Saturday, May 11, 2013

#NLS Princess Nose And True Love {Part 16}

Posted by Unknown at 6:23:00 PM

Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 16}

Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad

Genre: Romantic

Rating: G (General)

Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
          - @SherineCArifa as Sherine Arifa
          - @OfficialTL as Taylor Lautner
          - @christiemburke as Christie burke
          - And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}

Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato



|Welcome to my Imagination|

Hope you like this guys ;)


~NLS~


_Author pov_


'ayo Niall, katakan yang sebenarnya bahwa kau cemburu atas apa yang kau lihat tadi, dan katakan padaku apa yang terdapat dalam surat itu, tulisan yang mengatakan bahwa kau berjanji akan mengatakan bahwa kau mencintaiku secara langsung, tanpa perduli apakah aku mencintai Taylor atau tidak. Mungkin aku bisa menghambat kepulanganku jika kau mengatakan itu, Niall'. Batin Sherine menggebu-gebu.

kau marah padaku? Apa aku berbuat salah padamu?”. Lanjut Sherine seolah ia tak menyadari kesalahan terbesarnya pada Niall.

Sedangkan Niall berusaha tak perduli lagi akan ucapan Sherine yang membuatnya semakin muak dan sakit, “tidak, lupakan. Aku hanya lelah..”.

Niall!”. Bentak Sherine diheningnya malam saat Niall hendak membuka pintu rumahnya. Bentakan yang seketika membuat Niall memaksa menghentikan langkahnya untuk masuk kedalam, karna ini kali pertamanya Sherine membentaknya.

dua hari lagi aku akan pulang ke Indonesia”. Lanjut Sherine yang kini kembali melembut. Sherine ingin meminta sesuatu padanya, sesuatu yang mungkin hanya sekali saja ia dapat sebelum meninggalkan pria berbehel itu untuk selama-lamanya.

Sempat terkejut pria itu tentang apa yang didengarnya, tapi Niall malah menduga bahwa kepulangan Sherine karena ingin memperkenalkan Taylor pada orang tuanya. Berfikir bahwa Sherine hanya pulang untuk sementara dan akan kembali lagi. Tak tau sama sekali bahwa sebenarnya Sherine akan meninggalkannya dan tak akan pernah kembali lagi. Mungkin untuk selama-lamanya...

mengantar Taylor kepada orang tuamu? Oh ya, selamat, Sher. Sepertinya kau bergerak cepat. Kau mengajak Taylor ke orang tuamu untuk melamarmu? Selamat. Aku akan menyampaikan salammu untuk teman-temanku. Okay, aku benar-benar lelah, Sher. Aku mengantuk. Bye”. Tuduh Niall panjang lebar dan secepat kilat masuk kedalam rumahnya. Namun saat Niall menutup pintunya, Sherine menahan pintu itu dengan kaki kanannya yang terbungkus sneakers yang dipakainya asal.

would you go with me... ”. Niall mematung menatapnya, mencerna apa yang dikatakan Sherine baru saja.

..tomorrow? Just one day.”. Lanjut Sherine.

Niall sempat kembali bungkam, merasakan denyut jantungnya yang menggebu saat Sherine mengatakan hal itu padanya. Tentu didalam hatinya ia ingin, bahkan sangat ingin menghabiskan waktunya bersama Sherine kembali seperti dulu. Namun sesuatu mengurungkan keinginannya itu untuk meng-iyakannya. Ia sadar, kini Sherine bukanlah kekasihnya lagi, ia tak pantas mencintai seorang gadis yang sudah menjadi milik pria lain.

aku tak bisa, Sher. Besok bagianku dan Zayn yang menjaga Liam”. Jawab Niall jujur, memanfaatkan hal itu sebagai alasan agar ia bisa menolaknya. Niall juga tak habis fikir, mengapa Sherine ingin pergi bersamanya, kenapa ia tak meminta si Lautner itu untuk pergi bersamanya.

please, just one day”. Lirihan Sherine tersebut mampu menyentuh hati Niall, ia melihat Sherine begitu memohon padanya. Jangankan satu hari, didalam hati Niall, ia mau membagi waktu seumur hidupnya untuk Sherine.

Niall memainkan bibirnya seraya mengangguk meng-iyakan, dan disambut senyum sumringai gadis dihadapannya. Sherine sangat bahagia sekali Niall mau meluangkan waktu untuknya, waktu yang singkat untuknya menghabiskan waktu berdua dengan Niall, untuk terakhir kalinya...

thank you, besok siang kau jemput aku. Dan pulangnya kau antar aku ketempat Liam, bagaimana? Atau kita ke mini market dahulu sebelum menjenguk Liam, kita belikan buah-buahan segar untuknya? Bagaimana menurutmu, Niall?”. Ucap Sherine antusias.

terserah kau saja”. Akhir Niall sebelum menutu pintunya.

thank you Niall, good nite!”. Teriak Sherine yang yakin bahwa Niall masih tak jauh dari pintunya.

Sherine tersenyum bahagia, ia sadar ini kali pertamanya ia sebahagia ini pasca setelah tau bahwa penyakit itu menggerogoti tubuhnya. Ia bahagia karena bisa menghabiskan waktunya bersama blonde bearnya itu, walau hanya sehari dan untuk terakhir kalinya.


~NLS~


Selesai sudah si pirang itu menceritakan tentang Sherine pada salah satu pasien The Princess Grace Hospital sekaligus sahabatnya, Liam Payne. “aku turut menyesal, Niall. Harusnya kami tak memaksamu untuk mengejarnya dan mendapatkannya kembali. Mungkin kala itu Sherine benar, kau memang harus mencari cinta sejatimu yang memang bukanlah dirinya. Sekarang, apa kau sudah mulai untuk melupakannya?”. Liam sesekali menyantap isi sup yang disuapkan Zayn untuknya. Dan tentu saja menggunakan garpu.

Niall bersama dengan sebuah gitar di pangkuannya, terdiam sesaat seraya memetik senar pada gitar tersebut.

 
 
 
 
entahlah. Semalam, ia memintaku untuk menemaninya hari ini”. Ucap Niall masih dengan tatapan kosongnya.

Kini Zayn dan Liam sama-sama memandang pria irlandia itu yang tengah duduk menikmati alunan gitar yang diciptakan jari-jemarinya, “lalu, apa yang kau bilang?”. Tanya Liam yang lagi-lagi dijawab dengan diam oleh Niall.

kau bilang, 'ya'?”. Sahut Zayn tak percaya.

ayolah, Niall. Bukankah kau janji akan melupaka..”.

dia akan pulang ke Indonesia”. Potong Niall saat Zayn belum menyelesaikan kalimatnya.

apa? Apa dia tak akan kembali lagi?”. Sambung Liam, yang membuat Zayn memilih untuk diam membiarkan Niall menjawabnya.

aku tidak tau, ia tak mengatakan apa-apa tentang itu. Aku malah menyimpulkan sendiri, bahwa tujuan kepulangannya adalah untuk mengenalkan Taylor pada keluarganya”. Jelas Niall masih fokus memetik gitarnya.

bisa jadi, Niall. Ah, sudahlah. Anggap saja hari ini adalah hari terakhirmu pergi dengannya, dan hari terakhirnya berada di dalam fikiranmu, setelah itu terserah kau. Apa kau mau melupakannya, atau melupakan perasaanmu saja”. Saran Liam yang di sambut anggukan hebat Zayn, serta otak Niall yang menerima solisi itu.

Niall meletakkan gitarnya lalu bangkit dari sofa berwarna coklat tua dihadapan ranjang Liam, “ya, kau benar. Umm.. aku akan membeli minuman di luar, kalian mau ku belikan apa?”. Tawar Niall siap melangkah keluar ruangan.

ide bagus! Aku haus, Niall”. Seru liam

no, Niall. Kau disini saja suapi Liam, aku lelah. Aku yang akan membelikan minuman untuk kalian. Kau mau apa?”. Ucap Zayn memberikan mangkuk putih sup itu ketangan Niall.

belikan aku soda”. sahut Liam sebelum ditanya.

Zayn mentoyor kepala Liam, “Bodoh! Ginjalmu bermasalah kau malah ingin minum soda lagi”.

sudah ku bilang ini bukan karena ginjalku! Ayolah, hanya sedik...”.

tidak! Kau apa, Niall”. Potong Zayn tetap tak menyetujui pesanan Liam tersebut.

apa saja yang dingin”. Jawab Niall.

okay”.

Zayn! Soda, aku mohon sekali saja! Zayn!”. Teriak Liam saat Zayn sudah keluar dari ruang inap Liam.

Niall menyuapi Liam, “sudah, Niall. Aku sendiri saja, aku bukan bayi”. Ucap Liam yang memanyunkan bibirnya. Niall kembali ke sofanya, memangku gitar dan memainkannya kembali, sesekali melihat arloji di tangannya, 'tiga jam lagi'. Batinnya.


~NLS~


Pintu berlapis besi tebal dihadapannya kini terbuka, mengartikan ia sudah sampai pada lantai dasar rumah sakit itu seperti yang ia inginkan. Zayn keluar dari lift itu seorang diri, lalu bertanya pada seseorang yang lewat dihadapannya dimana ia bisa membeli minuman pesanan teman-temannya itu, “excuse me. Where's cafe this hospital?”.

kau tinggal kearah sana, lalu belok kanan”. Jelas seorang suster rumah sakit tersebut.

thank You”. Akhir Zayn, lalu berjalan ke arah yang di beritahukan suster tadi padanya.

Ketika Zayn akan membelokkan dirinya ke kanan, yakni cafe rumah sakit tersebut yang sunyi namun terdapat dua orang yang tengah berbincang dan sepertinya salah satu darinya adalah seorang dokter, karena pria berambut brunutte itu mengalungkan stetoskop di lehernya.

Sebenarnya Zayn tak perduli apa yang mereka bicarakan dan siapa mereka. Yang ia ingin, melewati mereka lalu cepat-cepat membeli minumannya. Namun salah satu pria diantaranya itu seperti tak asing bagi Zayn, hingga memaksanya untuk berbalik dan menepi di balik dinding. Seorang pria berambut hitam sama dengannya, dengan polo shirt dan jacket kulit hitam.

'pria itu..?'. Zayn mencoba mengingat siapa pria berkulit sama dengannya itu, ia begitu tak asing baginya.




Hingga Zayn membuka lebar telinganya, mencoba mendengar dengan jelas apa yang pria itu bicarakan.

.. tapi kenapa? Kenapa kau menurutinya? Bukankah kau tau sendiri kondisinya itu tak bisa dibilang baik sama sekali”. Ucap dokter itu pada pria yang Zayn anggap tak asing baginya.

i'm sorry, doctor. tapi aku hanya ingin membiarkannya memilih. Tak akan memaksakannya lagi”.

memilih? Memilih yang salah? Kau bukan dokter yang baik dr.Lautner! Harusnya kau membantu Mrs.Arifa untuk sembuh dari kankernya, bukan membiarkannya bertindak bodoh dengan pulang kenegaranya dan melupakan penyakitnya. Kau ingin membiarkannya mati?!”.

Seketika mata Zayn membulat sempurna atas perkataan dokter itu. Kini ia tau siapa orang itu, pria itu Taylor Lautner, yang selama ini ia dan teman-temannya anggap sebagai kekasih Sherine. Pria yang Zayn anggap sebagai orang ketiga pecahnya hubungan Niall dan Sherine itu ternyata seorang dokter.

Lain lagi dengan kata Kanker dan Mrs.Arifa yang keluar dari mulut dokter itu. Apa yang mereka maksud Sherine Arifa? Apa yang terjadi pada Sherine? Kanker apa? Pulang kenegaranya dan melupakan penyakitnya? Mati? Pertanyaan-pertanyaan itu yang kini berusaha Zayn proses dalam otaknya baik-baik.

terserah padamu saja. Setidaknya aku sudah memberitahumu. Jika ia tak ditangani dengan cepat, usianya tidak akan lebih dari satu tahun, dr. Lautner. Dan satu lagi. jika dr. Burke kekasihmu itu sudah datang, suruh dia keruanganku secepatnya”. Merinding bulukuduk Zayn mendengar akhir dari perkataan dr. Cullen sebelum meninggalkan Taylor seorang diri.

'dr. Burke? jadi? Pria itu? .. bukan kekasih Sherine?'. Batin Zayn lemas. Ia di buat pusing kini akan kenyataan yang baru saja ia ketahui.

Tiba-tiba Taylor lewat begitu saja bersamaan dengan Zayn yang buru-buru menyembunyikan wajahnya ke bawah lantai. Zayn terdiam lemas kini, dengkul-dengkulnya serasa nyeri. Ia mengingat kembali apa yang telah ia lakukan pada Sherine, perlakuan buruknya yang ia berikan pada Sherine, serta hujatan tuduhan yang ia lontarkan kepada Sherine.

'Kanker? Sherine menderita kanker? Inikah alasannya mengakhiri hubungan mereka?'. Batin Zayn. Ia memijat keningnya, berbalik dan mengurungkan niatnya untuk membeli minuman di Cafe.

Zayn berjalan gontai menuju pintu keluar rumah sakit, namun seseorang muncul dari dalam Lift dihadapannya kini. Niall terkekeh melihat Zayn dengan tangannya yang kosong, “mana minumannya? Kau tahu, Liam mengamuk karena kau terlalu lama”. Oceh Niall, namun Zayn tak mengubris hal itu.

Zayn terus tertunduk melajutkan jalannya, terus mengingat-ingat kesalahan yang ia buat pada Sherine, tuduhan yang selama ini ia berikan pada Sherine, itu semua fitnah! Zayn tak bisa memaafkan dirinya sendiri. Ia tau, dalam agamanya fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan, 'apa aku sama saja dengan membunuh?'. Batin Zayn.

Ia tak menyadari sedari tadi Niall yang bingung akan sikapnya kini memanggi-manggilnya sedari tadi, “Zayn? Ada apa denganmu? Terjadi sesuatu padamu? Ada masalah dengan keluargamu? Zayn katakan sesuatu! Kau membuatku takut jika kau terus berjalan mematung seperti ini!”. Oceh Niall seraya mengiringi langkah Zayn yang kini berhenti tiba-tiba.

Zayn mematung kini, tatapannya lurus kedepan hampir membulat, “Zayn! Kenapa kau berhenti tiba-tib..”. Ucapan Niall terhenti saat ia mengikuti arah pandangan Zayn dan menangkap sesuatu yang membuatnya tak percaya apa yang kini dilihatnya.

Seorang pria berjacket kulit hitam berdiri di luar pintu kaca rumah sakit yang tengah membalas kecupan lembut dari bibir gadis di pelukannya, sampai membuat Niall berapi-api.

kurang ajar!”. Desis Niall seraya berlari kearah pintu tersebut.

NIALL, NO!”.


_Author pov End_


~NLS~


_Niall pov_


Tepat pada dentingan terakhir aku memainkan kunci gitar dari lagu as long as you yang ku mainkan secara akustik, Liam memanggilku. Ia tak bisa menunggu lebih lama lagi, Zayn juga tak kunjung kembali, padahal cafe rumah sakit ini begitu dekat, atau jangan-jangan Zayn tersesat?

kau tak apa jika ku tinggal sendiri?”. Tanyaku padanya. Aku tak tega melihatnya kehausan, walaupun banyak air mineral di meja samping ranjangnya, Liam tetap ingin meminum minuman lain.

sebaiknya cepat, Niall. Jika perlu, kau seret dia”. Jawab Liam mengusirku.

Aku membuka pintu, namun seorang suster menahan ku keluar. Ia memberikanku sebuh map yang ia bilang ini untuk Liam. Tanpa terpaksa aku kembali lagi dan berniat menyerahkan map itu pada Liam.

apa itu?”. Tanya Liam. Namun aku hanya terdiam, diam melihat sebuah lebel biru pada sudut kiri map yang ku pegang ini.






Lebel yang seketika mengingatkanku pada hari itu. Hari dimana aku mengantar Irish Stew kerumah Sherine, juga hari dimana aku dan Sherine pergi ke pesta pertunangan teman kami. Lebel yang sama, persis.

Kemudian ku ingat hari itu, 'itu map apa?'. Tanyaku saat aku mengantar Irish Stew kerumahnya waktu itu, namun Sherine malah menyembunyikan map itu dibalik tubuhnya lalu mengatakan bahwa map itu bukan apa-apa, hanya map biasa. Ia juga berusaha menyembunyikannya lagi dari hadapanku saat ku temukan di mobilnya beberapa bulan yang lalu, 'eh, yang ini biar kusiampan di tas'. Serunya saat itu, tiba-tiba merebut sebuah map putih di tanganku yang ku ambil dari atas dashboard mobilnya, yang kemudian berusaha ia lipat map itu sekecil mungkin agar dapat masuk kedalam tas kecilnya saat itu.

Sebenarnya apa map itu? Apa Sherine pernah menjadi pasien tetap rumah sakit ini?

.. Niall! Kau dengar aku? Bisa kau berikan map itu padaku?”. Rupanya Liam memanggilku sedari tadi, namun aku tak menghiraukannya, terhanyut mengingat kejadian-kejadian kecil itu. Ku serahkan map itu padanya, menunggunya agar ia membuka isi pada map yang kini di tangannya.

ha! Sudah ku bilang, aku hanya sakit perut biasa, bukan karena ginjalku! Lagi pula ginjal itu di belakang bukan di depan kan, Niall? Bodoh sekali si Zayn, percaya begitu saja dengan gurauan Louis”. Serunya setelah membaca sebuah kertas di dalamnya.

kau lihat ini, Niall? Ini ginjalku”. Pekik Liam tertawa kecil seraya menunjukkan hasil rontgennya padaku yang diambil dari dalam map yang sama.

hey, Niall? Kau baik-baik saja? Kenapa kau mematung?”. Tegur Liam.

umm.. tidak, baiklah kususul Zayn sekarang”. Akhirku berbalik dan langsung keluar dari ruangan itu.

Muncul kini firasat buruk tentang Sherine, aku takut ia tengah menyembunyikan sesuatu dariku. Tidak, tepatnya aku takut terjadi sesuatu padanya. Map itu, map yang sama dengan milik Liam. Apa Sherine pernah menjadi pasien rumah sakit ini lalu menerima map yang sama? Lalu kenapa ia menerima map itu lebih dari satu kali? Kini aku takut, takut terjadi hal yang serius padamu, Sher. Karena kau menyembunyikan ini dariku. Apa yang terjadi padamu?

Tanpa kusadari, ternyata aku sudah berada di dalam lift dan pintu lift kini baru saja terbuka, bersamaan dengan munculnya si lelaki pakistan itu saat aku keluar dari lift. Tunggu? Bukankah ia akan membeli minuman? Tapi kenapa ia tak memegang apapun di tangannya? Terkekeh aku menatapnya.

mana minumannya? Kau tahu, Liam mengamuk karena kau terlalu lama”. Tanyaku, namun Zayn tak mengubris hal itu. Tatapannya kosong menghadap lantai yang akan di pijakinya, ia terlihat seperti orang frustasi, kenapa ia?


_Niall pov End_


~NLS~



|To Be Continued|



NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<



DON'T BE SILENT READER!! kalo reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO, jangan cuma baca aja yawh :) If you want respect, then respect others!




Don't forget to send ur feedback! Or visit my twitter account @Fathimah_Haddad and @FathimHaddad501 for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 17 ;)


0 comments:

Post a Comment

 

My Imagination Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea