Monday, May 13, 2013

#NLS Princess Nose And True Love {Part 20}

Posted by Unknown at 11:03:00 PM

Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 20}

Author: 
@Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad

Genre: Romantic

Rating: G (General)

Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
          - @SherineCArifa as Sherine Arifa
          - @OfficialTL as Taylor Lautner
          - @christiemburke as Christie burke
          - And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}

Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato



|Welcome to my Imagination|

Hope you like this guys ;)


~NLS~


'Princess Nose's Diary

7 February. 9:02 pm.

Ku harap ini adalah kebohongan terakhirku padamu. Maaf Niall, aku harus bohong tentang surat itu dan pertunangan aku dengan Taylor. Ya, aku memang tak bertunangan dengannya, cincin yang kukenakan ialah cincin milik Christie sahabatku, kekasih Taylor. Maaf aku melakukan ini karena aku tak bisa membiarkanmu mencintaiku lagi, aku ingin kau melupakan perasaanmu padaku, dan carilah seseorang yang sungguh-sungguh mencintaimu, yang tak sedikitpun berani membohongimu. Maafkan aku Niall.'

tidak, Sher. Aku tak akan berhenti mencintaimu, sampai kapanpun. 'Cause you are my True Love”. Ucapku seraya memandangi wajah pucatnya.

'.. Dan hari ini juga aku memaksa Taylor pulang dari Jepang untuk membantuku mengurus tiket kepulanganku, aku memutuskan untuk pulang kenegaraku dan tak akan pernah kembali lagi. Namun alasan utama kepulanganku bukan karena aku ingin menjauh darimu, Niall. Tapi ini tentang kakakku. Ia kecelakaan, aku tak bisa hanya diam disini menunggu kabarnya. Terlebih saat ku dengar kondisinya yang koma. Aku ingin saat ia membuka matanya, aku ada disampingnya dan menjaganya, karena aku sangat menyayanginya.

Dan ku harap kita bisa bertemu lagi, dan aku bisa mencintaimu, Niall. Entah kapan'

Akupun begitu, Sher. Aku sangat menyayangimu, maka dari itu aku ingin selalu disampingmu dan menjagamu, “dan saat kelak kau membuka matamu, akan kubuat kau jatuh cinta lagi padaku, dan tak bisa untuk mencoba berhenti mencintaiku”. Ucapku, seeraya memperhatikan bibir pucatnya.


'Princess Nose's Diary

9 February. 9:56 am.'

Hari ini? Tadi? Sebelum ia terpejam kah? Aku melihat arlojiku, dua jam yang lalu ia menulis diary ini? Dari tiap lembarnya ku perhatikan tak pernah ia menulis diarynya sepagi itu. Bahkan aku tak menemukan tanggal delapan pada halaman sebelumnya.

'Sekitar satu jam lagi.

Aku menunggu lama hari ini datang, hari dimana aku bisa bersamamu lagi, walau hanya sehari. Hari dimana membuatku tak terjaga pada hari sebelumnya, karena tak sabar menunggu hari ini tiba. Hari dimana aku bisa menghabiskan waktu bersamamu seharian untuk terakhir kalinya, Niall.

Dari sekian lembar dalam Diary ini, hanya lembaran ini yang kutulis dalam keadaan benar-benar bahagia, benar-benar merasakan nikmatnya sebuah hari, dan untuk pertama kalinya aku benar-benar bisa melupakan penyakit ini.

Kau tau, Niall. Kau pasti akan mentertawakanku jika kau melihatku satu jam lebih di hadapan cermin, hanya untuk memoleskan peralatan make upku di atas wajah pucat ini, agar terlihat sedemikian cantik di hadapanmu. Kini aku tertawa Niall, sungguh.

Aku sadar kini. Apa yang Taylor katakan selama ini, itu semua benar. Dengan cinta, aku bisa bangkit. Dengan cinta, aku bisa melupakan hal terburuk sekalipun yang menimpaku. Dan dengan cinta, untuk pertama kalinya aku bisa merasakan kesehatan yang begitu nikmat diatas kesakitan ini. Maka dari itu, akan ku manfaatkan hari ini sebaik mungkin, ku buat hari ini seolah aku milikmu, hingga membuatku benar-benar lupa akan penyakit ini. Dan setelah itu, setelah hari ini berakhir, jika aku kembali terpuruk meratapi penyakit ini, aku bisa mengingat hari ini dan tersenyum kembali.

Aku mencintaimu Niall.'

Dan dalam lembar ini, aku bisa merasakan kebahagiaanmu, Sher. Dan aku akan mewujudkan apa yang ada di lembar ini. Tak hanya sehari. Selamanya..

Aku juga mencintaimu Sherine”. Ucapku tepat di kupingnya yang terhalang sebuah benda. Berharap ia akan mendengarnya dan terbangun.


_Niall pov End_


~NLS~


_Author pov_


What's Happening!”. Ucap Taylor memegang kepalanya, setelah melihat pintu rumah Sherine terbuka lebar dan rusak di bagian atasnya. Murnya terlepas dan engselnya terbuka.

Tay, tenanglah. Mungkin ini perbuatan Niall. Ia kan menemukan Sherine pingsan, mungkin pintunya terkunci dan Niall mendobraknya”. Tutur Christie agar Taylor tak berlebihan.

Christie lebih dulu menghampiri kamar Sherine, sedangkan Taylor berusaha menutup kembali pintu itu perlahan, namun nyatanya malah membuatnya parah. Pintu tersebut terjatuh ke luar rumah, membuat Christie menggeleng melihat yang dilakukan kekasihnya itu pada pintu tersebut.

Christie telah masuk kekamar Sherine kini. Ia mendapati Niall yang tertidur di bibir ranjang bertelanjang dada tepat di samping Sherine yang masih terpejam. Ia memeriksa hasil kerja Niall tadi, memastikan bahwa Niall memasang jarum itu dan mengatur botol infusnya dengan benar.

sekarang aku tak percaya ucapan Sherine yang mengatakan kau suka teledor. Lihatlah. Kau melakukannya dengan sempurna, Niall”. Ucap Christie tersenyum menatap rambut blonde Niall.

haah!! kau tau Christ? Pintunya rusak! Aku harus membenarkan pintu itu hari ini juga, jika tidak, aku tak bisa meninggalkannya sendirian malam ini dalam keadaan rumahnya tak berpintu”. Sahut Taylor yang menyusul masuk ke kamar Sherine. Suaranya membuat Niall terbangun.

kalian sudah datang?”. Ucap Niall mengangkat kepalanya dan mengusap matanya yang masih terpejam.

ya, dan kau merusak pintu Sherine, Niall”. Sambar Taylor.

sudahlah, Tay. Jika ia tak melakukannya, mungkin Sherine tak akan tertolong. Kau lihat ia mengerjakannya dengan baik”. Bela Christie, menunjuk ke arah selang infus tersebut. Dan Taylor memperhatikannya dengan detail.

Niall, sebaiknya kau pulang. Ganti bajumu, jika tidak kau akan sakit karena kedinginan”. Lanjut Christie seraya mengambil kaos biru di lantai dan menyerahkan kaos yang sudah di nodai bercak darah itu kepada Niall.

Niall berdiri menerima kaosnya, rambutnya berantakan dan wajahnya terlihat lelah. Ia meletakkan kembali Diary yang sedari tadi di genggamannya ke atas meja. Ia keluar kamar lalu kembali lagi setelah ia melihat pintu Sherine terlepas dari engselnya.

Taylor, kau mau ku bantu membenarkan pintunya?”. Tawar Niall yang masih setengah terpejam matanya.

harus! Dan kau yang membeli semua kebutuhan perbaikannya, Niall”. Ucap Taylor yang disambung dengan sebuah toyoran yang ia dapatkan dari Christie. Niall menyunggingkan sudut bibirnya lalu meninggalkan kamar untuk pulang dan mengganti pakaian, kemudian pergi bersama Taylor membeli pintu untuk rumah Sherine.


~NLS~





Si blonde bermata biru itu kini tersenyum bangga memandangi sebuah pintu berwarna hitam. Pintu itu bergerak terbuka, memunculkan sosok Taylor Lautner yang menggenggam palu serta obeng di tangannya.

bagaimana? Sudah tidak bunyi lagi kan?”. Tanya pria berambut hitam itu pada Niall yang langsung menjawabnya dengan anggukan cepat seraya menunjukkan ibu jarinya.

kalian sudah selesai?”. Teriak Christie dari dalam. Gadis itu membawa tiga gelas juice dan pancake buatannya ke ruang tamu, aroma pancake itu sebenarnya sudah sampai ke perut Niall sebelum matang. Tanpa melihat, Niall sudah tau itu adalah Pancake coklat tiramisu. Perutnya juga sudah menggeruyuk sedari tadi, ia tak akan sungkan jika gadis itu menyuruhnya menghabiskannya.

Niall dan Taylor masuk kedalam, Niall menutup pintu itu amat hati-hati. Walaupun sudah di perbaiki, ia takut akan merusakannya lagi.

ini semua pasti untukku”. Sahut Taylor seraya menikmati aroma pancake itu didepannya.




Saat ia akan mengambil potongan pancake tersebut, Christie menepuk tangannya. Taylor hanya meringis mengusap tangannya yang terasa kesemutan itu.

cuci tanganmu dulu”. Lanjut Christie, dan Taylor hanya mendengus dan berjalan menuju dapur untuk mencuci tangannya. Ternyata sudah ada Niall disana yang telah mencuci tangannya dan akan kembali ke ruang tamu, mungkin untuk mengambil potongan pancake yang tadi tak jadi Taylor ambil.

aku tau kau menyukai makanan, dude. Dan kau tau? Aku juga”. Ucap Taylor tersenyum sinis pada Niall yang artinya ia tak boleh menghabiskan Pancake buatan kekasihnya itu. Niall mengerti kenapa pria itu suka makan, Taylor butuh makanan hanya untuk membuat tubuhnya terlihat sebesar itu. Tidak seperti Niall yang murni mencintai makanan. Niall tersenyum sendiri seraya kembali ke ruang tamu.

Namun saat ia berdiri tepat di lorong yang menuju kamar Sherine, ia membelokkan tubuhnya. Ia membuka sedikit pintunya, berharap gadis yang tangannya sudah terlepas dari selang infus yang susah payah Niall pasangkan, sudah membuka matanya. Namun nyatanya, ruh Gadis itu masih terhanyut dalam mimpi indahnya. 'semoga kau memimpikanku, Sher'. Batin Niall.

Niall? Sedang apa kau disana? Aku sudah membuatkan Pancake untuk kalian. Habiskan”. Panggil Christie di ujung lorong. Niall meninggalkan pintu kamar Sherine.

dia akan baik-baik saja, sebentar lagi juga dia akan terbangun dari tidurnya”. Ucap Christie saat Niall sampai dihadapannya. Niall hanya tersenyum mengangguk.

Christ, kata 'ritual' yang terdapat dalam diarynya, apa maksudnya? Ritual apa yang membuatnya kehilangan pendengarannya, jelas pandangnya, dan rambutnya?”. Tanya Niall, mengingat isi diary Sherine yang ia baca pagi tadi, seraya berjalan keruang tamu bersama Christie.

kau tau, setiap penderita kanker yang melakukan pengobatan, ia harus melakukan Kemoterapi, dan Radioterapi untuk kanker hidung. Ya, Sherine takut menyebut Kemo dan Radioterapi, maka dari itu ia putuskan untuk menyebutnya dengan kata 'ritual'”. Jawab Christie, dan disambut dengan anggukan pelan Niall yang baru mengerti maksudnya. 'sebegitu takutnya kah kau dengan terapi itu? Mungkin jika kau bersamaku, kau tak akan merasa takut Sher menjalankan itu semua'. Batin Niall.

Sampai di ruang tamu, ternyata mulut Taylor sudah di penuhi Pancakenya, ia sudah menghabiskan satu pancake. Untung gadis itu membuat banyak Pancake untuk mereka, Christie tau kedua pria ini butuh banyak makanan, terlebih mereka sudah menghabisakan waktu hampir lima jam hanya untuk membeli peralatan dan membenarkan pintu itu.

maaf, Niall. Hanya ini makan malam yang bisa ku berikan padamu, karena aku hanya bisa memasak Pancake yang tak begitu enak ini saja, maaf jika kau tak suka”. Ucap Christie yang mengambil posisi disamping Taylor dan Niall di hadapan mereka.

kau bilang apa? Dia sudah pasti menyukainya. Hey, Niall. Jika kau bilang Pancake ini tidak enak akan ku permak habis lidahmu”. Sambar Taylor, yang mulutnya masih di penuh kue itu.

Sambil menikmati Pancake yang masih hangat itu, Niall teringat sesuatu akan hangatnya makanan tersebut, “Taylor, kenapa kau yang menghabiskan Irish Stew buatanku dan tak membiarkan Sherine mencicipinya?”. Tanya Niall pada pria berambut hitam legam itu yang kini berhenti melahap pancakenya.

kau mau ku ceritakan dari mana? Dari pertama aku memberinya kabar buruk itu?”. Ucap Taylor. Namun Niall hanya diam, membiarkan Taylor terus bicara dan menjelaskan padanya semua.

Atau saat pertama kalinya aku melihat mata gadis itu membengkak karena air matanya yang keluar berlebihan?”. Lanjut Taylor yang membuat Niall hampir lupa bagaimana caranya bernafas.


|Taylor Flash back On|


Sebelum sampai didepan pintu hitam itu, aku menepuk-nepuk mantelku agar butiran butiran salju itu menyingkir dari mantelku. Kini aku mengetuk pintu itu, namun hanya terdengar jawaban dari dalam, sedangkan pintunya tetap tak terbuka. Dan aku memilih untuk diam sampai gadis pemilik rumah ini membukakan pintu rumahnya.

Masih menunggu, aku melihat seorang pria bertudung keluar dari rumahnya yang terletak tepat disamping rumah gadis ini, pria itu terlihat terburu-buru sampai ia tak menyadari aku memperhatikannya. Pria itu masuk ke mobilnya, lalu melajukan mobil itu tepat saat pintu disampingku terbuka.

Taylor?”. Ucap Gadis itu yang mungkin terkejut aku bisa sampai kerumahnya tanpa sekalipun tau alamat rumahnya. Namun saat aku berbalik menghadapnya, aku melihat matanya bengkak dan memerah. Sekilas fikiranku mengatakan bahwa ia kembali flu, tapi tidak dengan matanya yang meyipit. Aku tau ia menangis.

Kini aku sudah memasuki rumahnya, aku mencium aroma masakan, ku gantungkan mantelku sebelum aku mulai mencari asal aroma itu. Bukan untuk menyantapnya, tapi untuk memastikan bahwa itu bukan makanan yang dipantang untuknya. Dan benar dugaku, ovennya terbuka, ia telah menghangat kan semangkuk sup yang sudah di letakkannya di meja makan, aku tau karena sup itu masih mengepul.







Apa ia lupa apa yang ku katakan padanya pagi tadi?

Aku langsung mengambil posisi di hadapan sup itu, duduk di kursi itu dan siap menyantapnya, “Taylor! Jangan kau makan”.

why?”. Tanyaku, yang menghentikan sendok ini untuk masuk ke dalam mulutku.

itu milikku, aku akan menyantapnya jika sudah dingin kok”. Jawabnya sedikit ragu, dan aku juga ragu untuk mempercayainya.

tidaak, maksudku kenapa kau menghangatkan sup ini di microwave ovenmu?”. Tancapku, kini ia mengalihkan pandangannya pada oven tepat dibelakangku yang masih tebuka pintunya.

kemari, duduklah”. Ajakku, menggeser dan menepuk alas kursi di sampingku.

aku minta maaf, Sher. Tapi sungguh, aku tak ingin kau menghabiskan atau mencicipinya. Bukankah sudah kukatakan, kau tak boleh mengkonsumsi makanan yang diawetkan dan panas”. Jelasku lagi untuk yang kedua kalinya.

ya, aku tau. Tapi aku sangat ingin mencicipinya, sedikiit saja”. Pintanya memohon padaku.

tidak, Sher. Ini akan memperburuk kondisimu. Ayo cepatlah kau duduk disini”. Tolakku dan tak membiarkannya memperpanjang masalah ini, aku takut ia akan nekat memakannya, atau bahkan membuatnya kembali. Lagi pula, mengapa ia sebegitu inginnya mencicipi sup ini? Bukankah ia bisa membuatnya lagi?

Sekarang ia duduk disampingku, aku mulai memperhatikan matanya, namun itu malah membuatnya tak nyaman, ia memalingkan wajahnya dari pandanganku. Aku semakin yakin bahwa ia telah membuang air matanya, aku mendengarkan sisa isakannya. Kemudian ku berikan sesuatu yang ku bawa tadi, sesuatu yang memang tujuanku kesini untuk memberikan benda ini padanya.

Aku menggeser benda itu dihadapannya, gadis itu meraihnya dan mengelus lembut benda itu, benda itu memang sangat nyaman digenggam karena bahannya yang terbuat dari bludru. Aku tak tau ia akan menyukainya, dan aku juga tak tau gadis itu sangat menyukai warna hijau.

untukku? Buku apa ini?”. Tanyanya pada benda tersebut, buku kecil dengan cover seekor burung hantu beserta dahan rantingnya.

aku tak tahu mengapa kau menangis, tapi lewat buku ini kau bisa menceritakan apapun yang terjadi padamu, masalahmu, dan asal muasal tangisanmu itu”. Jelasku, dan ia mengerti yang ku maksud pada benda ini adalah buku Diary.

Sekarang aku kembali kehadapan mangkuk sup yang masih mengepul ini, aku menyantapnya sesendok. Sup itu sangat enak, namun belum sempat aku menyampaikan pendapatku tentang sup ini, ia membuka suaranya.

Irish Stew, itu bukan sup buatanku”. Serunya yang memperhatikanku menyantap sup ini, akupun mengalihkan pandanganku padanya. Aku baru mengerti alasannya mengapa ia menghangatkan sup ini.

sup itu buatan kekasihku, tidak, maksudku mantan kekasihku”.


~NLS~



|To Be Continued|




NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<



DON'T BE SILENT READER!! kalo reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO, jangan cuma baca aja yawh :) If you want respect, then respect others!




Don't forget to send ur feedback! Or visit my twitter account @Fathimah_Haddad and @FathimHaddad501 for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 21 ;)

0 comments:

Post a Comment

 

My Imagination Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea