Thursday, May 9, 2013

#NLS Princess Nose And True Love {Part 14}

Posted by Unknown at 10:52:00 PM

Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 14}

Author: 
@Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad

Genre: Romantic

Rating: G (General)

Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
          - @SherineCArifa as Sherine Arifa
          - @OfficialTL as Taylor Lautner
          - @christiemburke as Christie burke
          - And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}

Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato



|Welcome to my Imagination|

Hope you like this guys ;)


~NLS~


_Author pov_


Zayn terkekeh atas jawaban itu, ia mengambil potongan pizza dari tangan Niall, potongan terakhir yang akan Niall lahap. Serta tiga bungkus Chips yang akan Niall raih, kemabali Zayn yang lebih dulu mengammbilnya. Niall mendengus kesal, ia menghabiskan jus apel yang di berikan Mom Trisha tadi akhirnya. Kemudian menatap Zayn tajam.

kau benar, tak seharusnya aku mencintainya dan berharap kembalinya gadis itu kedalam pelukanku. Dan aku tak akan lagi sudi menangisi gadis yang sama sekali tak memikirkan perasaanku, yang dengan mudahnya menyakitiku”. Ucap Niall, memainkan gelas yang berisi jus yang sudah dihabisinya itu.

aku mengerti perasaanmu, Niall. Kau benar, untuk apa kau mencintai gadis yang tak mencintaimu sama sekali. Dan ku harap setelah ini kau akan benar-benar melupakannya, pastikan bahwa ia tak akan muncul lagi dihadapanmu. Jika tidak, jangan harap perasaanmu itu akan hilang”. Ucap Zayn.

kau bicara seperti kau pernah mengalami apa yang terjadi padaku, Zayn”. Niall menyunggingkan alisnya, berbalik menatap heran Zayn.

Zayn ikut menyunggingkan alisnya, ia mencerna apa yang baru saja ia katakan pada si blonde bermata biru itu. Lalu tersenyum menggeleng pada Niall. “benarkah?”.

'drrrt..drrtt.. drrtt..drrrt'.

hallo, Lou?”. Sahut Zayn setelah mengangkat panggilan itu. Lama ia mendengarkan apa yang diucapkan kerabatnya itu padanya. Sedangkan Niall hanya memperhatikan mata Zayn yang membulat akan perkataan Louis yang entah apa dikatakannya pada Zayn.

tidak usah, Niall bersamaku. Baiklah, kami akan kesana sekarang juga”. Akhir Zayn sebelum menekan tombol end call pada BlackBerrynya itu. Sedangkan Niall menunggu Zayn membuka suaranya, menjelaskan arti dari raut wajah kekhawatirannya itu.

Louis sudah menelfonmu berkali-kali, tapi handphonemu sibuk”. Ucap Zayn, sambil memakai varsity hitam putihnya.

aku meninggalkannya dirumah karena lowbatt”. Jelas Niall, sesekali menggaruk kepalanya bingung melihat Zayn yang terburu-buru.

habiskan pizzamu. Mom, Aku pergi!”.

Zayn ada apa?”. Tanya Niall, setelah menerima kunci mobil Zayn dari pria beralis tebal itu.

Zayn menghentikan langkahnya, berbalik menatap Niall, “aku belum mengatakannya padamu?”. Niall hanya mendengus sebal akan kata-kata Zayn itu. Apa seperti ini jika Zayn sedang panik?

okay, Niall. Liam di rumah sakit, kata Lou ginjalnya bermasalah lagi”. Jelas Zayn, membuat Niall menganga. Kini mereka berdua sudah berada didalam Mobil Zayn. Niall di bagian kemudi, tentu saja, Zayn masih belum bisa mengendarai mobilnya sendiri.

apa?! Bukankah ia sudah memiliki dua ginjal lagi? Terus, dirawat dimana anak itu?”. Niall mulai menyalakan mesin mobil hitam Zayn.

Zayn membenarkan sabuk pengamannya, seraya menjawab pertanyaan Niall, “Louis bilang, The Princess Grace Hospital”.


~NLS~




Kini gadis itu sibuk memainkan jari-jemari kirinya, menggigit kukunya sesekali, melangkah kekanan dan kiri dengan jarak langkah yang sama. Christie sedang menunggu panggilannya terangkat oleh Taylor kekasihnya yang kini berada di negeri sakura. Sudah dua hari pria itu meninggalkannya untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter, terus berusaha agar pasiennya bisa tertolong oleh ilmu yang didapatinya.

Namun sang pasien justru tak lagi menginginkan hal itu kini. Sesuatu tengah dipikirkannya, sesuatu yang baru saja didapatinya dari seseorang yang teramat berarti dihidupnya. Masih terngiang dikepala Sherine kabar yang disampaikan sang ibu padanya, kabar buruk yang seketika mampu membuatnya terlupa akan segala yang terjadi padanya.

Sementara diseberang sana, Taylor tengah bersiap untuk bertemu pakar dari kanker hidung terkenal di Jepang. Ia begitu bersemangat sampai ia baru menyadari ada sebuah getaran yang berasal dari dalam sakunya. Saat didapatinya bahwa Christie yang memanggilnya, ia malah memataikannya. Taylor fikir, mungkin ia akan lebih tegas memperingati kekasihnya itu untuk bisa membedakan mana urusan pribadi dan mana urusan pekerjaan.

Namun sesuatu memaksanya untuk tidak mengembalikan iPhone itu kedalam sakunya. Lima belas missed call dari Christie. Akhirnya ia menelfon balik gadis yang dicintainya itu, Taylor takut terjadi sesuatu padanya, atau bahkan Sherine.

Christie, why?”. Tanya Taylor panik, membuat Christie yang tengah pusing akan permintaan Sherine yang mendadak itu ikut panik.




Taylor. Sherine mau pulang sekarang, maksudku ia ingin pulang ke Indonesia sekarang juga”.

What?!”.

ia memintaku untuk menelfonmu, karena ia mau kau pesankan tiket untuknya pulang. Dan... pamit padamu untuk yang terakhir kalinya”.

ah! Dia gila lagi! Ada apa, Chris? Kenapa tiba-tiba ia ingin pulang?! Dia mau menyerah begitu saja? Kau tau? Aku akan menemui pakar kanker nasofaring dua jam lagi, dan ini demi kesembuhnannya!”. Umpat Tay, meninggikan suaranya.

aku tau, Tay. Tapi ia terus menangis”.

kenapa ia menangis?”. Tanya Taylor khawatir.

Christie menatap Sherine yang kini menunduk dengan mata yang sembab dan fikiran yang teramat kacau, “baru saja ibunya memberi kabar bahwa, kakaknya kecelakaan dan sekarang dalam keadaan koma”. Jelas Christie, membuat Taylor menarik kata 'gila' yang baru saja ia keluarkan untuk Sherine.

Taylor memijat kepalanya kuat-kuat, ia pusing akan apa yang harus dilakukannya. Jika ia tak pulang sekarang juga, ia tau Sherine pasti nekat tetap akan pulang dan meninggalkan kota London untuk selama-lamanya.

Taylor?”. Panggil Christie, karena Taylor menyepi cukup lama.

okay, Chris. Aku akan pulang sekarang juga. Tapi tidak untuk membeli tiket kepulangannya, dan jangan katakan padanya hal itu. Aku akan membujuknya nanti. Tahan dia, Jangan sampai ia nekat dan pergi tanpa pamit”.

aku mengerti”. Akhir Christie sebelum menutup telfonnya.

Sherine menerima sebuah rangkulan hangat dari sahabatnya, setidaknya mampu menenangkan fikiran kalutnya saat ini. Kakaknya, wanita kedua setelah ibunya yang amat berarti dihidupnya, walau wanita itu sering kali melukainya layaknya kakak beradik, tapi besarnya kasih sayang yang dimiliki Sherine tentunya sangatlah besar.

Taylor akan pulang?”. Tanya Sherine, menatap kosong lantai ruang tamunya.

Di sebelah kirinya, Christie memeluk erat dirinya, “ya, dia bilang begitu. Tenaglah, Sher. Kakakmu pasti akan baik-baik saja”. Ucap Christie mengelus lembut tangannya.

aku harus membuat surat”. Sherine bangkit dari sofa menuju kamarnya. Mengambil kertas putih polos di meja dan pena hitam di laci ranjangnya.

untuk apa?”. Tanya Christie, menyusulnya ke kamar.

Sherine mulai menggoreskan tinta hitam itu di atas kertas putihnya, begitu serius mengatur kata demi kata sampai tak menyadari bahwa Christie membaca setiap kalimat yang dituliskannya. Sherine begitu yakin setelah mengakhiri tulisan itu dengan tanda tangannya di bagian bawah kertas tersebut.

surat pengunduran diri?”. Seru Christie disampingnya. Sherine mengangguk pasti. Ia memasukkan kertas itu kedalam map coklat kecil yang sudah tersedia dimejanya.

kau mau mengantarkanku?”. Tanya Sherine memohon pada Christie. Sudah pasti Christie tak akan bisa menolaknya, dengan ragu ia meng-iyakannya.

Sebelum bangkit dari kursinya, tangan Sherine tertahan oleh genggaman Christie, “tapi, Sher. Apa kau yakin akan pulang ke Indonesia dan tak akan kembali lagi?”. Tanya Christie menatap sayupnya mata Sherine.

Sherine tersenyum lembut, ia mengelus pipi putih milik Christie, “nanti, jika aku diizinkan Tuhan untuk raikarnasi”. Celetuknya sembari melepas tawa. Mereka tertawa bersama. Christie rindu sekali akan tawanya yang seperti ini, mungkin tak hanya ia yang merindukannya, Sherine sendiri pun rindu untuk tertawa bersama orang yang disayanginya, tawa yang mampu melepas kesedihannya.

Tawa mereka terhenti perlahan, Christie menatap jendela di sebelah kanannya, “bagaimana dengan yang disana? Apa kau akan meniggalkan cintamu yang mengapung entah kemana?”. Sherine terdiam kembali. Christie menyesal kini telah memberikan pertanyaan yang salah, membuat Sherine menghilangkan kembali senyumannya.

jika aku diizinkan-Nya untuk rainkarnasi. Aku akan mencarinya untuk mencintainya dan tak akan melepaskannya lagi”.


_ Author pov End_


~NLS~


_Niall pov_


Langit memunculkan senjanya, namun butiran salju putih itu tetap terlihat turun walau tak selebat hari-hari sebelumnya. Aku dan Zayn sampai di rumah sakit Princess Grace, rumah sakit yang sama saat aku mengkhawatirkan Sherine yang mengeluarkan darah dari hidungnya waktu itu, gadis yang sama sekali tak mencintaiku, gadis yang siang tadi melukaiku 'lagi' seketika. Untuk apa aku mengkhawatirkannya? Tertawa aku dalam hati, atas kebodohanku.

Sudah banyak sekali wartawan dan para fans yang mengerubungi mobil kami, padahal aku dan Zayn masih mencari tempat parkir yang tepat untuk mobil Zayn yang ku kendarai. Paul, Bodyguard kami, dengan cepat membuka pintu mobil dan mengeluarkan aku juga Zayn, ia bilang kru lain yang akan memarkirkannya. Paul melindungi kami dari kerumunan fans yang histeris karena berita yang mengagetkan ini. Bagaimana bisa Liam kami yang sudah memiliki dua ginjal, kini bermasalah lagi dengan ginjalnya?

Kami masuk kedalam loby utama, sudah aman, karena fans dan wartawan tertahan di pintu luar. Saat aku melewati bagian resepsionist, sesuatu mencuri perhatianku sesaat. Sebuah lambang beserta sebuah nama bertuliskan The Princess Grace Hospital dengan warna gold, terpampang jelas di dinding belakang meja resepsionist tersebut.




Sulit sekali mengingat kapan pernah aku melihat lambang itu, sampai Zayn menarik Hoodieku untuk menyeretku masuk kedalam lift. Memaksaku melupakan lambang itu. Mungkin aku pernah melihatnya saat aku menjenguk Sherine waktu itu.

Kami sampai di lantai dua, kamar Liam tak jauh dari pintu lift. Aku sudah bisa melihat Louis yang berdiri di pintu dan Harry yang duduk seraya memainkan daun-daun yang menempel pada tangkai pohon kecil didalam pot.

bagaimana, Liam?”. Tanya Zayn, setibanya di hadapan keduanya.

ia sedang istirahat. Kata Aunty Karen, setibanya dirumah tadi ia mengeluh sakit pada bagian ginjalnya”. Jelas Harry tak bergairah, masih memainkan dedaunan yang kini ia cabuti dari tangkainya.

bagaimana bisa ginjalnya bermasalah lagi?”. Seruku. Ya, itu yang sedari tadi ku pertanyakan.

dokter baru memeriksanya, Niall. Dan Daddy juga Mom Liam sedang bersama dokter untuk membicarakannya. Kita doakan saja, semoga tak terjadi hal yang serius padanya”. Ucap Louis yang kini duduk disamping Harry.

aku keluar sebentar”. Sahut Zayn.

kau mau kemana?”. Tanyaku, karena ia pergi seorang diri.

mau mendoakan, Liam.”. Jawabnya singkat.

sudah waktunya ia Shalat”. Sahut Harry memecahkan kebingunganku.

Ku hampiri pintu kamar inap Liam. Lewat kaca pada pintu tersebut, aku melihat seorang gadis memegang lembut tangan Liam yang lemas dengan penuh cinta, “setidaknya ia bersama Daniele yang terus bersamanya”. Batinku. Aku iri padamu, Liam.

Harry, Lou. Sepertinya Niall ingin memberitahu sesuatu pada kalian, kuharap setelah mendengarnya, kalian tak sampai masuk ruang inap menyusul Liam”. Teriak Zayn dari dalam lift, seolah disini hanya kami berempat yang mendengar teriakannya itu.

maksudnya?”. Harry meninggalkan kesibukannya dari dedaunan ditangannya. Fokus menatap mataku.

ku rasa ini tentang Sherine”. Sahut Louis tepat. Membuat Harry semakin menajamkan pandangannya padaku, mungkin ia sudah mengerti maksud Zayn bahwa ini berita buruk baginya tentang Sherine.

Aku menghampiri kursi dihadapan mereka dan duduk disana. Aku menatap keduanya yang tak sabar agar aku membuka suara. “apa aku harus mengatakannya pada kalian?”. Ucapku. Tak kusangka itu membuat mereka emosi. Mereka mencekikku dan mengacak rambutku.

kau apakan gadis yang kucintai!”. Teriak Harry mencekikku. Tidak, tidak benar-benar mencekik, hanya gurauan mereka.

beraninya kau melukai gadis yang dicintai pria yang ku cintai, akan kusuruh sekelompok merpati untuk menguburmu hidup-hidup dengan kotoran mereka!”. Umpat Louis berlebihan.

guys..guys..! ini dirumah sakit, bisakah kalian tenang?!”. Omel Paul. Yaampun, kami hampir lupa dengan Liam.

okay, sekarang katakan pada kami. Ada apa dengan Sherine?”. Kata Lou, melipat tangannya di depan dadanya, diikuti Harry yang mengikuti gaya yang sama dengan Louis.

Aku tertawa melihat mereka, namun dengan cepat Louis menginjak kakiku, dan Harry membungkam mulutku rapat-rapat agar aku tak teriak. Baik, aku tengah diintrogasi paksa oleh mereka.

Sherine sudah bertunangan dengan Taylor”. Ucapku to do point.

apa?! Tapi, bagaimana bisa?”.

pasti bisa Harr, bukankah mereka saling mencintai”. Jawabku santai membuat Harry dan Louis terdiam.

tidak, Niall. Ini tidak mungkin, bagaimana bisa Sherine melupakanmu secepat itu?”. Lanjut Harry yang kini duduk disampingku.

Harry, bukankah sudah ku katakan, Sherine hanya menyukaiku dan..”.

itulah yang tak bisa ku percaya sampai saat ini, Niall. Jika ia hanya menyukaimu bagaimana bisa ia mempertahankan hubungan kalian selama dua tahun? Kenapa tidak dari dulu-dulu saja ia bilang bahwa ia hanya menyukaimu”. Potong Harry menelaah. Aku terdiam, aku juga pernah memikirkan hal yang sama dengannya. Sherine tak pernah mencintaiku? Lalu apa yang diberikannya selama dua tahun ini?


~NLS~



|To Be Continued|



NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<



DON'T BE SILENT READER!! kalo reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO, jangan cuma baca aja yawh :) If you want respect, then respect others!




Don't forget to send ur feedback! Or visit my twitter account @Fathimah_Haddad and @FathimHaddad501 for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 15 ;)

0 comments:

Post a Comment

 

My Imagination Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea