Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 20}
Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
|Welcome to my Imagination|
Hope you like this guys ;)
~NLS~
'Princess Nose's Diary
7 February. 9:02 pm.
Ku harap ini adalah kebohongan terakhirku padamu.
Maaf Niall, aku harus bohong tentang surat itu dan pertunangan aku
dengan Taylor. Ya, aku memang tak bertunangan dengannya, cincin yang
kukenakan ialah cincin milik Christie sahabatku, kekasih Taylor. Maaf
aku melakukan ini karena aku tak bisa membiarkanmu mencintaiku lagi,
aku ingin kau melupakan perasaanmu padaku, dan carilah seseorang yang
sungguh-sungguh mencintaimu, yang tak sedikitpun berani membohongimu.
Maafkan aku Niall.'
“tidak, Sher. Aku tak akan berhenti mencintaimu,
sampai kapanpun. 'Cause you are my True Love”. Ucapku seraya
memandangi wajah pucatnya.
'.. Dan hari ini juga aku memaksa Taylor pulang dari
Jepang untuk membantuku mengurus tiket kepulanganku, aku memutuskan
untuk pulang kenegaraku dan tak akan pernah kembali lagi. Namun
alasan utama kepulanganku bukan karena aku ingin menjauh darimu,
Niall. Tapi ini tentang kakakku. Ia kecelakaan, aku tak bisa hanya
diam disini menunggu kabarnya. Terlebih saat ku dengar kondisinya
yang koma. Aku ingin saat ia membuka matanya, aku ada disampingnya
dan menjaganya, karena aku sangat menyayanginya.
Dan ku harap kita bisa bertemu lagi, dan aku bisa
mencintaimu, Niall. Entah kapan'
Akupun begitu, Sher. Aku sangat menyayangimu, maka dari
itu aku ingin selalu disampingmu dan menjagamu, “dan saat kelak kau
membuka matamu, akan kubuat kau jatuh cinta lagi padaku, dan tak
bisa untuk mencoba berhenti mencintaiku”.
Ucapku, seeraya memperhatikan bibir pucatnya.
'Princess Nose's Diary
9 February. 9:56 am.'
Hari ini? Tadi? Sebelum ia terpejam kah? Aku melihat
arlojiku, dua jam yang lalu ia menulis diary ini? Dari tiap lembarnya
ku perhatikan tak pernah ia menulis diarynya sepagi itu. Bahkan aku
tak menemukan tanggal delapan pada halaman sebelumnya.
'Sekitar satu jam lagi.
Aku menunggu lama hari ini datang, hari dimana aku
bisa bersamamu lagi, walau hanya sehari. Hari dimana membuatku tak
terjaga pada hari sebelumnya, karena tak sabar menunggu hari ini
tiba. Hari dimana aku bisa menghabiskan waktu bersamamu seharian
untuk terakhir kalinya, Niall.
Dari sekian lembar dalam Diary ini, hanya lembaran
ini yang kutulis dalam keadaan benar-benar bahagia, benar-benar
merasakan nikmatnya sebuah hari, dan untuk pertama kalinya aku
benar-benar bisa melupakan penyakit ini.
Kau tau, Niall. Kau pasti akan mentertawakanku jika
kau melihatku satu jam lebih di hadapan cermin, hanya untuk
memoleskan peralatan make upku di atas wajah pucat ini, agar terlihat
sedemikian cantik di hadapanmu. Kini aku tertawa Niall, sungguh.
Aku sadar kini. Apa yang Taylor katakan selama ini,
itu semua benar. Dengan cinta, aku bisa bangkit. Dengan cinta, aku
bisa melupakan hal terburuk sekalipun yang menimpaku. Dan dengan
cinta, untuk pertama kalinya aku bisa merasakan kesehatan yang begitu
nikmat diatas kesakitan ini. Maka dari itu, akan ku manfaatkan hari
ini sebaik mungkin, ku buat hari ini seolah aku milikmu, hingga
membuatku benar-benar lupa akan penyakit ini. Dan setelah itu,
setelah hari ini berakhir, jika aku kembali terpuruk meratapi
penyakit ini, aku bisa mengingat hari ini dan tersenyum kembali.
Aku mencintaimu Niall.'
Dan dalam lembar ini, aku bisa merasakan kebahagiaanmu,
Sher. Dan aku akan mewujudkan apa yang ada di lembar ini. Tak hanya
sehari. Selamanya..
“Aku juga mencintaimu Sherine”. Ucapku tepat di
kupingnya yang terhalang sebuah benda. Berharap ia akan mendengarnya
dan terbangun.
_Niall pov End_
~NLS~
_Author pov_
“What's Happening!”. Ucap Taylor memegang kepalanya,
setelah melihat pintu rumah Sherine terbuka lebar dan rusak di bagian
atasnya. Murnya terlepas dan engselnya terbuka.
“Tay, tenanglah. Mungkin ini perbuatan Niall. Ia kan
menemukan Sherine pingsan, mungkin pintunya terkunci dan Niall
mendobraknya”. Tutur Christie agar Taylor tak berlebihan.
Christie lebih dulu menghampiri kamar Sherine, sedangkan
Taylor berusaha menutup kembali pintu itu perlahan, namun nyatanya
malah membuatnya parah. Pintu tersebut terjatuh ke luar rumah,
membuat Christie menggeleng melihat yang dilakukan kekasihnya itu
pada pintu tersebut.
Christie telah masuk kekamar Sherine kini. Ia mendapati
Niall yang tertidur di bibir ranjang bertelanjang dada tepat di
samping Sherine yang masih terpejam. Ia memeriksa hasil kerja Niall
tadi, memastikan bahwa Niall memasang jarum itu dan mengatur botol
infusnya dengan benar.
“sekarang aku tak percaya ucapan Sherine yang
mengatakan kau suka teledor. Lihatlah. Kau melakukannya dengan
sempurna, Niall”. Ucap Christie tersenyum menatap rambut blonde
Niall.
“haah!! kau tau Christ? Pintunya rusak! Aku harus
membenarkan pintu itu hari ini juga, jika tidak, aku tak bisa
meninggalkannya sendirian malam ini dalam keadaan rumahnya tak
berpintu”. Sahut Taylor yang menyusul masuk ke kamar Sherine.
Suaranya membuat Niall terbangun.
“kalian sudah datang?”. Ucap Niall mengangkat
kepalanya dan mengusap matanya yang masih terpejam.
“ya, dan kau merusak pintu Sherine, Niall”. Sambar
Taylor.
“sudahlah, Tay. Jika ia tak melakukannya, mungkin
Sherine tak akan tertolong. Kau lihat ia mengerjakannya dengan baik”.
Bela Christie, menunjuk ke arah selang infus tersebut. Dan Taylor
memperhatikannya dengan detail.
“Niall, sebaiknya kau pulang. Ganti bajumu, jika tidak
kau akan sakit karena kedinginan”. Lanjut Christie seraya mengambil
kaos biru di lantai dan menyerahkan kaos yang sudah di nodai bercak
darah itu kepada Niall.
Niall berdiri menerima kaosnya, rambutnya berantakan dan
wajahnya terlihat lelah. Ia meletakkan kembali Diary yang sedari tadi
di genggamannya ke atas meja. Ia keluar kamar lalu kembali lagi
setelah ia melihat pintu Sherine terlepas dari engselnya.
“Taylor, kau mau ku bantu membenarkan pintunya?”.
Tawar Niall yang masih setengah terpejam matanya.
“harus! Dan kau yang membeli semua kebutuhan
perbaikannya, Niall”. Ucap Taylor yang disambung dengan sebuah
toyoran yang ia dapatkan dari Christie. Niall menyunggingkan sudut
bibirnya lalu meninggalkan kamar untuk pulang dan mengganti pakaian,
kemudian pergi bersama Taylor membeli pintu untuk rumah Sherine.
~NLS~
Si blonde bermata biru itu kini tersenyum bangga memandangi sebuah pintu berwarna hitam. Pintu itu bergerak terbuka, memunculkan sosok Taylor Lautner yang menggenggam palu serta obeng di tangannya.
“bagaimana? Sudah tidak bunyi lagi kan?”. Tanya pria
berambut hitam itu pada Niall yang langsung menjawabnya dengan
anggukan cepat seraya menunjukkan ibu jarinya.
“kalian sudah selesai?”. Teriak Christie dari dalam.
Gadis itu membawa tiga gelas juice dan pancake buatannya ke ruang
tamu, aroma pancake itu sebenarnya sudah sampai ke perut Niall
sebelum matang. Tanpa melihat, Niall sudah tau itu adalah Pancake
coklat tiramisu. Perutnya juga sudah menggeruyuk sedari tadi, ia tak
akan sungkan jika gadis itu menyuruhnya menghabiskannya.
Niall dan Taylor masuk kedalam, Niall menutup pintu itu
amat hati-hati. Walaupun sudah di perbaiki, ia takut akan
merusakannya lagi.
“ini semua pasti untukku”. Sahut Taylor seraya
menikmati aroma pancake itu didepannya.
Saat ia akan mengambil potongan pancake tersebut, Christie menepuk tangannya. Taylor hanya meringis mengusap tangannya yang terasa kesemutan itu.
Saat ia akan mengambil potongan pancake tersebut, Christie menepuk tangannya. Taylor hanya meringis mengusap tangannya yang terasa kesemutan itu.
“cuci tanganmu dulu”. Lanjut Christie, dan Taylor
hanya mendengus dan berjalan menuju dapur untuk mencuci tangannya.
Ternyata sudah ada Niall disana yang telah mencuci tangannya dan akan
kembali ke ruang tamu, mungkin untuk mengambil potongan pancake yang
tadi tak jadi Taylor ambil.
“aku tau kau menyukai makanan, dude. Dan kau tau? Aku
juga”. Ucap Taylor tersenyum sinis pada Niall yang artinya ia tak
boleh menghabiskan Pancake buatan kekasihnya itu. Niall mengerti
kenapa pria itu suka makan, Taylor butuh makanan hanya untuk membuat
tubuhnya terlihat sebesar itu. Tidak seperti Niall yang murni
mencintai makanan. Niall tersenyum sendiri seraya kembali ke ruang
tamu.
Namun saat ia berdiri tepat di lorong yang menuju kamar
Sherine, ia membelokkan tubuhnya. Ia membuka sedikit pintunya,
berharap gadis yang tangannya sudah terlepas dari selang infus yang
susah payah Niall pasangkan, sudah membuka matanya. Namun nyatanya,
ruh Gadis itu masih terhanyut dalam mimpi indahnya. 'semoga kau
memimpikanku, Sher'. Batin Niall.
“Niall? Sedang apa kau disana? Aku sudah membuatkan
Pancake untuk kalian. Habiskan”. Panggil Christie di ujung lorong.
Niall meninggalkan pintu kamar Sherine.
“dia akan baik-baik saja, sebentar lagi juga dia akan
terbangun dari tidurnya”. Ucap Christie saat Niall sampai
dihadapannya. Niall hanya tersenyum mengangguk.
“Christ, kata 'ritual' yang terdapat dalam diarynya,
apa maksudnya? Ritual apa yang membuatnya kehilangan pendengarannya,
jelas pandangnya, dan rambutnya?”. Tanya Niall, mengingat isi diary
Sherine yang ia baca pagi tadi, seraya berjalan keruang tamu bersama
Christie.
“kau tau, setiap penderita kanker yang melakukan
pengobatan, ia harus melakukan Kemoterapi, dan Radioterapi untuk
kanker hidung. Ya, Sherine takut menyebut Kemo dan Radioterapi, maka
dari itu ia putuskan untuk menyebutnya dengan kata 'ritual'”. Jawab
Christie, dan disambut dengan anggukan pelan Niall yang baru mengerti
maksudnya. 'sebegitu takutnya kah kau dengan terapi itu? Mungkin jika
kau bersamaku, kau tak akan merasa takut Sher menjalankan itu semua'.
Batin Niall.
Sampai di ruang tamu, ternyata mulut Taylor sudah di
penuhi Pancakenya, ia sudah menghabiskan satu pancake. Untung gadis
itu membuat banyak Pancake untuk mereka, Christie tau kedua pria ini
butuh banyak makanan, terlebih mereka sudah menghabisakan waktu
hampir lima jam hanya untuk membeli peralatan dan membenarkan pintu
itu.
“maaf, Niall. Hanya ini makan malam yang bisa ku
berikan padamu, karena aku hanya bisa memasak Pancake yang tak begitu
enak ini saja, maaf jika kau tak suka”. Ucap Christie yang
mengambil posisi disamping Taylor dan Niall di hadapan mereka.
“kau bilang apa? Dia sudah pasti menyukainya. Hey,
Niall. Jika kau bilang Pancake ini tidak enak akan ku permak habis
lidahmu”. Sambar Taylor, yang mulutnya masih di penuh kue itu.
Sambil menikmati Pancake yang masih hangat itu, Niall
teringat sesuatu akan hangatnya makanan tersebut, “Taylor, kenapa
kau yang menghabiskan Irish Stew buatanku dan tak membiarkan Sherine
mencicipinya?”. Tanya Niall pada pria berambut hitam legam itu yang
kini berhenti melahap pancakenya.
“kau mau ku ceritakan dari mana? Dari pertama aku
memberinya kabar buruk itu?”. Ucap Taylor. Namun Niall hanya diam,
membiarkan Taylor terus bicara dan menjelaskan padanya semua.
“Atau saat pertama kalinya aku melihat mata gadis itu
membengkak karena air matanya yang keluar berlebihan?”. Lanjut
Taylor yang membuat Niall hampir lupa bagaimana caranya bernafas.
|Taylor Flash back On|
Sebelum sampai didepan pintu hitam itu, aku
menepuk-nepuk mantelku agar butiran butiran salju itu menyingkir dari
mantelku. Kini aku mengetuk pintu itu, namun hanya terdengar jawaban
dari dalam, sedangkan pintunya tetap tak terbuka. Dan aku memilih
untuk diam sampai gadis pemilik rumah ini membukakan pintu rumahnya.
Masih menunggu, aku melihat seorang pria bertudung
keluar dari rumahnya yang terletak tepat disamping rumah gadis ini,
pria itu terlihat terburu-buru sampai ia tak menyadari aku
memperhatikannya. Pria itu masuk ke mobilnya, lalu melajukan mobil
itu tepat saat pintu disampingku terbuka.
“Taylor?”. Ucap Gadis itu yang mungkin terkejut aku
bisa sampai kerumahnya tanpa sekalipun tau alamat rumahnya. Namun
saat aku berbalik menghadapnya, aku melihat matanya bengkak dan
memerah. Sekilas fikiranku mengatakan bahwa ia kembali flu, tapi
tidak dengan matanya yang meyipit. Aku tau ia menangis.
Kini aku sudah memasuki rumahnya, aku mencium aroma masakan, ku gantungkan mantelku sebelum aku mulai mencari asal aroma itu. Bukan untuk menyantapnya, tapi untuk memastikan bahwa itu bukan makanan yang dipantang untuknya. Dan benar dugaku, ovennya terbuka, ia telah menghangat kan semangkuk sup yang sudah di letakkannya di meja makan, aku tau karena sup itu masih mengepul.
Apa ia lupa apa yang ku katakan padanya pagi tadi?
Kini aku sudah memasuki rumahnya, aku mencium aroma masakan, ku gantungkan mantelku sebelum aku mulai mencari asal aroma itu. Bukan untuk menyantapnya, tapi untuk memastikan bahwa itu bukan makanan yang dipantang untuknya. Dan benar dugaku, ovennya terbuka, ia telah menghangat kan semangkuk sup yang sudah di letakkannya di meja makan, aku tau karena sup itu masih mengepul.
Apa ia lupa apa yang ku katakan padanya pagi tadi?
Aku langsung mengambil posisi di hadapan sup itu, duduk
di kursi itu dan siap menyantapnya, “Taylor! Jangan kau makan”.
“why?”. Tanyaku, yang menghentikan sendok ini untuk
masuk ke dalam mulutku.
“itu milikku, aku akan menyantapnya jika sudah dingin
kok”. Jawabnya sedikit ragu, dan aku juga ragu untuk
mempercayainya.
“tidaak, maksudku kenapa kau menghangatkan sup ini di
microwave ovenmu?”. Tancapku, kini ia mengalihkan pandangannya pada
oven tepat dibelakangku yang masih tebuka pintunya.
“kemari, duduklah”. Ajakku, menggeser dan menepuk
alas kursi di sampingku.
“aku minta maaf, Sher. Tapi sungguh, aku tak ingin kau
menghabiskan atau mencicipinya. Bukankah sudah kukatakan, kau tak
boleh mengkonsumsi makanan yang diawetkan dan panas”. Jelasku lagi
untuk yang kedua kalinya.
“ya, aku tau. Tapi aku sangat ingin mencicipinya,
sedikiit saja”. Pintanya memohon padaku.
“tidak, Sher. Ini akan memperburuk kondisimu. Ayo
cepatlah kau duduk disini”. Tolakku dan tak membiarkannya
memperpanjang masalah ini, aku takut ia akan nekat memakannya, atau
bahkan membuatnya kembali. Lagi pula, mengapa ia sebegitu inginnya
mencicipi sup ini? Bukankah ia bisa membuatnya lagi?
Sekarang ia duduk disampingku, aku mulai memperhatikan
matanya, namun itu malah membuatnya tak nyaman, ia memalingkan
wajahnya dari pandanganku. Aku semakin yakin bahwa ia telah membuang
air matanya, aku mendengarkan sisa isakannya. Kemudian ku berikan
sesuatu yang ku bawa tadi, sesuatu yang memang tujuanku kesini untuk
memberikan benda ini padanya.
Aku menggeser benda itu dihadapannya, gadis itu
meraihnya dan mengelus lembut benda itu, benda itu memang sangat
nyaman digenggam karena bahannya yang terbuat dari bludru. Aku tak
tau ia akan menyukainya, dan aku juga tak tau gadis itu sangat
menyukai warna hijau.
“untukku? Buku apa ini?”. Tanyanya pada benda
tersebut, buku kecil dengan cover seekor burung hantu beserta dahan
rantingnya.
“aku tak tahu mengapa kau menangis, tapi lewat buku
ini kau bisa menceritakan apapun yang terjadi padamu, masalahmu, dan
asal muasal tangisanmu itu”. Jelasku, dan ia mengerti yang ku
maksud pada benda ini adalah buku Diary.
Sekarang aku kembali kehadapan mangkuk sup yang masih
mengepul ini, aku menyantapnya sesendok. Sup itu sangat enak, namun
belum sempat aku menyampaikan pendapatku tentang sup ini, ia membuka
suaranya.
“Irish Stew, itu bukan sup buatanku”. Serunya yang
memperhatikanku menyantap sup ini, akupun mengalihkan pandanganku
padanya. Aku baru mengerti alasannya mengapa ia menghangatkan sup
ini.
“sup itu buatan kekasihku, tidak, maksudku mantan
kekasihku”.
~NLS~
|To Be
Continued|
NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo
ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing
banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<
DON'T BE SILENT READER!! kalo
reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih
feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO,
jangan cuma baca aja yawh :) If
you want respect, then respect others!
Don't forget to
send ur feedback! Or visit my twitter account @Fathimah_Haddad
and @FathimHaddad501
for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 21 ;)




0 comments:
Post a Comment