Title:
#NLS “Princess
Nose And True Love” {Part 27}
Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDirection {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDirection {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
|Welcome
to my Imagination|
Hope you
like this guys ;)
~NLS~
_Author pov_
Gadis itu berdiri
tepat diujung lorong yang sama menuju kamar Sherine. Ia tak lagi
berambut panjang merah mencolok, melainkan hitam sepundaknya dan
pakaiannya pun tak semini tadi pagi. Ia memakai jacket yang sama
dengan yang Sherine pakai kala itu, jacket berwarna hijau
kesukaannya. Hanya saja hidungnya tak merah seperti kala mengantar
sup pertamanya kerumah Sherine.
Namun Niall
buru-buru berpaling dari pandangannya ke gadis itu, ia takut hal yang
ditakutkannya terjadi, ia takut menganggap Shireen adalah Sherine.
Ia berbalik
memandangi teman-temannya itu satu persatu dengan tatapan tak
percaya, “hh.. kalian merubah penampilan gadis itu agar terlihat
seperti Sherine?”. Ucap Niall pada Harry, Louis dan Liam Zayn yang
duduk disofa, menyunggingkan senyum sinisnya.
“Harr, bukankah
kau menyukainya? Kenapa kau ikut merubahnya dengan memakaikan wig
hitam itu kekepalanya lalu memakaikan jacket yang sama dengan
Sherine? Seolah kau ingin membuatku menganggapnya Sherine, lalu aku
jatuh cinta padanya. Kenapa?”. Papar Niall pada Harry dengan nada
kecewa.
“dengar kalian
semua. Tak ada seorangpun yang bisa menggantikan Sherine dihatiku,
sekalipun gadis itu yang begitu mirip dengan Sherine. Tak akan! Dan
satu lagi, rambut Sherine tak sependek itu”. Tegas Niall yang
menunjuk gadis berjacket hijau itu, sebelum berbalik dan hampir saja
meninggalkan mereka semua bersama sup ditangannya.
Zayn yang duduk
disamping Liam buru-buru bangkit dan menarik tangan Niall, “Niall,
tunggu sebentar”. Halang Zayn menahannya untuk keluar. Zayn membawa
Niall kemabali ketempat si pirang itu berdiri tadi.
“kau sudah
perhatikan dia baik-baik? Dan kau bilang ia begitu mirip dengan
Sherine?”. Ucap Zayn sesekali mengarahkan pandangannya ke gadis
yang sedari tadi hanya menyandar disisi dinding seraya melipat kedua
tangannya dan tersenyum melihat mereka yang berbicara saat ini.
“Dengar Niall,
gadis itu.. memang Sherine. Aku juga tak percaya awalnya. Tapi, dia
memang Sherine, Princess Nosemu, dia masih hidup”. Ungkap Zayn satu
persatu mengatur katanya. Kini Niall kembali memperhatikan gadis itu
yang tersenyum padanya. Senyuman itu memang identik sekali dengan
Sherine. 'tapi ini tidak mungkin, Sherineku sudah tak ada, gadis itu
bukan Sherine tapi Shireen!'. Batin Niall.
“hhhaah!..
sudahlah Zayn, jangan coba-coba mempermainkanku. Aku tau dia itu
gadis yang tadi pagi menampar Harry”. Ucap Niall yang yakin sekali
bahwa gadis itu memang bukan Sherine dan Zayn hanya bergurau, mencoba
membuat lelucon untuknya agar Niall tertawa.
“maksudmu dia?”.
Tanya Harry yang kini mengambil posisi duduk dihadapan Liam. 'tunggu.
Siapa yang duduk disamping Harry?'. Batin Niall melihat seseorang
duduk melipat kakinya yang seperti kaki milik seorang gadis dan
menutup wajahnya dengan membuka lebar tabloid ditangannya, membuat
wajah gadis itu tertutup seluruhnya.
Kini gadis itu
menutup tabloidnya bersamaan dengan pecahnya balon dari permen karet
yang dibuat di mulutnya. Dan terbelalaklah kini pria blonde yang
sekarang tak berbehel itu melihatnya. Gadis itu, gadis yang duduk
disamping Harry adalah gadis yang tadi pagi menampar Harry dan
mencoba masuk ke rumahnya. Gadis itu berambut curly merah mencolok.
Lalu, siapa gadis yang masih berdiri tersenyum disana?
Kini Niall
memperhatikan kedua gadis itu satu persatu bergantian, 'apa? Kenapa?
Mereka? Gadis itu? Apa gadis itu Sherine? Apa ia reinkarnasi? Atau,
apa ia masih hidup? Lalu siapa gadis yang wajahnya begitu mirip
dengan Sherine itu?'. Batin Niall yang begitu teliti memperhatikan
gadis berjacket hijau disana dan gadis disamping Harry yang masih
mengenakan pakaian yang sama saat Niall melihatnya pagi tadi.
“kau? Kau...”.
Niall mulai melangkah perlahan mendekati gadis yang berdiri disudut
dinding itu. Sampai dihadapannya, gadis itu mencoba menghirup aroma
sup didalam mangkuk yang berada ditangan Niall.
“hmm.. inikah
Irish Stew yang kau bilang? Aku tak percaya kau bisa membuatnya”.
Ucap gadis itu yang suaranya begitu mirip dengan Sherine. Hanya saja
suaranya tak seperti terserang flu seperti saat Niall mengantarkan
Irish Stewnya untuk yang pertama kali. Dan rambutnya, rambutnya tak
sepanjang dulu, ia memiliki rambut yang panjangnya hanya sampai
pundaknya sekarang.
“She..
Sherine?”. Ucap Niall terbata, ia ingat betul kata-kata itu,
kata-kata diamana Niall mengantarkan Irish Stewnya beberapa tahun
yang lalu. Ia melatakkan sup itu di atas meja makan tepat
disampingnya, lalu meletakkan kedua tapak tangannya dikedua pipi
gadis itu.
“kau, kau
sungguh Sherine? Princess Noseku?”. Tanya Niall lagi. Dan ia
tersenyum lebar bersamaan dengan keluarnya tetes air mata saat gadis
di hadapannya ini mengangguk.
“hey, aku sudah
menepati janjiku untuk tidak menangis lagi. Tapi kenapa malah kau
yang menangis, blonde panda?”. Ucap Sherine mengusap air mata yang
baru saja jatuh ke pipi Niall. Niall tak kuat lagi membiarkan air
matanya mengalir deras, menangis bahagia. Ia begitu rindunya dengan
Sherine, ia memeluk erat tubuh yang sekarang sudah tak sekurus
terakhir ia lihat.
“lalu, siapa
gadis itu?”. Tanya Niall menyudutkan pandangannya kepada Shireen
seraya melepaskan pelukannya.
“dia yang
kecelakaan dua tahun silam. Kakakku, my twins”. Jawab Sherine yang
membuat Niall menganga tak percaya. Niall benar-benar tak tau jika
Sherine memiliki saudara kembar.
“tapi kenapa kau
tak pernah menceritakannya padaku bahwa kau memiliki saudara kembar?
Dan.. kenapa Taylor bilang, kau.. meninggal?”. Tanya Niall kembali
masih begitu penasaran.
“sudahlaah,
nanti saja bicaranya. Kau hapus air matamu, dan temani aku
menghabiskan Irish Stew buatanmu. Aku ingin menyantapnya
panas-panas”. Potong Sherine menarik tangan Niall dan menemaninya
duduk di meja makan.
“tunggu, tapi
kau..”. Ucap Niall hati-hati. Ia takut supnya berbahaya untuk
Sherine jika disantap panas-panas.
Sherine memberikan
senyumnya lagi, dan mengambil alih mangkuk sup itu dari tangan Niall
yang menahannya, “aku sudah sembuh”. Jawab Sherine lembut, seakan
tau Niall menanyakan hal itu didalam hatinya.
Namun Niall masih
tak yakin akan jawaban itu, ia menatap Sherine ragu, “aku sudah
berjanji tak akan berbohong lagi padamu!”. Protes Sherine akan
pandangan Niall tersebut, seraya sedikit menjambak rambut pendeknya
seakan memberitahu Niall bahwa rambutnya asli, bukanlah wig.
Mendengar jawaban itu Niall sedikit tertawa pada gadis itu dan
Sherine ikut tertawa bahkan sampai terbahak-bahak.
“boleh aku
mencicipinya?”. Seru Harry yang sudah berdiri dibelakang Niall.
“tidak! Aku
sudah berjanji pada diriku sendiri, bahwa tak boleh ada seorang pun
yang menghalanginya untuk menghabisakan Irish Stew buatannku ini”.
Ucap Niall seraya menyunggingkan senyumnya kepada Sherine yang tengah
asyik menyantap Irish Stew dihadapannya.
~NLS~
Jari-jemari cantik itu memutar pemutar keran hingga
keluarlah aliran air dari dalamnya. Dua pasang tangan saling membantu
membersihkan beberapa mangkuk yang terkena noda, menuangkan busa
sabun diatasnya, mencucinya lalu mengeringkannya.
Selesai mencuci mangkuk yang hanya dua itu, Niall dan
Sherine kembali duduk di meja makan. Kini hanya mereka berdua saja
dirumah gadis itu. Para member One Direction kecuali Niall sudah
kembali kerumah Niall dan memutuskan untuk beristirahat, sedangkan
Harry mengajak gadis yang begitu miripnya dengan Sherine itu pergi
entah kemana.
Pria itu masih mematung menyunggingkan kedua sudut
bibirnya kearah gadis yang kini duduk dihadapannya, begitu pula
sebaliknya. Kerinduan yang mereka rasakan begitu menyeruak, rasa
ketidak percayaan apa yang terjadi hari ini dirasakan Niall saat ini.
Ia masih bertanya-tanya sedari tadi, apa ia hanya mimpi atau mimpi
yang menjadi kenyataan?
“tak bosankah kau memandangiku terus seperti ini?”.
Tanya Sherine yang tak tahan akan tatapan maut pria yang dicintainya
ini.
“aku sudah menunggu satu tahun lebih, bahkan hampir
dua tahun menunggu untuk bisa memandangmu seperti ini, apa aku harus
berhenti?”. Jawab Niall. Sedangkan gadis itu hanya tertawa kecil.
“aku masih tak percaya aku bisa sembuh, Niall”. Ucap
Sherine tersenyum lega pada Niall.
“aku percaya, karena kau sudah berjanji padaku akan
kembali dan menyantap Irish Stewku”. Sahut Niall yang masih tak
hentinya menatap Sherine.
“jadi, kenapa si dokter hidung itu bilang kau sudah
meninggal?”. Tanya Niall mulai membuka rasa penasarannya tersebut.
“kau yakin Taylor mengatakan hal itu?”. Ucap Sherine
yang balik bertanya.
Lalu Niall kembali mengingat-ingat kejadian dibandara
itu, yang membuat heboh directioner karena Niall yang menangis
sejadi-jadinya. Ya, memang si Lautner itu tak mengatakan hal itu,
melainkan Zayn.
“tapi kenapa ia dan kekasihnya bicara seolah kau
sudah...”. Tanya Niall lagi.
“itulah yang membuatku buru-buru kesini. Taylor
menelfon ibuku dan menceritakan padaku bahwa ia baru saja
mengerjaimu. Awalnya ia hanya minta maaf padamu karena membawaku ke
Indonesia, tak langsung menemuimu, tak ada maksud untuk mengatakan
seperti yang kau bilang. Namun katanya Zayn yang menyimpulkan sendiri
bahwa aku sudah meninggal, dan akhirnya Taylor dan Christie
meneruskannya untuk membohongimu bahwa aku sudah meninggal”. Jelas
Sherine menyesal.
“jadi?.. akan ku hajar si hitam itu jika aku bertemu
dengannya lagi”. Ucap Niall geram yang ditujukan untuk Taylor.
“sudah. Aku sudah menghajarnya tadi pagi. Aku bertemu
dengannya di mini market dan aku sudah memukulnya, memang tidak
sampai lebam, tapi cukup untuk membalas perbuatannya”. Ucap Sherine
yang diakhiri dengan menunjukkan kepalan tangannya.
“tapi.. mungkin setelah ini, aku akan berterima kasih
atas perbuatannya itu”. Lanjut Sherine yang membuat Niall terkekeh
mendengarnya.
“untuk apa?”. Tanya Niall heran.
“karena perbuatannya, aku tau kau begitu mencintaiku.
Walaupun ada Shireen yang wajahnya tak bisa dibilang beda denganku,
namun kau tetap menjaga cintamu untukku”. Ucap Sherine melembut,
lalu meraih tangan Niall.
“tapi, jika aku benar-benar meninggalkanmu selamanya,
aku tak mau Niall, aku tak mau hal itu terjadi. Aku ingin kau membuka
hatimu kembali dan mencari cinta sejatimu yang lain. Karena aku tak
mau kau sendiri”.
“sshhsht. Jangan bicara seperti itu. Kau sudah disini
bersamaku, dan kau tak boleh meninggalkanku lagi. Kau tau? Aku hampir
kehilangan arah hidupku saat aku menyadari bahwa kau tak ada didunia
ini. Apa kau tak tau bagaimana rasanya ditinggal pergi seseorang
yang... yang begitu kau cintai? Tidaak, kau tidak boleh
meninggalkanku lagi”. Ucap Niall bangkit dari kursi, ia melangkah
menuju ruang tamu dan duduk disalah satu sofa.
“dan beberapa bulan belakangan ini, kenapa Taylor tak
bisa dihubungi sama sekali? Christie juga, ia menghilang tiba-tiba.
Ia sengaja melakukannya?”. Tuduh Niall. Sherine menghampiri si
Irland itu dan duduk dihadapannya.
“noo.. Waktu itu handphone Tay hilang di China, dan
mungkin Christie juga sulit untuk menghubinginya, jadi ia menuyusul
kami ke China”. Ungkap Sherine memperjelas.
“lalu bagaimana dengan Shireen? kenapa kau tak pernah
cerita padaku kau memiliki kakak kembar?”. Tanya Niall sedikit
kesal. Kini Sherine bungkam, ia seperti mencari sesuatu dibawah
kakinya. Wajahnya pun berubah datar tak nampak lagi garis senyuman di
wajahnya.
“tidak hanya kau yang tak pernah kuceritakan, Niall.
Tak ada yang tau aku memiliki kakak kembar, teman-teman kuliahku.
Bahkan Taylor dan Christie belum mengetahuinya sampai saat ini. Hanya
keluarga, tetanggaku, dan kau juga The boys yang tau”. Jelas
Sherine yang masih memandangi jari-jari kakinya.
Niall pindah duduk disamping Sherine karena ia khawatir
akan raut wajah gadis itu yang tak menyenangkan, “kenapa? Apa ada
yang salah dengan kalian?”.
“tidaaak, hanya saja sejak kami SMA kami sering
bertengkar, sampai suatu hari kakakku pernah memintaku membuat
perjanjian. Berhubung kami tinggal terpisah jauh, kami merahasiakan
hal itu. Aku tinggal bersama orang tuaku, sedangkan ia bersama
pamanku. Kami selalu bersi tegang walaupun sudah dipisahkan, hingga
akhirnya orang tuaku mengirimku kesini dan membelikanku rumah ini,
dan kakakku yang kembali pada orang tuaku”. Jelas Sherine panjang
lebar. Niall yang mendengarkannya cukup terkejut.
“lalu, sekarang perjanjian itu sudah tak berlaku lagi,
kan. Dan kalian sudah berdamai kulihat”. Utar Niall.
“kau ingat saat terakhir aku pergi bersama Taylor ke
China? Sebelum berangkat aku mendapatkan telfon dari orang tuaku
bahwa kakakku.. amnesia”. Kata 'amnesia' itu Sherine keluarkan
seraya menatap lesu mata Niall.
“ia masih hilang ingatan setahun ini?”. Tanya Niall
tak percaya.
“ya, ia kecelakaan motor bersama kekasihnya, dan
kekasihnya meninggal. Sampai sekarang kami tak menceritakan hal itu
padanya”. Cerita Sherine lagi, kini Niall semakin tak mengerti,
membuat ia bertanya lagi, bertanya lagi, dan terus bertanya lagi.
“kenapa? Bukankah kekasihnya itu juga berarti bagi
hidupnya?”.
“kekasihnyalah yang merubah hidup kakakku menjadi
brutal, Niall”. Jawab Sherine geram.
“brutal? Maksudmu?”.
“ia berhenti sekolah dan pernah menghuni bui karena
memukul temannya sendiri sampai lumpuh. Jadi, jangan heran ia
menampar Harry dan susah sekali kusuruh ia meminta maaf. Kebiasaan
buruknya itu masih tersisa”. Tutur Sherine kembali menatap lurus
lantai ruang tamunya.
“tapi, apa ia pernah kasar denganmu? Seperti..
memukulmu?”. Tanya Niall khawatir. Sherine menyandarkan kepalanya
kepundak Niall dan tersenyum.
“tidak, itu tak pernah terjadi, ia tak pernah berani
memukulku dan begitu juga aku, kami hanya sering beradu mulut saja,
Niall.”. Ucap Sherine menenangkan Niall.
“maafkan aku, Sher. Aku tak bermaksud untuk..”.
Sherine bangkit dari sandarannya.
“nope, Niall. Maka dari itu aku memutuskan untuk
membawanya kesini, dengan begitu mungkin ia bisa berubah. Daann..
kulihat Harry menyukainya, kuharap pria itu bisa membawa pengaruh
baik untuknya”.
“ya, tentu. Harry sudah mengatakannya pada kami bahwa
ia tertarik dengan kakakmu itu, dan kau tau? Ia menyuruhku untuk
menjual rumah itu padanya”. Ucap Niall yang disambung dengan tawa
Sherine.
“haha..Umm ohya, Niall. Soal uangmu yang ku pinjam,
aku akan..”.
“no! Itu sudah menjadi milikmu. Karena aku
mencintaimu, dan suatu saat nanti aku akan menikahimu”. Potong
Niall yang membuat jantung Sherine berderu tak karuan, karena Niall
menatapnya dengan sorot mata menawannya.
“Sherine. Apa kau mencintaiku?”. Lanjut Niall
menggenggam kuat jemari tangan Sherine.
“yea, ofcourse”. Jawab Sherine tersenyum lembut.
“your not lie?”. Tanya Niall bercanda dengan tatapan
menyudut pada Sherine namun dengan senyum ejekannya.
“ooohayolah, Niall!”. Teriak Sherine memukul habis
pundak Niall, sedangkan Niall terus mencoba menghindari pukulan
Sherine dengan berlari kesana kemari. Dan senyum serta tawa mereka
pun kembali lagi.
“sudah, Sher. Aku lelah”. Ucap Niall yang tertawa
seraya mengatur nafasnya, kembali duduk disofa dan disusul Sherine
yang duduk disampingnya kembali.
“ahh.. panda! Baru lari sebentar saja sudah lelah”.
Ucap Sherine, memukul Niall dengan bantal disofanya.
“besok aku kembali bekerja menjadi reporter, Niall”.
Sambung Sherine yang memeluk kedua dengkulnya.
“benarkah? Tapi, kau baru sampai”.
“ya, tapi aku sudah rindu dengan pekerjaan itu. Aku
ingin, di hari pertamaku besok kau yang mengantarku, kau mau?”.
Tanya Sherine yang memiringkan kepalanya menghadap Niall.
Niall terlihat sedikit berfikir untuk menjawabnya, lalu
ia memberikan tatapan menyesalnya itu pada Sherine, yang juga Sherine
sadari bahwa berarti Niall tak bisa.
“besok aku harus pergi, Sher. Sorry”. Ucap Niall
menyesal. Sherine menunduk melihat kuku-kuku kakinya, ia hanya bisa
pasrah jika kekasihnya itu tak bisa untuk mengantarnya bekerja dihari
pertama, ia juga memaklumi bahwa Niall bukanlah orang pengangguran,
ia selalu sibuk dengan karirnya.
“dann.. aku akan pergi cukup lama”. Lanjut Niall
yang membuat Sherine kembali menatapnya.
“kau mau kemana? Menyangkut dengan The boys? Berapa
lama?”. Tanya Sherine, ia baru saja melepas rasa rindunya ini pada
Niall, namun Niall harus pergi meniggalkannya entah untuk berapa
hari.
“tidaak, aku sedang ada Free untuk beberapa minggu
ini. Aku akan ke Mullingar besok, hanya satu atau dua minggu mungkin,
lalu aku akan kembali lagi”. Jelas Niall sambil memainkan rambut
pendek Sherine.
“okay, aku mengerti. Tapi kau harus janji untuk
menelfonku setiap hari”. Pinta Sherine, dan disambung tawa tanpa
suara Niall.
“kau tau? Kau meninggalkanku hampir dua tahun. Dan kau
tak pernah menelfonku, kau bisa bayangkan sekarang bagaimana aku
merindukanmu? Dan bagaimana selama kau disana? Apa kau tak
merindukanku? Bagaimana kau mengatasi rasa rindumu padaku disana?”.
Tanya Niall panjang lebar, tak membiarkan Sherine menjawab
pertanyaannya satu per satu.
Kemudian tanpa menjawab, Sherine bangkit dari sofa dan
meninggalkan Niall diruang tamunya. Tak lama ia kembali dengan sebuah
mantel ditangannya lalu duduk di tempat semula. Sherine menyerahkan
mantel itu pada Niall, dan Niall menerimanya dengan raut wajah
kebingungan.
“ada berapa banyak mantel yang kau punya? Sampai
mantelmu sendiri ini tak kau ingat, malah kau tinggalkan dirumahku
waktu itu”. Ucap Sherine yang disusul senyum simpul Niall.
“dengan itu aku melepas rinduku padamu. Dengan memeluk
mantel itu, aku seperti memelukmu Niall”. Lanjut Sherine seraya
mengelus lembut mantel di pangkuan Niall itu.
Niall tersenyum pada gadis yang dicintainya itu, ia
memeluk Sherine dari sampingnya dengan pelukan eratnya.
“sekarang tak hanya mantelnya, kau juga bisa memeluk
pemiliknya sepuasmu”. Ucap Niall yang mengayunkan pelukannya itu
kekanan dan kekiri.
Sherine melepaskan pelukan Niall, “kau tau? Karena
mantelmu ini, aku sempat beradu mulut dengan Taylor di loby rumah
sakit Guangzhou. Kau bisa bayangkan Niall, mereka yang melihat kami,
memasang raut wajah kebingungan karena mereka tak mengerti apa yang
aku dan Taylor ucapkan! Haha.. dann...”. Cerita Sherine panjang
lebar, membuat Niall berhasil tertawa terpingkal-pingkal.
Sherine dan Niall. Mereka tak pernah terbayang bahwa
tawa, canda, kebahagian dan cinta mereka akan kembali lagi. Tapi
Cinta sejati, hanya datang satu kali, jika mereka yakin, tak ada
satupun yang dapat memisahkan mereka. Kecuali Tuhan dan takdirnya.
_Author pov End_
~NLS~
_Sherine pov_
Sekian tahun aku membuang-buang air mataku begitu
banyak, kini saatnya aku menyimpan air mata ini didalam. Karena sudah
waktunya aku menikmati kebahagiaanku, bersama dia yang tetap menjadi
tetanggaku, dia yang mencintaiku, dia yang membuatkan semangkuk Irish
Stewnya lagi untukku, hingga aku bisa menikmatinya tanpa harus
menahan sakit. Begitu indah.
Dan akhirnya, kanker Nasofaring Carsinoma itu, hilang
tak tersisa didalam rongga hidung ini, aku sudah dinyatakan sembuh
total. Ini diluar dugaanku, kufikir aku akan mati dan tak akan pernah
bisa melihatnya lagi. Ini karenanya, dia yang menjadi motifasiku
untuk sembuh selain orangtuaku, Niall Horan. Harusnya aku menyadari
ini jauh-jauh hari, bahwa kekuatan cintalah yang sebenarnya obat
mujarab dari segala penyakit didunia ini, ialah pangkalnya. Cinta,
yang membuatku bisa melawan itu semua.
'drrt.. drrtt..'.
“Halo?”. Ku angkat handphone baruku itu yang
bergetar dan menunjukkan bahwa Niall yang menelponku.
'kau belum berangkat bekerja?'. Tanya
pria tampan diseberang sana. Yang satu minggu ini meninggalkanku
pulang ke kampung halamannya, Irlandia. Ku harap ia menelfonku untuk
memberitahukan kepulangannya. Aku sudah terlalu merindukannya. Aku
bisa mengerti rasa rindunya padaku saat ini, seperti ia yang ku
tinggalkan ke china satu tahun lebih.
“aku sedang sarapan, dan hari ini aku masuk siang”.
Jawabku.
'bagus'. Singkatnya.
Membuatku berhenti mengunyah makanannku, memilih agar ia yang bicara
dan memberitahu maksudnya.
'sekarang kau keluar'. Lanjutnya,
dan aku berlari kekamar untuk mengambil hoodieku karena aku masih
mengenakan toptank hitam ini. Lalu kembali berlari untuk membuka
pintu. Aku tau maksudnya dan.. benar.
Aku tersenyum sumringai melihat pria itu kini. Niall
berdiri diseberang rumahku dengan polo shirt putih serta topi
merahnya, tersenyum melambaikan tangan. Ia menutup telfonnya dan
memasukkan iPhone itu kedalam saku celana bahannya, bersamaan dengan
seorang wanita paruh baya yang muncul begitu saja disampingnya.
Terseyum dan juga melambaikan tangannya padaku.
Aku cukup terkejut atas kedatangannya bersama dengan Mom
Maura. Aku langsung menuruni tangga rumahku dan berniat untuk
menghampiri mereka. Namun Niall melarangku dan memintaku untuk tetap
menunggunya disana.
Mom berjalan lebih dulu dari Niall, namun saat ia hampir
sampai, sebuah mobil yang melaju cukup kencang mengarah padanya. Aku
dan Niall berteriak keras mencoba menyelamatkan Mom dari mobil itu
yang akan menabraknya.
“MOOM!!”. Teriakku dan Niall.
'bugg!'.
_Sherine pov End_
~NLS~
|To Be
Continued|
NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo
ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing
banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<
DON'T BE SILENT READER!! kalo
reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih
feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO,
jangan cuma baca aja yawh :) If
you want respect, then respect others!
Don't
forget to send ur feedback! Or visit my twitter account
@Fathimah_Haddad
and @FathimHaddad501
for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 28 ;) LAST
PART!!!!!!!


0 comments:
Post a Comment