Title:
#NLS “Princess
Nose And True Love” {Part 21}
Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
|Welcome
to my Imagination|
Hope you
like this guys ;)
~NLS~
|Taylor Flash back On|
Kini aku sudah memasuki rumahnya, aku mencium aroma
masakan, ku gantungkan mantelku sebelum aku mulai mencari asal aroma
itu. Bukan untuk menyantapnya, tapi untuk memastikan bahwa itu bukan
makanan yang dipantang untuknya. Dan benar dugaku, ovennya terbuka,
ia telah menghangat kan semangkuk sup yang sudah di letakkannya di
meja makan, aku tau karen sup itu masih mengepul. Apa ia lupa apa
yang ku katakan padanya pagi tadi?
Aku langsung mengambil posisi di hadapan sup itu, duduk
di kursi itu dan siap menyantapnya, “Taylor! Jangan kau makan”.
“why?”. Tanyaku, yang menghentikan sendok ini untuk
masuk ke dalam mulutku.
“itu milikku, aku akan menyantapnya jika sudah dingin
kok”. Jawabnya sedikit ragu, dan aku juga ragu untuk
mempercayainya.
“tidaak, maksudku kenapa kau menghangatkan sup ini di
microwave ovenmu?”. Tancapku, kini ia mengalihkan pandangannya pada
oven tepat dibelakangku yang masih tebuka pintunya.
“kemari, duduklah”. Ajakku, menggeser dan menepuk
alas kursi di sampingku.
“aku minta maaf, Sher. Tapi sungguh, aku tak ingin kau
menghabiskan atau mencicipinya. Bukankah sudah kukatakan, kau tak
boleh mengkonsumsi makanan yang diawetkan dan panas”. Jelasku lagi
untuk yang kedua kalinya.
“ya, aku tau. Tapi aku sangat ingin mencicipinya,
sedikiit saja”. Pintanya memohon padaku.
“tidak, Sher. Ini akan memperburuk kondisimu. Ayo
cepatlah kau duduk disini”. Tolakku dan tak membiarkannya
memperpanjang masalah ini, aku takut ia akan nekat memakannya, atau
bahkan membuatnya kembali. Lagi pula, mengapa ia sebegitu inginnya
mencicipi sup ini? Bukankah ia bisa membuatnya lagi?
Sekarang ia duduk disampingku, aku mulai memperhatikan
matanya, namun itu malah membuatnya tak nyaman, ia memalingkan
wajahnya dari pandanganku. Aku semakin yakin bahwa ia telah membuang
air matanya, aku mendengarkan sisa isakannya. Kemudian ku berikan
sesuatu yang ku bawa tadi, sesuatu yang memang tujuanku kesini untuk
memberikan benda ini padanya.
Aku menggeser benda itu dihadapannya, gadis itu
meraihnya dan mengelus lembut benda itu, benda itu memang sangat
nyaman digenggam karena bahannya yang terbuat dari bludru. Aku tak
tau ia akan menyukainya, dan aku juga tak tau gadis itu sangat
menyukai warna hijau.
“untukku? Buku apa ini?”. Tanyanya pada benda
tersebut, buku kecil dengan cover seekor burung hantu beserta dahan
rantingnya.
“aku tak tahu mengapa kau menangis, tapi lewat buku
ini kau bisa menceritakan apapun yang terjadi padamu, masalahmu, dan
asal muasal tangisanmu itu”. Jelasku, dan ia mengerti yang ku
maksud pada benda ini adalah buku Diary.
Sekarang aku kembali kehadapan mangkuk sup yang masih
mengepul ini, aku menyantapnya sesendok. Sup itu sangat enak, namun
belum sempat aku menyampaikan pendapatku tentang sup ini, ia membuka
suaranya.
“Irish Stew, itu bukan sup buatanku”. Serunya yang
memperhatikanku menyantap sup ini, akupun mengalihkan pandanganku
padanya. Aku baru mengerti alasannya mengapa ia menghangatkan sup
ini.
“sup itu buatan kekasihku, tidak, maksudku mantan
kekasihku”. Jelasnya, aku bisa melihat raut wajahnya yang berusaha
keras untuk tidak mengeluarkan air matanya, padahal aku sangat ingin
melihat butiran-butiran seperti apa yang bisa menyebabkan mata gadis
ini menyipit.
“itukah yang membuatmu menangis?”. Tanyaku menebak,
dan aku yakin jawabannya adalah benar.
“jangan katakan padaku, bahwa kau menyembunyikan
penyakit ini darinya. Dan, tunggu. Mantan kekasihmu?”. Tebakku,
namun gadis itu hanya kembali terdiam dan memainkan buku-buku
jarinya. Aku menerawang sendiri apa yang terjadi padanya sebelum aku
datang, apakah ia memutuskan hubungannya dengan kekasihnya hanya
karena penyakit itu? Tapi kenapa?
Tapi aku tak ingin memaksanya untuk menceritakan
segalanya sekarang juga, aku bisa melihat wajahnya begitu terlihat
terpukul akn apa yang baru saja terjadi padanya. Mungkin dengan Diary
itu, aku bisa tau apa yang telah terjadi padanya hari ini.
“baiklah, sekarang kau hanya harus fokus untuk sembuh,
setelah itu, kau bisa mencicipi sup ini sepuasmu, okay?”. Ucapku
seraya mengacak sedikit rambutnya.
|Taylor Flash back Off|
“jadi, aku tau segala permasalahannya lewat buku itu.
Termasuk tentang dirimu. Kecuali rumahmu yang nyatanya terletak
disamping rumah ini, Sherine tak pernah mengungkit hal itu”. Akhir
Taylor setelah menceritakan segalanya tentang Irish Stew itu pada
pria yang matanya sudah mengeluarkan dua tetes butiran air.
Kini Niall puas akan jawaban pria itu, ia puas karena
nyatanya sup itu bukan untuk menghilangkan rasa lapar pria itu saja,
tapi untuk menyelamatkan gadis itu. Namun disisi lain Niall menyesal,
Niall menyesal telah membuat Irish Stew itu untuk Sherine. Andai saat
itu ia tak mengantarkan supnya pada gadis itu, mungkin gadis itu tak
akan terbayang-bayang bagaimana rasa nikmatnya sup itu dalam keadaan
hangat sampai saat ini. Dan mungkin, jika pria dihadapannya ini tak
buru-buru datang saat itu, mungkin Sherine sudah menghabiskan Irish
Stew tersebut, dan Niall tak bisa bayangkan apa jadinya keadaan
Sherine saat setelah menghabiskan Irish Stew buatannya itu.
'Sherine, begitu besarnya kah kau mencintaiku? Sampai
sesuatu yang harusnya tak boleh kau lakukan namun kau ingin
melakukannya hanya karena aku?'. Batin Niall memalingkan wajahnya ke
tepi lorong yang akan menuju kamar Sherine.
'aku pasti akan membuatkan sup itu lagi untukmu, dan
akan ku pastikan kau menghabiskannya. Karena aku yakin, kau pasti
akan sembuh, Sher'. Batin Niall.
~NLS~
Gadis yang masih mengenakan dress putihnya, kini membuka
matanya perlahan. Memandangi hitam polos langit-langit kamarnya yang
dihiasi cahaya putih lampu yang menggantung di atasnya. Ia memandangi
sekitar kamarnya, tak ada seorangpun disana. Ia bangkit dari
tidurnya, memeriksa tangannya. Ia tau tangannya telah di masukkan
jarum infus sebelumnya, karena terdapat plester yang merkat pada
kulitnya.
Ia teringat, saat terakhir sebelum ia pingsan. Ia
mengeluarkan darah dan pingsan karena tak sempat meminum obatnya.
Lalu siapa yang menaruhnya di atas ranjang dan memasang juga
melepasakan selang infus itu ketangannya?
Ia mendengar cukup ramai di ruang tamunya, terdengar
suara tawa Christie yang khas dan Taylor yang terus bicara. “ternyata
mereka”. Ucap gadis itu.
Kini ia bangkit dari ranjangnya, keluar dari kamarnya
untuk menemui mereka dan mengatakan bahwa dirinya sudah baik-baik
saja. Perlahan-lahan ia melangkah menuju ruang tamunya. Dan benar,
Christie tengah tertawa disamping Taylor, dan seorang pria berambut
pirang dihadapan mereka.
“Niall?”. Seru gadis itu sedikit gemetar, tubuhnya
masih belum bisa dibilang kuat untuk berdiri, jadi tangannya ia
sanggah pada tepi dinding lorongnya.
Dan yang dipanggilpun memalingkan wajahnya kebelakang
menatap gadis itu, “kau sudah bangun?”. Tanya Pria itu dengan
senyum khasnya. Teduh seketika hati gadis itu melihat senyuman yang
cukup lama ia rindukan yang di tujukan untukknya.
Kini Sherine menundukkan kepalanya. Ia takut, takut
Niall menyadari wajahnya yang pucat. Tapi tunggu. Sherine kembali
menatap Taylor, dan juga Christie yang kini menghampirinya seolah tau
tubuhnya masih lemas, “kau sudah lebih baik? Ayo bergabung dengan
kami”. Ucap Christie seraya menuntun gadis itu yang tengah
bertanya-tanya dalam hatinya.
Christie membawa gadis itu untuk duduk di samping Niall.
Kini wajah Sherine terlihat datar dan lebih suka menunduk. Ia yakin,
pasti Niall sudah mengetahui semua kebohongannya tentang hubungan
Sherine dan Taylor yang sebenarnya. Tentu saja, Christie yang saat
ini bersandar di pundak Taylor, Niall tampak melihatnya biasa-biasa
saja. Malah ia tertawa bersama mereka.
“Sheriene, kenapa kau diam saja? Kau mau ku buatkan
jus? Atau bubur? Kau pasti lapar”. Tanya Christie, memancing
Sherine agar bicara. Sementara Niall menatapnya dari samping dengan
senyum simpulnya, ia lega melihat gadis disampingnya telah kembali
sadar dan kini duduk disampingnya yang hanya berjarak kurang dari
lima belas senti saja.
“tidak usah, Christ. Aku bisa membuatnya sendiri”.
Kemudian Sherine bangkit dari sofa menuju dapurnya. Sementara itu,
Taylor dan Christie meminta Niall untuk menyusul Sherine ke dalam.
Namun Niall nampak sedikit ragu, hingga kemudian Christie menarik
tangan Niall, memaksanya bangkit dari duduknya dan mendorongnya masuk
kedalam.
Niall pasrah, ia sudah masuk ke dalam dan menemukan
Sherine di dapur yang tengah menuang jus ke gelasnya. Christie pun
meninggalkan mereka berdua.
Niall perlahan menghampiri gadis itu, “Sher”. Sapa
Niall, membuat Sherine hampir menumpahkan jusnya.
“hati-hati”. Tegur Niall yang cepat-cepat menahan
gelas itu agar tak tumpah.
Sherine masih tetap diam tak bicara, ia masih belum
berani untuk menatap pria blonde ini, ia malu pada Niall karena pria
itu telah mengetahui sedikit kebohongannya. Kini ia merasakan
saat-saat seperti pertama bertemu dengan Niall, masa dimana
jantungnya yang bergemuru cepat jika disampingnya.
Mereka berdua membisu kini. Sherine yang masih sibuk
dengan Jus jambunya, sedangkan Niall terus memperhatikan gadis
dihadapannya.
Sherine telah selesai dengan jusnya, ia mulai membuka
suara dengan meminta maaf mungkin, karena pagi tadi ia tak menepati
ajakannya sendiri.
“Niall”.
“Sher”.
Niall mendengus sedikit tertawa, entah tiba-tiba suasana
berubah canggung seperti ini. Sherine pun masih sedikit takut untuk
melihat lawan bicaranya itu.
“What?”. Tanya Niall yang artinya membiarkan Sherine
yang bicara lebih dulu.
“umm.. i'm sorry. Aku tak menepati janjiku untuk pergi
bersamamu pagi tadi”. Ucap Sherine masih memainkan buku-buku
jarinya, tak jarang ia susah payah menelan ludahnya untuk mengatasi
rasa canggungnya ini.
“tak apa. Lagi pula Christie bilang kau keletihan, aku
mengerti”. Niall membiarkan dirinya seolah tak mengetahui sama
sekali tentang penyakit Sherine, ia ingin Sherine sendiri yang akan
mengatakannya suatu saat nanti.
Dengan jawaban Niall tersebut, Sherine sedikit bernafas
lega, karena ia fikir bahwa Niall masih tak mengetahui hal itu,
Christie dan Taylor masih menutupi penyakit yang dideritanya ini pada
Niall. Tapi, bagaimana dengan hubungannya dengan Taylor yang
sebenarnya hanya kebohongan belaka.
'Bukankah Niall tau hal itu? Lalu, kenapa ia tak marah
padaku karena aku membohonginya?'. Batin Sherine. Kemudian Sherine
mengingat surat dari Niall yang beberapa hari lalu dibacanya. 'apa
karena ia mencintaiku hingga ia tak marah atau protes padaku? Lalu,
kenapa ia tak menanyakan alasannya mengapa aku melakukan hal itu?'.
Batinnya lagi.
“tentang jalan-jalan yang kau minta, aku ada waktu
luang yang panjang beberapa hari ini, kau mau kita ganti besok?”.
Tanya Niall. Sherine mulai menatap pria disampingnya kini, namun
dengan tatapan terkejut. Ia melihat sudut bibir Niall yang terluka.
“kenapa dengan bibirmu?”. Tanya Sherine menunjuk
sudut bibir Niall.
“ah? Ini, hanya luka biasa. Bagaimana, kau mau kita
ganti besok?”. Alih Niall, ia tak mau menceritakan pada Sherine
dari mana ia mendapatkan luka ini, karena Niall tak mau membuat
Sherine khawatir padanya, atau memarahi Taylor atas apa yang
dilakukan pada dirinya.
Di sisi lain, Sherine tak menyangka bahwa kini justru
Niall yang mengajaknya. Ia ingat betul kemarin susah payah ia memohon
pada Niall untuk memberikan sedikit waktu luang untuknya, namun
sekarang, Sherine bisa melihat jelas antusiasnya pria itu dari
wajahnya.
Sherine mengangguk perlahan. Tentu saja ia tak akan
menolaknya, karna ia tak tau lagi kapan ia bisa menghabiskan waktu
dengan pria itu, karena lusa ia harus kembali kenegaranya, dan entah
ia akan kembali lagi atau tak akan kembali untuk selamanya.
“okay, aku akan pulang sekarang, aku mulai mengantuk.
Bye”. Ucap Niall sebelum membalikan tubuhnya.
“Niall”. Tahan Sherine.
“ya?”. Niall buru-buru kembali kehadapan Sherine.
Sherine sedikit sulit untuk mengatur kata-katanya, ia
juga sedikit takut untuk bicara seraya menatap Niall, “aku.. aku,
aku minta maaf pada mu soal hubunganku dengan...”.
“tidak, Sher. Kau tak perlu minta maaf, karena aku tak
akan memaafkanmu”. Potong Niall memberikan senyumannya lagi pada
Sherine.
“good nite”. Akhir Niall sebelum menghilang dari
dapur Sherine.
Sherine tersenyum sendiri kini, ia merasakan sesuatu
yang aneh dalam dadanya, sesuatu yang pernah ia rasakan beberapa
tahun yang lalu. Ia tersenyum mengingat perasaan ini yang akhirnya
muncul kembali. Jatuh Cinta.
~NLS~
Sherine tengah membantu gadis yang lebih tua darinya itu
membersihkan beberapa piring dan gelas kotor, sementara Taylor sudah
pulang kerumahnya. Tay meminta Christie untuk menginap lagi dirumah
Sherine, mengingat pasiennya itu kembali mengeluarkan darah dari
hidungnya sejak dua minggu lebih lamanya darah itu tak keluar.
Christie menangkap gelagat Sherine yang sedari tadi
tersenyum sendiri, namun tiba-tiba senyum itu menghilang dan kemudian
senyum itu kembali menghiasi wajah pucat yang terhalang makeup
natural itu lagi.
“ada yang ingin kau tanyakan padaku? Kulihat
senyumanmu tak sempurna. Seperti ada sesuatu yang menahan senyumanmu
itu muncul dari wajahmu”. Christie membuka suaranya setealah
selesai mengeringkan tangannya. Kini Sherine menatap gadis
disampingnya itu, mereka masih berdiri tegak dihadapan piring-piring
dan gelas-gelas yang telah mereka bersihkan.
“aku ingin menanyakan sesuatu padamu, namun aku
bingung harus memulainya dari mana”. Tutur Sherine yang kini tak
ada lagi senyum yang menghiasi wajahnya.
“aku mengerti. Ikut aku”. Christie meraih tangan
kecil gadis asia itu, lalu membawanya kekamar tempat gadis berambut
palsu itu tertidur pulas pagi tadi hingga malam.
Christie membaringkan tubuh Sherine di atas ranjangnya,
kemudian ia membuka plaster yang menutup bekas jarum yang menembus
kulit Sherine. Christie mengambil cairan disinfeksi untuk
membersihkan tangan Sherine, sambil menjawab semua pertanyaan gadis
yang berbaring disampingnya ini, semua pertanyaan yang tak dapat
Sherine keluarkan dari mulutnya karena bingung harus memulainya dari
mana.
“luka ini, dari jarum infus yang masuk kedalam tubuhmu
tadi pagi”. Mulai Christie, namun Sherine merasa bahwa ia sudah tau
hal itu, jadi Christie tak perlu menceritakannya.
“kau tau siapa yang melakukannya?”. Tanya Christie
yang berhasil menciptakan kerutan di dahi Sherine.
“kau bilang Taylor menungguku di rumah sakit, dan jika
aku telat aku tak akan mendapatkan ciuman darinya. Kau tau? Tadi pagi
aku telat, mobilku mogok dan demi mendapatkan ciuman darinya itu, aku
berlari sampai kerumah sakit..”. Christie menghentikan ceritanya
itu sebelum ia tertawa sendiri, Sherine juga ikut tertawa karena ia
tau sahabatnya itu sangat bodoh, terlalu menganggap serius ucapan
Taylor.
“sampai dirumah sakit, aku melihatnya di ambang pintu,
aku langsung berlari padanya dan menciumnya”. Lanjut Christie.
“astaga kau melakukannya?”. Tanya Sherine tak
percaya, ia tau bahwa Christie dan Taylor tak pernah melakukan hal
itu,dan itu menjadi first kiss mereka.
“yaa, dan ia membalasnya setelah ia sempat
melepaskannya karena terkejut”. Sherine tertawa mendengarnya.
“namun, first kiss itu tak berjalan sempurna.
Seseorang memisahkan kami begitu saja, mendorongku sampai terjatuh,
lalu memukul Taylor sampai sudut bibirnya mengeluarkan darah”. Kini
membulat mata Sherine, ia bangkit dari rebahnya, memilih duduk dan
mendengarkan Christie lebih jelas. Ia memang melihat sudut bibir
Taylor yang terluka tadi.
Sherine terus memperhatikan Christie, meminta gadis
dihadapannya itu melanjutkan ceritanya tanpa memintanya langsung.
“Niall Horan yang melakukannya”.
_Author pov End_
~NLS~
|To Be
Continued|
NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo
ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing
banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<
DON'T BE SILENT READER!! kalo
reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih
feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO,
jangan cuma baca aja yawh :) If
you want respect, then respect others!
Don't forget to
send ur feedback! Or visit my twitter account @Fathimah_Haddad
and @FathimHaddad501
for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 22 ;)




0 comments:
Post a Comment