Thursday, May 9, 2013

#NLS Princess Nose And True Love {Part 15}

Posted by Unknown at 11:00:00 PM


Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 15}

Author: 
@Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad

Genre: Romantic

Rating: G (General)

Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
          - @SherineCArifa as Sherine Arifa
          - @OfficialTL as Taylor Lautner
          - @christiemburke as Christie burke
          - And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}

Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato



|Welcome to my Imagination|

Hope you like this guys ;)


~NLS~



_Author pov_


Ku hampiri pintu kamar inap Liam. Lewat kaca pada pintu tersebut, aku melihat seorang gadis memegang lembut tangan Liam yang lemas dengan penuh cinta, “setidaknya ia bersama Daniele yang terus bersamanya”. Batinku. Aku iri padamu, Liam.

Harry, Lou. Sepertinya Niall ingin memberitahu sesuatu pada kalian, kuharap setelah mendengarnya, kalian tak sampai masuk ruang inap menyusul Liam”. Teriak Zayn dari dalam lift, seolah disini hanya kami berempat yang mendengar teriakannya itu.

maksudnya?”. Harry meninggalkan kesibukannya dari dedaunan ditangannya. Fokus menatap mataku.

ku rasa ini tentang Sherine”. Sahut Louis tepat. Membuat Harry semakin menajamkan pandangannya padaku, mungkin ia sudah mengerti maksud Zayn bahwa ini berita buruk baginya tentang Sherine.

Aku menghampiri kursi dihadapan mereka dan duduk disana. Aku menatap keduanya yang tak sabar agar aku membuka suara. “apa aku harus mengatakannya pada kalian?”. Ucapku. Tak kusangka itu membuat mereka emosi. Mereka mencekikku dan mengacak rambutku.

kau apakan gadis yang kucintai!”. Teriak Harry mencekikku. Tidak, tidak benar-benar mencekik, hanya gurauan mereka.

beraninya kau melukai gadis yang dicintai pria yang ku cintai, akan kusuruh sekelompok merpati untuk menguburmu hidup-hidup dengan kotoran mereka!”. Umpat Louis berlebihan.

guys..guys..! ini dirumah sakit, bisakah kalian tenang?!”. Omel Paul. Yaampun, kami hampir lupa dengan Liam.

okay, sekarang katakan pada kami. Ada apa dengan Sherine?”. Kata Lou, melipat tangannya di depan dadanya, diikuti Harry yang mengikuti gaya yang sama dengan Louis.

Aku tertawa melihat mereka, namun dengan cepat Louis menginjak kakiku, dan Harry membungkam mulutku rapat-rapat agar aku tak teriak. Baik, aku tengah diintrogasi paksa oleh mereka.

Sherine sudah bertunangan dengan Taylor”. Ucapku to do point.

apa?! Tunangan? Bagaimana bisa?”.

pasti bisa Harr, bukankah mereka saling mencintai”. Jawabku santai membuat Harry dan Louis terdiam.

tidak, Niall. Ini tidak mungkin, bagaimana bisa Sherine melupakanmu secepat itu?”. Lanjut Harry yang kini duduk disampingku.

Harry, bukankah sudah ku katakan, Sherine hanya menyukaiku dan..”.

itulah yang tak bisa ku percaya sampai saat ini, Niall. Jika ia hanya menyukaimu bagaimana bisa ia mempertahankan hubungan kalian selama dua tahun? Kenapa tidak dari dulu-dulu saja ia bilang bahwa ia hanya menyukaimu”. Potong Harry menelaah. Aku terdiam, aku juga pernah memikirkan hal yang sama dengannya. Sherine tak pernah mencintaiku? Lalu apa yang diberikannya selama dua tahun ini?

itu mereka”. Sahut Louis saat ia melihat Uncle Geoff dan Aunty Karen kembali.

Aku dan Harry bangkit, “apa kata dokter?”. Tanya Paul pada mereka.

tak terjadi hal yang serius”. Jawab Aunty Karen. Akhirnya kami bisa bernafas lega, terlihat dari wajah mereka yang tersenyum tenang bahwa Liam pasti baik-baik saja.

ginjalnya juga baik-baik saja. Hanya saja kata dokter, mungkin Liam telah mengkonsumsi makanan yang asing untuk diproses dalam lambungnya, mungkin ada beberapa makanan yang ia konsumsi namun tak cocok untuk perutnya, itu saja. Dan Liam hanya butuh istirahat beberapa hari, selama itu Liam diharuskan mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat”. Jelas Uncle Geoff.

Ini pasti karena Liam kebanyakan makan Sushi dan minum Sake di Jepang”. Bisik Louis padaku dan Harry.

baiklah, Mr. Payne. Sebaiknya anda membawa istri anda pulang untuk istirahat, biar kami yang menjaga Liam bergiliran”. Saran Paul, disusul anggukan kami bertiga.



_ Niall pov End_


~NLS~


_Author pov_


Selang dua hari setelah Sherine menyuruh Christie untuk menelfon Taylor, pria itu sampai dirumahnya. Ia memarahi Sherine kini, melihat ia sudah mengepak hampir semua barang-barangnya. Ia meminta Sherine agar tidak kembali ke Indonesia untuk sementara waktu, sampai dirinya sembuh. Sherine tau Taylor begitu inginnya melihat Sherine untuk sembuh, tapi entah kenapa Sherine merasa tak ada harapan lagi untuknya hidup.

Sherine tak bisa terus menjalankan 'ritual' itu, mungkin akan lebih baik jika ia fikir mati tanpa merasakan sakit karena efek dari 'ritual' itu, ketimbang hanya menambah setengah tahun saja umurnya namun selama itu ia harus menahan sakit seperti saat ini. Belum lagi sakit yang sesungguhnya ia rasakan, sakit yang tak akan pernah bisa terobati, sakit karena telah membohongi pria yang dicintainya selama ini, Niall Horan.

kau malah membuat keluargamu semakin terbebani, Sher. Kini ia tengah di pusingkan oleh kakakmu. Apa jadinya jika ia tau putrinya yang lain lebih menderita dari itu?”. Ucap Taylor yang kini menyandar di ambang pintu rumah Sherine.




Taylor mencoba tegas pada Sherine, agar ia tau apa dampak yang akan ia hadapi nanti jika ia tetap kukuh akan tindakannya kini.

tidak, Tay. Aku hanya tidak mengatakan apa-apa pada mereka tentang penyakit ini, dan semua beres”.

beres? Sher, mau berapa orang lagi yang akan kau bohongi?”. Taylor semakin geram menatap Sherine yang berdiri satu meter darinya kini.

aku tidak membohongi mereka,Tay. Aku hanya menutupinya. Tak mau membuat mereka cemas”.

nah! Kau tau itu tapi kau tetap bersisikukuh untuk pulang, bagiman jika tiba-tiba kau pingsan seperti biasanya dan mereka hanya termangun mengetahui ternyata kau juga sakit?”. Sambar Tay lagi. Ia hanya ingin Sherine sadar bahwa penyakit ini terlalu bahaya jika tak ada penanganan yang tepat.

Sedangkan Sherine terdiam, ia mulai mencerna tujuan Taylor menahannya untuk tidak pulang agar mereka yang disana tak direpotkan olehnya. Mengingat selama ini yang menjaganya adalah Taylor dan Christie, bagaimana jika ia disana? Siapa yang akan melakukan penanganan cepat jika tiba-tiba ia down? Tapi kembali lagi pada tujuan utamanya untuk pulang.

Sherine terlalu memikirkan keadaan Kakaknya yang terbujur kaku dirumah sakit, ia tak bisa terus disini dan tak memperdulikannya. Sherine fikir, lagi pula peduli apa dengan penyakitnya. Ia ingat bahwa ia sudah mantap untuk tidak perduli lagi akan penyakit itu, berusaha untuk melupakannya. Dan kembali menjadi Sherine yang tertawa diatas penderitaannya.

Sherine kembali duduk di sofa tepat disampingnya, “sudah Tay. Aku tak mau mebahas ini lagi. Aku memintamu kembali hanya untuk pamit padamu. Lagi pula jika aku tetap disini, aku tak bisa meneruskan pengobatan itu, tabunganku semakin menipis dan aku sudah tak kuat lagi menahan efek dari 'ritual' itu, aku ingin hidup tanpa merasakan sakit seperti ini”. Sherine kini menitihkan air matanya, air mata pertama yang Taylor lihat keluar dari pelupuk mata gadis itu.

Tentu saja Taylor tersentuh melihatnya. Ia mendekati Sherine kini, bertekuk lutut dihadapannya, menopang dagu gadis itu agar ia menatapnya.

dengar, Sher. Aku bisa membantumu soal biaya itu..”.

lalu apa kau bisa membatuku melawan rasa sakit ini, Tay? Tidak!”. Sherine semakin menjadi-jadi, ia menangis dan membentak pria dihadapannya kini. Sementara Taylor hanya terkejut melihat keputus asaan Sherine ini akan penderitaan efek dari 'ritual' yang ia jalani.

dengar Tay. Takdir kematianku sudah ditentukan oleh-Nya. Mau aku mati dalam keadaan sakit seperti ini, setidaknya aku tidak mati dalam keadaan menahan sakit karena 'ritual' itu, tidak mati dalam keadaan rambut yang habis ini, Tay”.

Taylor yang kini terdiam, ia sadar, setegar-tegarnya Sherine, gadis itu bisa rapuh dan putus asa juga. Ia begitu keras akan keputusannya, tak perduli itu keputusan yang benar atau salah.

Taylor mulai menyalahkan dirinya sendiri kini. Mungkin lebih baik jika dulu ia tetapa mengalah pada gadis ini, tak perlu memaksa ia melakukan 'ritual' itu sehingga ia tak akan mudah lemah, tak akan kehilangan fisik kuatnya, jelas pandangannya, pendengarannya, juga lebat rambutnya.

aku mohon padamu. Biyarkan aku pulang, dan menghentikan semua penderitaan ini, aku hanya ingin normal kembali seperti sebelum aku melakukan 'ritual' itu, aku mohon”.

Kini Taylor berfikir, mungkin ini yang terbaik untuk Sherine, mungkin inilah saatnya untuk Taylor membuat Sherine lepas dari beban ini, saatnya ia membuang jauh kemurungannya dan menjemput senyum bahagianya.

Taylor bangkit, meraih pintu untuk keluar.

Taylor, aku belum selesai bicara padamu”. Tahan Sherine yang mengusap bersih air matanya untuk menyusul Taylor keluar.

Bersamaan dengan keluarnya Sherine, sebuah mobil ranger raver hitam milik Niall muncul cukup jauh darinya namun menepi di balik pohon besar. Niall baru saja pulang dari rumah sakit, ia bersama Paul yang duduk di bagian kemudi, sedangkan Niall duduk disampingnya. Niall yang menyuruh Paul untuk menepikan mobilnya itu.




Pria itu kini tengah memperhatikan mereka, Sherine dengan Taylor. Memaksanya untuk melihat apa yang terjadi pada mereka, walau pendengarannya tak jelas sama sekali apa yang mereka bicarakan.

Taylor berhenti pada anak tangga kedua, berbailk menghadap Sherine“tidak, kau sudah selesai. Aku akan bicarakan ini pada Cullen besok, aku akan bilang kau akan berhenti dari pengobatan ini, dan menerima takdir kematianmu itu”. Ucap Taylor datar.

Thank You”. Ucap Sherine, dan tak sengaja matanya menangkap mobil hitam di sebelah timurnya. Dan menduga bahwa mobil itu sepertinya milik Niall.

ya, setidaknya aku bisa melihat senyuman terakhirmu untukku”. Kata Tay bergurau, memancing Sherine agar ia tersenyum lagi padanya. Karena Sherine begitu yakin itu mobil si blonde bermata biru, buru-buru ia mengambil kesempatan ini yang lagi-lagi tujuannya agar Niall yakin bahwa hubungannya dengan Taylor benar.

dan kau berikan pelukan hangatmu untukku, sebelum Christie datang. Ayo cepat!”. Sherine merentangkan tangannya dengan senyum manisnya.

aku menyayangimu, Sher”. Sahut Taylor seraya memeluk gadis itu dengan pelukannya.

hyaa, aku tau”.

Sementara Niall, mencengkram hebat ujung kemejanya. Seakan ia siap untuk meminta Paul menaikkan gigi pada mobil tersebut, lalu menancap gas untuk menabrak pria berkulit lebih gelap darinya itu. Niall tak menyadari sesungguhnya yang ia rasakan itu adalah kecemburuannya pada Taylor, ia tak menyadari bahwa sesungguhnya ia hanya membenci Sherine akan kedekatannya dengan Taylor bukan karena kenyataan yang ia tak tau kebenarannya bahwa Sherine tak mencintainya.

Niall? Kau tidak apa-apa?”. Tanya Paul, namun Niall hanya membisu. Paul masih tak mengerti kenapa pria disampingnya ini menyuruh untuk menepikan mobil, sementara ia tetap mematung dengan tatapan lurus dan tajam, tak keluar dari mobilnya.

Taylor melepaskan pelukannya, “baiklah. Besok pagi, katakan pada gadis yang tidur terlelap didalam, jika ia terlambat datang, aku tak akan memberikannya sebuah ciuman”.

siap!”. Singkat Sherine, seraya memberikan 'wink' padanya.

Taylor masuk ke dalam taksi yang tadi mengantarnya dari bandara menuju rumah Sherine. Ia membuka jendelanya, “night, Pricess Nose”. Ucap Tay.

Night, Doctor Nose”.

Setidaknya, ini lebih baik menurut Taylor. Mungkin untuk menuruti apa keinginan Sherine itu lebih baik dari pada harus memaksanya hingga akhirnya justru membuatnya terbebani.

Sherine memberikan lambaian tangannya sampai taksi itu menghilang, dan benar dugaannya. Mobil di balik pohon itu mendekat padanya, tidak, tepatnya disamping rumahnya. Pria dengan kemeja kotak-kotak serta syal yang membungkus lehernya itu keluar dari mobilnya. Pria itu bersama Paul bodyguard OneDirection, namun pria bertubuh besar itu langsung pergi dan menyetop taksi yang lewat dihadapannya.

Sherine yakin pasti blonde panda itu melihat apa yang dilakukannya, ia berlalu darinya begitu saja. Buru-buru Sherine menahan Niall saat hendak meraih gagang pintu rumahnya, “Niall”. Tahan Sherine. Niall pun berhenti. Sherine menghampiri Niall dan mendekatinya, memberikan senyuman hangat pada pria itu.

kenapa Paul yang menyetir mobilmu?”. Tanya Sherine. Bertahan untuk tetap membuat drama dihadapan Niall. Membuat drama dimana ia yang mengatur semua jalan kisahnya. Seolah ia tak tahu bahwa Niall melihatnya tadi bersama Taylor. Sementara Niall tak sedikitpun memandangnya, pria itu hanya melihat sepasang sepatunya selama gadis itu bicara padanya.

aku mengantuk, jadi Paul mengantarku”. Jawab Niall singkat, tak bergairah untuk mengajak gadis itu bicara. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengeluarkan kunci rumahnya dan membuka pintu dibelakangnya.

kau sibuk?”. Tanya Sherine lagi. Memaksa Niall kembali menghadapnya dan menjawab pertanyaannya itu

seperti yang kau lihat, kami sibuk menjaga Liam”. Ucap Niall setelah berbalik menatap semu ke arah wajah Sherine. Masih asing ia melihat wajah gadis itu yang terhalang kacamatanya, serta rambut keritingnya yang menjuntai panjang menutupi telinganya.

Sedangkan Sherine hampir saja ceroboh karena mendengar kabar yang sama sekali tak diketahuinya. Ia hampir saja mengeluarkan pergelangan tangannya dari dalam saku mantelnya. Dimana pergelangan tangan kirinya itu tak terdapat cincin perak yang melingkar di jari manisnya lagi.

Liam? Memangnya kenapa dengan Liam?”. Tanya Sherine, mengernyitkan sepasang matanya.

lambungnya sedikit bermasalah, tapi sekarang sudah tidak apa-apa. Mungkin lusa atau besok ia di perbolehkan pulang”. Jawab Niall yang tak bersemangat.

apa? Kenapa kau tak mengatakannya padaku, Niall? Dia temanku juga, kau..”.

Sher! Berita ini sudah tersebar dimana-mana. Kukira kau tau itu”. Potong Niall sedikit meninggikan nada suaranya, membuat Sherine cukup mengerti efek yang terjadi atas perbuatannya tadi bersama Taylor.

tapi kenapa kau tak memberitahuku langsung?”. Ucap Sherine kecewa, karna Niall melupakannya bahwa Liam juga teman berartinya.

sudahlah, Sher. Bukankah kau tengah sibuk dengan tunanganmu itu? tak usah kau mengkhawatirkan Liam. Ada kami”. Serang Niall lagi.

“Niall! Kau tak perlu emosi, what's wrong with you? Kenapa kau bersikap dingin padaku sekarang?”.

'ayo Niall, katakan yang sebenarnya bahwa kau cemburu atas apa yang kau lihat tadi, dan katakan padaku apa yang terdapat dalam surat itu, tulisan yang mengatakan bahwa kau berjanji akan mengatakan bahwa kau mencintaiku secara langsung, tanpa perduli apakah aku mencintai Taylor atau tidak. Mungkin aku bisa menghambat kepulanganku jika kau mengatakan itu, Niall'. Batin Sherine menggebu-gebu.

kau marah padaku? Apa aku berbuat salah padamu?”. Lanjut Sherine seolah ia tak menyadari kesalahan terbesarnya pada Niall.

Sedangkan Niall berusaha tak perduli lagi akan ucapan Sherine yang membuatnya semakin muak dan sakit, “tidak, lupakan. Aku hanya lelah..”.

Niall!”. Bentak Sherine diheningnya malam saat Niall hendak membuka pintu rumahnya. Bentakan yang seketika membuat Niall memaksa menghentikan langkahnya untuk masuk kedalam, karna ini kali pertamanya Sherine membentaknya.

dua hari lagi aku akan pulang ke Indonesia”. Lanjut Sherine yang kini kembali melembut. Sherine ingin meminta sesuatu padanya, sesuatu yang mungkin hanya sekali saja ia dapat sebelum meninggalkan pria berbehel itu untuk selama-lamanya.

Sempat terkejut pria itu tentang apa yang didengarnya, tapi Niall malah menduga bahwa kepulangan Sherine karena ingin memperkenalkan Taylor pada orang tuanya. Berfikir bahwa Sherine hanya pulang untuk sementara dan akan kembali lagi. Tak tau sama sekali bahwa sebenarnya Sherine akan meninggalkannya dan tak akan pernah kembali lagi. Mungkin untuk selama-lamanya...

mengantar Taylor kepada orang tuamu? Oh ya, selamat, Sher. Sepertinya kau bergerak cepat. Kau mengajak Taylor ke orang tuamu untuk melamarmu? Selamat. Aku akan menyampaikan salammu untuk teman-temanku. Okay, aku benar-benar lelah, Sher. Aku mengantuk. Bye”. Tuduh Niall panjang lebar dan secepat kilat masuk kedalam rumahnya. Namun saat Niall menutup pintunya, Sherine menahan pintu itu dengan kaki kanannya yang terbungkus sneakers yang dipakainya asal.

would you go with me... ”. Niall mematung menatapnya, mencerna apa yang dikatakan Sherine baru saja.


~NLS~



|To Be Continued|



NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<



DON'T BE SILENT READER!! kalo reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO, jangan cuma baca aja yawh :) If you want respect, then respect others!




Don't forget to send ur feedback! Or visit my twitter account @Fathimah_Haddad and @FathimHaddad501 for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 16 ;)

0 comments:

Post a Comment

 

My Imagination Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea