Thursday, May 16, 2013

#NLS Princess Nose And True Love {Part 22}

Posted by Unknown at 12:21:00 AM

Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 22}

Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad

Genre: Romantic

Rating: G (General)

Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
          - @SherineCArifa as Sherine Arifa
          - @OfficialTL as Taylor Lautner
          - @christiemburke as Christie burke
          - And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}

Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato



|Welcome to my Imagination|

Hope you like this guys ;)


~NLS~


_Author pov_


Christie membaringkan tubuh Sherine di atas ranjangnya, kemudian ia membuka plaster yang menutup bekas jarum yang menembus kulit Sherine. Christie mengambil cairan disinfeksi untuk membersihkan tangan Sherine, sambil menjawab semua pertanyaan gadis yang berbaring disampingnya ini, semua pertanyaan yang tak dapat Sherine keluarkan dari mulutnya karena bingung harus memulainya dari mana.

luka ini, dari jarum infus yang masuk kedalam tubuhmu tadi pagi”. Mulai Christie, namun Sherine merasa bahwa ia sudah tau hal itu, jadi Christie tak perlu menceritakannya.

kau tau siapa yang melakukannya?”. Tanya Christie yang berhasil menciptakan kerutan di dahi Sherine.

kau bilang Taylor menungguku di rumah sakit, dan jika aku telat aku tak akan mendapatkan ciuman darinya. Kau tau? Tadi pagi aku telat, mobilku mogok dan demi mendapatkan ciuman darinya itu, aku berlari sampai kerumah sakit..”. Christie menghentikan ceritanya itu sebelum ia tertawa sendiri, Sherine juga ikut tertawa karena ia tau sahabatnya itu sangat bodoh, terlalu menganggap serius ucapan Taylor.

sampai dirumah sakit, aku melihatnya di ambang pintu, aku langsung berlari padanya dan menciumnya”. Lanjut Christie.

astaga kau melakukannya?”. Tanya Sherine tak percaya, ia tau bahwa Christie dan Taylor tak pernah melakukan hal itu,dan itu menjadi first kiss mereka.

ya, dan ia membalasnya setelah ia sempat melepaskannya karena terkejut”. Sherine tertawa mendengarnya.

namun, first kiss itu tak berjalan sempurna. Seseorang memisahkan kami begitu saja, mendorongku sampai terjatuh, lalu memukul Taylor sampai sudut bibirnya mengeluarkan darah”. Kini membulat mata Sherine, ia bangkit dari rebahnya, memilih duduk dan mendengarkan Christie lebih jelas. Ia memang melihat sudut bibir Taylor yang terluka tadi.

Sherine terus memperhatikan Christie, meminta gadis dihadapannya itu melanjutkan ceritanya tanpa memintanya langsung.

Niall Horan yang melakukannya”. Lanjut Christie seraya menatap sepasang bola mata coklat gelap disampingnya. Kini Sherine tak hanya membulatkan matanya, mulutnya terbuka hampir menganga.

Ia tau kini asal muasal pria blonde itu tau hubungannya dengan Taylor hanya kedustaan belaka. Dan itu terjadi saat mereka tengah dirumah sakit. 'Jadi.. apa Niall sudah..'. Batin Sherine menduga-duga, hingga akhirnya Christie langsung membenarkannya.

Christie kembali meraih tangan kanan Sherine yang tadi terlepas dari genggamannya, “luka ini, ia yang melakukannya. Niall Horan”. Ucap Christie menekan setiap katanya. Dan ia mulai menceritakan semua yang dilakukan Niall pagi ini pada gadis dihadapannya saat ini.

Sherine susah payah mengatur nafasnya, ia begitu terkejut atas penuturan Christie tadi. Kini matanya mulai memanas, kembali ia mengeluarkan air matanya lagi, namun kali ini tanpa adanya isakan tangis, air mata itu jatuh begitu saja tanpa Sherine sadari. Sherine tak menyangka bahwa Niall bisa melakukannya, bisa melakukan pertolongan pertama padanya, bisa memasang botol infus itu untuknya.

Kini ia tahu, Niall tahu segalanya tentang kebohongannya selama ini. Yang membuatnya begitu merasakan sakit dalam dadanya adalah, mengapa lelaki itu tak marah padanya? Mengapa lelaki itu hanya diam seolah tak merasa telah dibodohi seseorang yang dicintainya, kenapa?


~NLS~


Sherine telah selesai menyisir rambut palsunya, namun ia tak memakainya. Ia akan kenakan itu saat ia pergi dengan Niall jam sebelas peagi nanti. Sherine memakai kacamatanya juga Hoodienya, dan menutupi kepalanya yang tak terbungkus wig itu dengan tudung Hoodie tersebut, setelah itu ia akan meninggalakan rumahnya untuk sementara, lalu pergi ke rumah sebelah, rumah Niall.

Christie sudah berangkat bekerja pagi-pagi sekali, awalnya ia ragu untuk meninggalkan Sherine, namun Sherine meyakinkannya bahwa ia sudah baik-baik saja. Dan hari ini, ia akan pergi bersama Niall, enatah blonde pandanya itu akan mengajaknya pergi kemana. Namun, Sherine memilih untuk kerumah Niall pagi ini, sebelum mereka pergi untuk menghabiskan satu hari bersama.

Sherine ingin mengatakan semua pada pria itu, apa yang telah Niall tau dari orang lain, Sherine ingin mengatakannya langsung. Meminta maaf, itu pasti ia lakukan pertama kali memulai pembicaraan, namun ia hanya pasrah jika Niall tak mau memaafkannya, Sherine merasa bahwa ia pantas untuk tidak dimaafkan karena ia pembohong besar.

Niall mengacak rambutnya yang memang sudah berantakan dan mengusap kedua matanya setelah ia membuka pintu yang Sherine ketuk sedari tadi. Ia masih setengah tidur, ia belum menyadari betul-betul siapa dihadapannya kini.

“boleh aku masuk?”. Ucap Sherine, dan kini mata Niall membulat. Ia cukup terkejut yang nyatanya Sherinelah tamunya. Ia membuka lebar pintunya tanpa bicara lagi, mempersilahkan Sherine masuk kedalam dan duduk disofa ruang tamunya.

Ia kembali masuk kekamarnya, meminta Sherine untuk menunggunya sebentar, memberikannya waktu untuk membersihkan wajahnya.

Sudah lama sekali Sherine tak menikmati sofa yang ia duduki ini, ia memperhatikan seluruh ruangan ini, dan menangkap sebuah bingkai yang sama dengan yang ia miliki. Fotonya dengan Niall ditaman beberapa tahun yang lalu. Bingkai ini juga sama lamanya Niall letakkan di meja samping sofanya, tak pernah ia pindahkan.

Hampir lima belas menit Sherine menunggu Niall dan akhirnya ia kembali dengan rambut yang sudah ia atur dengan rapih, kemudian memilih duduk dihadapan Sherine.




“kukira kita akan pergi jam sebelas pagi”. Mulai Niall seraya melihat jam yang menempel didinding tepat dibelakang Sherine, yang menunjukkan pukul sembilan pagi.

“ya, kita memang akan pergi jam sebelas nanti”. Jawab Sherine, ia masih bingung harus memulai pembicaraan dari mana untuk meminta maaf.

“so?”. Niall menyudutkan pandangannya ke arah mata Sherine.

Tanpa Niall ketahui Sherine menarik nafas panjang, dan siap untuk mengatakannya pada Niall, mengatakan apa yang telah Niall ketahui.

“bisakah kau duduk disampingku?”. Pinta Sherine, agar tak perlu berjauhan seperti ini saat ia bicara.

Sedikit canggung Niall pindah kesamping Sherine, lalu diam memandang wajahnya yang begitu dekat kini, membiarkan gadis ini yang bicara sekarang.

“aku minta maaf”. Ucap Sherine seraya menatap dalam mata Niall. Niall menyadari arti tatapan gadis itu, ia mengerti kemana arah pembicaraan ini.

“sudahlah, Sher. Aku mengerti, kau tak perlu meminta..”.

“kenapa? Kenapa aku tak perlu meminta maaf padamu? Bukankah aku sudah membohongimu? Tak hanya sekali Niall, berkali-kali aku telah membohongimu”. Potong Sherine yang suaranya parau kini.

Niall ingin sekali menggenggam tangan gadis itu, memintanya agar tak menangis, memintanya agar tak melanjutkan kalimatnya lagi, karena Niall tak ingin marah padanya, tepatnya tak bisa, karena ia begitu marah pada dirinya sendiri. Ia lebih memilih membenci dirinya sendiri karena kebodohannya yang tak menyadari keadaan Sherine selama ini.

Sherine membuka perlahan tudung Hoodienya, membuat Niall membulatkan matanya atas apa yang ia lihat saat ini. Sherine nampak begitu berbeda, tak ada sehelai pun yang melindungi kepala putih bersihnya, “maafkan aku karena telah menyembunyikan penyakit ini darimu”. Kini suara Sherine sudah disertai oleh isakannya. Menunduk, berusaha menyembinyikan isakannya itu dari pria dihadapannya.

“sshhsht”. Niall tak bisa melihat air mata itu keluar dari pelupuk mata Sherine, ia merasakan sakit tersendiri jika ia melihatnya. Niall menopang dagu Sherine, mengusap lembut pipi Sherine yang sudah basah, dan kini ia sudah bisa menggengam tangan kurus itu.

“aku sudah memaafkanmu, sudahlah Sher. Jangan biarkan air matamu itu keluar”. Pintanya, padahal Niall menahan dirinya sendiri agar tidak menangis, membantu gadis ini agar bisa tegar kembali.

“tidak. Bukan ini maksudku, aku ingin kau marah padaku, Niall! Kenapa? Kenapa kau tak marah padaku? Kau tak bisa?”. Ucap Sherine yang terus mencari tatapan amarah yang nyatanya tak keluar-keluar juga dari mata Niall.

“kau tau? Aku lebih suka kau marah padaku atas semua yang ku perbuat, ketimbang kau hanya memaafkanku dan melupakan itu semua!”. Lanjut Sherine yang meninggikan suaranya.

Kini Niall mengatup bibirnya, ia mulai mengeluarkan raut wajah geramnya. Ia menatap tajam mata Sherine, hingga membuat gadis itu membisu dan menunduk kembali. Gadis itu berhasil membuat pria ini marah sepertinya.

“kau ingin aku marah? Aku sudah marah Sher, aku sudah mersakan amarah itu selama kau membohngiku. Aku marah kau dekat denga Taylor, aku marah kau bertunangan dengan Taylor, aku marah kau menyembunyikan penyakitmu itu dariku, aku marah atas semua yang kau sembunyikan padaku selama ini!”. Ucap Niall panjang lebar dengan tatapan geramnya. Sementara Sherine tetap menunduk menyembunyikan air matanya yang terus terjatuh.

“tapi untuk apa Sher? Untuk apa aku marah padamu yang nyatanya aku tau kau lakukan itu demi aku. Demi karirku. Demi mendapatkan cinta sejatiku. Kau tak mau aku terbebani olehmu. Kau tak mau karirku hancur hanya karena aku sibuk menjagamu”. Lanjut Niall yang kini melembutkan suaranya.

“kau tau Sher? Kini aku merasa pria tebodoh dihidupmu, karena aku tak memberikan sedikitpun perhatianku padamu, aku bahkan tak menyadari penyakit itu. Kau yang harusnya marah padaku, Sher. Kau!”. Seru Niall kembali, sedikit lebih erat menggenggam tangan Sherine.

Kini Sherine sudah menangis sejadi-jadinya, ia menggelengkan kepalanya menatap Niall seraya menahan isakan ini agar tak keluar berlebihan. Ia juga menghapus beberapa tetes air mata yang membasahi pipi Niall. Kemudian Niall perlahan mencoba memeluknya, memberikan pelukan ketenangan agar tangisan gadis itu meredah.

Niall mengusap lembut punggung Sherine yang bergetar, mendegarkan setiap isakan yang Sherine tahan namun tetap keluar juga. Didalam hatinya Niall berjanji, ini adalah tangisan terakhir yang Sherine keluarkan, ia ingin melihat gadis ini bahagia. Sudah cukup ia memendam kesedihannya seorang diri. Niall tak ingin membiarkan gadis dipelukannya kini terus menangis, karena setiap tetesan yang keluar dari matanya, adalah sebuah sayatan yang menyayat hatinya.

Tangisan Sherine sudah mulai meredah, Niall melepaskan pelukannya, kemudian memakaikan tudung Hoodie yang dibuka Sherine tadi perlahan, menutup kepalanya yang tak dilindungi halus rambutnya dulu.

berjanjilah padaku tak akan membuatku marah lagi. Ini yang terakhir, Sher”. Pinta Niall diikuti dengus senyumnya. Sherine mengangguk ikut tersenyum pada Niall.

Sherine melihat sudut bibir Niall yang terluka, lalu ia menyentuhnya dengan lembut dan membuat Niall meringis menahan perih, “luka ini, kau dapatkan dari pukulan Taylor yang membalas pukulanmu?”. Tanya Sherine.

hanya luka kecil”. Jawab Niall menyingkirkan ibu jari Sherine perlahan dari lukanya seraya tersenyum singkat. Tak sampai disitu, Niall memperhatikan Sherine yang terus melihat lukanya itu. Menyeret Niall membalas tatapan itu dengan memperhatikan bibir tipis Sherine kini.

Sherine menyadari hal itu saat Niall mencoba mendekati wajahnya perlahan, entah Sherine terus membiarkan posisinya seperti itu, tak bergerak sedikitpun sampai hidung Niall sudah menyentuh hidungnya.




Hingga Sherine terkejut akan nafas dan sentuhan yang belum sempurna itu, memaksanya memalingkan wajahnya dan menjauh dari wajah lelaki Ireland disampingnya.

Itu membuat suasana diruang tamu Niall menjadi sunyi dan sedikit canggung. Lain lagi dengan Niall yang menyesali first kissnya itu dengan Sherine telah gagal. Niall menggigit-gigit bibirnya sendiri, seraya menatap kosong seisi ruang tamunya. Serta Sherine yang masih menunduk melihat buku-buku jarinya yang memutih akibat cengkramannya sendiri, seraya mencari topik pembicaraan lain agar mengusir jauh suasana awkward ini.

Christie bilang, Tay juga memukul perutmu. Apa kau tak apa-apa?”. Tanya Sherine buru-buru yang akhirnya menemukan topik pembicaraan lainnya.

aku masih bisa makan, Sher. Aku tidak apa-apa. Sekarang kau pulang, bersihkan wajahmu dan kita pergi. Aku akan mengajakmu kesuatu tempat”. Ucap Niall yang membantu Sherine bangkit dari sofanya dan mengantarnya keluar. Ia tak mau membuat gadis itu terlalu khawatir padanya, walaupun ia senang atas perhatiannya tersebut, tapi Niall tetap ingin Sherine untuk fokus dengan penyakitnya saja, tak perlu memikirkannya.

Niall?”. Sapa Sherine berbalik setelah menuruni anak tangga rumah Niall.

apa? Kau mau minta maaf lagi? Berikan aku satu truk Chips dan aku akan memaafkanmu. Cepat pulanglah”. Canda Niall yang berhasil menciptakan senyum lebar Sherine.

itu yang ingin kulihat dari wajahmu setiap hari, Sher. Senyum diatas kebahagiaan, bukan kesedihan”. Ucap Niall saat Sherine telah memasuki rumahnya.


_Author pov End_


~NLS~



|To Be Continued|



NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<



DON'T BE SILENT READER!! kalo reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO, jangan cuma baca aja yawh :) If you want respect, then respect others!




Don't forget to send ur feedback! Or visit my twitter account @Fathimah_Haddad and @FathimHaddad501 for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 23 ;)

0 comments:

Post a Comment

 

My Imagination Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea