakku.

mungkin Sherine pergi, tapi hatinya masih disini, bersamamu”. Ucap Zayn seraya meletakkan telunjukknya didadaku.

dan di kehidupan lain, aku yakin kalian akan menyatu kembali”. Sambung Zayn membuat air mataku jatuh kembali dan suara tangisanku ini pecah.

tapi, Zayn. Ia pergi tanpa pamit denganku, ia meninggalkanku. Lebih dari satu tahun aku menunggunya, berharap Taylor menuntunya kerumah ku dan berkata 'Niall, aku sudah sembuh. Dan aku mau menikah denganmu', tapi.. tapi kenapa ia melakukannya lagi? Kenapa Zayn? Kenapa ia meninggalkanku lagi? Kenapa aku tak boleh mencintainya lagi, Zayn kenapa?!”. Ucapku hampir melengkingkan suara ini.

Fikiranku benar-benar kacau saat ini, Sherine pergi meninggalkanku lagi, dan ini untuk selamanya? Oh Tuhaan, kenapa aku tak boleh mencintainya lagi? Kenapa kau tak memberiku kesempatan untuk mencintainya lagi? Kenapa kau mengambilnya begitu cepat? Tanpa sedikitpun meninggalkan pesan untukku? Kenapa kau tak memberiku kesempatan melihatnya untuk yang terakhir kalinya? Kenapa?!!


_Niall pov End_


~NLS~



|To Be Continued|



NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<



DON'T BE SILENT READER!! kalo reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO, jangan cuma baca aja yawh :) If you want respect, then respect others!




Don't forget to send ur feedback! Or visit my twitter account @Fathimah_Haddad and @FathimHaddad501 for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 26 and maybe that's LAST PART!!! ;)

0 comments:

Post a Comment

 

My Imagination Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea