Monday, May 13, 2013

#NLS Princess Nose And True Love {Part 19}

Posted by Unknown at 10:57:00 PM

Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 19}

Author: 
@Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad

Genre: Romantic

Rating: G (General)

Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
          - @SherineCArifa as Sherine Arifa
          - @OfficialTL as Taylor Lautner
          - @christiemburke as Christie burke
          - And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}

Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato



|Welcome to my Imagination|

Hope you like this guys ;)


~NLS~


_Niall pov_


' .......... Niall? Kau mendengarkanku? Apa kau berhasil?'.

' ...... Niall cepat katakan padaku, jangan membuatku takut!'.

hyaa, aku berhasil”. Ucapku, mematung menatap apa yang sudah ku kerjakan.

'aaaaah!! sudah kuduga, pasti kau bisa melakukannya, Niall! Cepat! Sekarang bagian infus itu kau hubungkan dengan selang infus yang sudah kau siapkan tadi, sudah?'.

ya, Christ, sedang kulakukan”. Ku hubungkan selang infus itu ke infus yang masuk ke tangan Sherine tadi.

'Niall, aku akan memaksa rumah sakit ini untuk memberikan penghargaan padamu jika kau berhasil melakukannya'.

sudah, Christ. Lalu apa selanjutnya?”.

'maaf, Niall. Aku terlalu antusias. Buka pengatur tetesannya, kau bisa lihat? Jangan terlalu cepat dan jangan terlalu lamban tetesan itu keluar, mengerti?'. Aku mengikutinya, memperhatikan setiap tetes yang turun dari botol infus itu seperti yang dikatakan Christie tadi.

ya, sudah. Lalu apa lagi?”. Tanyaku lagi, mengangkat iPhone Sherine kembali ke telingaku.

'kau sudah menyelamatkan Sherine, Niall'. Seru Christie, membuatku bernafas lega. Aku bisa melakukannya? Yang benar saja.

'Niall kami sudah di jalan, sebentar lagi kami sampai. Pastikan ia hangat dengan selimutnya. Jangan tinggalkan ia sampai kami sampai, bye'.

bye, Christ”. Akhirku setelah selesai menyelimutinya. Tentu saja aku tak akan meninggalkannya, tak akan pernah lagi.

Ku sentuh layar merah pada iPhone itu, lalu terjatuh duduk di samping meja menyandar dinding. Mengatur nafas ini agar normal kembali. Entah aku harus bahagia karena berhasil melakukannya, atau menangis karena kondisinya yang tak tahu setelah ini bisa sembuh dari kanker itu atau tidak.

Aku melihat sebuah bingkai di lantai yang kacanya retak, ku ambil bingkai itu. Aku ingat foto didalamnya, namun foto itu terhalang oleh tetesan darah. Apa Sherine sedang memandangi foto ini sebelum darahnya itu keluar dari dalam hidungnya? Apa ia merindukan saat-saat seperti yang terdapat dalam foto ini? Atau ia merindukanku? Apa ia mencintaiku? Tidak, apa ia masih mencintaiku?

Lalu teringat kembali perkataan Taylor tentang Diary itu. Apa pria itu juga benar soal diary yang di katakannya? Aku bangkit dan mencari diary itu, dan tepat saat aku berdiri, aku langsung menemukan sebuah buku kecil bersampul bludru berwarna hijau dengan gambar seekor burung hantu di depannya.




Inikah diary itu? Aku duduk diatas kursinya kini. Mulai membuka pada halaman pertama.

Princess Nose's Diary

10 February . 08:38 pm.


Hari ini, lembaran pertama dalam buku kecilku. Ku goreskan sebuah tinta. Dan pertama kalinya aku menulis kata demi kata yang tak bermakna ini. Aku tak pernah dan tak terfikir akan menulis diary semacam ini, tapi seseorang memberikan diary book ini padaku petang tadi. Seseorang yang sama yang telah memberikanku kabar buruk pagi tadi. Seseorang yang juga telah menghabiskan Irish Stew yang di berikan untukku dari seseorang yang tinggal tepat disamping rumahku, tanpa memperbolehkan aku mencicipinya lagi sedikit saja, Taylor Lautner.'

'Apa? Kenapa pria itu yang menghabiskannya? Apa masalahnya dengan Sherine yang tak boleh mencicipi supku?'. Batinku geram. Ku harap ia akan memberikan jawaban yang akurat nanti, bukan hanya sekedar kekonyolan atau apapun.

'Kanker Nasofaring Carsinoma. Hari ini pertama kalinya aku mendengar nama penyakit itu, dan hari ini aku baru mengetahui bahwa penyakit itu bersarang di dalam rongga hidungku. Sulit bagiku untuk mempercayainya, bahwa kini aku terjangkit virus mematikan, dan di pastikan bahwa aku tak bisa hidup lebih lama lagi.

Menangis. Sudah, aku sudah menangis, dan aku telah berjanji bahwa tangisan tadi adalah tangisan terakhirku, karena aku tak boleh menangis lagi meratapi ini semua, aku harus bisa tegar, menerima takdir ini, menerima penyakit yang bersarang di tubuhku ini, dan menerima keputusan terburuk yang kubuat seumur hidupku. Melepaskanmu, mengakhiri hubunganku denganmu Niall, tanpa adanya sebab dan akibat dari hubungan kita selama ini.

Niall, maaf aku harus melakukan ini padamu. Maaf aku tak bisa bersamamu seperti sebelumnya. Aku tak bisa, karena aku tak punya banyak waktu lagi untukmu. Aku tak mau membiarkanmu mencintaiku lagi. Aku ingin kau menemukan cinta yang lain, cinta yang mampu menjagamu sampai tuamu nanti. Cinta sejati yang benar-benar sejati. Bukan aku yang hanya memiliki sedikit waktu untukmu.

Aku yakin, kau mampu mendapatkan pengagantiku yang lebih baik. Yang lebih mencintaimu dari pada aku. Yang lebih mempunyai banyak waktu untukmu dari pada aku. Dan yang tak pernah sekali pun berani membohongimmu seperti aku.

Maafkan aku Niall, cobalah untuk melupakanku, maka aku akan melupakanmu.....'

Sudah dua tetes air mata yang jatuh dari masing-masing kelopak mataku karena lembar pertama ini. Kau ingin membuatku menangis sesenggukan membaca diary mu ini sampai habis, Sher?

Benar kata Taylor. Ku lihat setiap lembarnya, aku mengenali sebuah barisan nama, yakni namaku. Namaku ada di setiap lembar diary ini.

Kemudian aku membaca lembaran lainnya. Lembaran yang terlukis dengan cairan darah di bawahnya. Terlukis sebuah nama yang mungkin dengan tangannya. Sebuah nama. Namaku.

Diary Princess Nose

'3 November . 11:45 pm.

Kukira kau akan sulit mendapatkan penggantiku, Diakah cinta sejatimu? Aku bahagia Niall, sungguh, kau bisa membuktikan bahwa kau memang bisa menemukan cinta sejatimu, yaa.. aku bahagia kau bisa jatuh cinta, jatuh cinta yang sesungguhnya, dan kau tau Niall? Aku juga merasakan hal yang sama padamu saat ini, dan kau tau siapa dia, ya dia.... pria itu adalah...

Niall James Horan.

Entah apa yang ia maksud dengan aku menemukan cinta sejatiku, selain dirinya. Selama ini aku tak pernah menemukan cinta sejatiku selain dirimu, Sher.

Kurasakan kini, bergetar tanganku meraba lukisan nama panjangku disana yang tebuat dari cairan darahnya yang kini telah mengering.

Ku pandangi tubuh yang terbujur kaku diatasa ranjang dihadapanku. Aku juga jatuh cinta pada gadis diatas ranjang itu, aku sudah jatuh cinta padanya sejak lama. Jauh sebelum ia melukis namaku ini.

Ku balik kertas itu ke halaman selanjutnya dan membacanya lagi.


Diary Princess Nose

4 November . 02:26 pm.

Bohong? Sudah keberapa kalinya aku melakukan itu padamu? Entahlah... tapi aku senang, aku bahagia, akhirnya, aku bisa mendengar kalimat manis itu lagi keluar dari mulutmu, 'i love you too', tapi.. itu bukan untukku, tidak, tidak akan boleh keluar untukku, karena memang bukan aku cinta sejatimu. Kau tau Niall? Aku bahagia, aku bahagia kau benar-benar menemukan cinta sejatimu, sama denganku, ya.. sama.. hanya, aku tak bisa memiliki cinta sejatiku itu, tak bisa........ karena cinta sejatiku itu sudah memiliki cinta sejatinya. Berbahagialah dengan Demi, Niall.

Aku tak bisa bayangkan perasaannya saat ia menulis kalimat-kalimat ini. Ia telah mengira aku bersama Demi. Jadi saat itu ia berfikir bahwa aku memang bersama Demi? Sherine, kau terlalu mudah di bohongi untuk seorang pembohong. Sama denganku.

Kembali membaca halaman di sampingnya.

Diary Princess Nose

'5 November . 09:46 pm.

Besok 'ritual' itu akan dimulai, untuk kedua kalinya setelah beberapa minggu yang lalu kuhentikan untuk mencoba melupakan apa yang terjadi padaku saat ini. Karena 'ritual' itu darah itu keluar dari lubang hidungku, dan tubuhku yang malah melemah serta wajahku yang selalu memucat. Mencoba terlihat segar dengan make up yang selalu tersedia di dalam tasku, make up yang mampu menutupi rahasiaku yang nampak di luar setelah 'ritual' itu, tanpa itu aku tau aku akan terlihat seperti mayat hidup.

Seperti live reportku terakhir, aku tak sempat menggunaka make up ku, bersamaan dengan keluarnya tetesan itu untuk pertama kalinya setelah aku menghentikan 'ritual' itu beberapa minggu lalu, Taylor bilang itu efeknya dan aku tak boleh menghentikannya, jadi aku harus melakukan 'ritual' itu sesuai prosedur yang ada, tak boleh kuhentikan lagi.

Entah berapa lama aku menjalani 'ritual' itu, yang ku tau ini tak akan bisa membantuku sepenuhnya, hanya menambah waktu hidupku di dunia ini sedikit saja.

Ku harap ini cepat berakhir....

Aku masih belum mengerti apa yang ia maksud dengan kata 'ritual'. Ritual macam apa yang bisa sampai membuat darah itu keluar dari hidungnya dan membuatnya lemah? Aku teringat saat itu, saat aku sangat mengkhawatirkannya. Tergesa-gesa berlari ke Carnaby Street karena mengkhawatirkannya yang mengeluarkan dua tiga tetes darah dari dalam hidungnya. Jadi, saat itu ia sudah melemah? Dan saat aku menyusulnya kerumah sakit itu, ia memang benar pasien tetap rumah sakit itu. Dan esoknya ia pulang terlambat, itu karna ia di rawat inap? Bukan karena menginap di rumah Taylor..

Aku membalik kertas tersebut kehalaman berikutnya. Melihat tanggalnya, kemudian kembali lagi ke halaman sebelumnya. Aku memastikan apa aku terlalu jauh membalikkan kertas ini, karena tanggal berikutnya adalah tiga bulan kemudian. Apa yang terjadi padanya selama tiga bulan itu? Kenapa ia tak menggoreskan kata bermaknanya lagi selama itu?

Ku lanjutkan saja membaca halaman itu. Yang mungkin aku mendapatkan jawabannya.

'Diary Princess Nose

5 February . 08:38 pm.

Tiga bulan yang melelahkan, tiga bulan aku tak menggoreskan tinta hijau ku di atas kertas putih dalam diary ini, tiga bulan pula aku merindukanmu wahai sahabatku, .... Niall, apa kabarmu? Ku dengar kau semakin sibuk akhir-akhir ini bersama One Direction..

Niall. Aku sudah membaca surat darimu, semua, juga tentang hubunganmu dengan Demi yang ternyata hanyalah kedustaanmu untuk melihatku cemburu. Ya Niall, aku cemburu padanya, sangat amat cemburu, bahkan sakit yang kurasakan saat itu didalam hatiku kutahan sedemikian rupa agar kau tak menyadarinya.

Tapi, aku menyesali hal itu, Niall. Bukan karena kecewa, tapi kenapa kau tak benar-benar berhubungan dengan dia. Maksudku dengan, Demi. Jadi sebenarnya kau belum menemukan cinta sejatimu? Kenapa? Kenapa aku baru tau sekarang? Disaat semuanya sudah benar-benar terlambat...

apa? Jadi, surat itu ada di tangannya? Lalu, mengapa ia membohongiku dengan bilang bahwa ia tak menemukan suratku? Dan selama itu, selama lebih dari tiga bulan itu, aku berhasil membohonginya? Dan, selama itu ia berharap bahwa itu tak nyata? Maafkan aku, Sher.

Tidak, Sher. Kau belum terlambat, mulai saat ini aku tak akan pernah meninggalkanmu. Aku akan membayar semua perbuatanku padamu, aku akan selalu menjagamu dan mengambil kembali cinta sejatiku yang sempat terlepas dari genggamanku.

'... Tak ku sangka efek dari 'ritual' itu akan seperti ini, harusnya aku tetap menolaknya, harusnya aku tak perlu melakukan kemo atau radioterapi itu, ini salahku sendiri, aku tau efeknya akan seperti apa, tapi aku tetap meminta Taylor untuk melakukannya. Hingga pada akhirnya efek itu membuatku semakin tak nyaman, membuatku berusaha keras menutupinya lagi. Efek itu lebih parah dari yang ku bayangkan sebelum memutuskan untuk melakukannya. Gangguan pada telinga juga mataku, sebelum aku mengetahui penyakit ini aku sudah merasakannya, tapi tak separah sekarang, hingga aku harus menggunakan alat bantu dengar dan kacamata itu. Belum lagi helai rambutku yang semakin menipis...'

Aku tertegun. Menegakkan punggungku, menatapnya yang masih terlelap di atas ranjangnya. Aku bangkit dari kursiku dan menghampiri tubuhnya yang terbaring. Aku menyelipkan rambut hitam keritingnya kebelakang telinganya.




Tercengang aku mendapati sebuah alat yang menempel di kupingnya. Itu terlihat seperti headset yang menempel, namun nyatanya alat itu adalah alat bantu pendengarannya yang tak jernih lagi? Air mataku kembali menetes. Buru-buru ku bersihkan agar tak sampai jatuh kewajahnya.

Lalu ku pandangi rambut hitamnya, memperhatikannya dengan jelas. Aku sama sekali menyangka bahwa rambutnya yang habis telah tertutup lebatnya rambut palsu ini. Bahkan saat itu ia mencoba menutupinya dariku dengan mengatakan bahwa ia hanya ingin mencoba style baru? Niall, kau terlalu mudah ia bohongi.

Gemetar bibirku menahan isakan tangisan ini. Tak kuasa melihatnya lemah tak berdaya di hadapanku. Membayangkan ia terbaring seperti ini sendirian, tanpa ada seorangpun yang mengusap lembut keningnya untuk menjaga tidurnya.

Aku kembali duduk ke kursinya yang kini ku geser agar aku tetap menghadapnya. Kemudian melanjutkan membaca goresannya di halaman yang sama.

'... Tay bilang hanya sedikit sekali kemajuan, lalu untuk apa aku melakukannya selama tiga bulan penuh ini? Tapi.. aku tak boleh menyalahkannya, ia sudah mencoba menolongku sebisanya. Aku tau ia sudah berusaha keras untukku. Aku sendirilah yang harusnya disalahkan, aku terus mengikuti apa yang Taylor minta untuk kesembuhanku, tapi aku tak pernah mau untuk berusaha sembuh, tak ada kemauan dari dalam diriku ini, hingga membuat semua ini percuma. Percuma. ..'

Sher, jangan katakan padaku bahwa selama itu kau tak mau berusaha untuk sembuh karena kau merasa tak ada harapan lagi untuk kembali padaku, masih mengira bahwa aku berhubungan dengan Demi.

Ingin rasanya kuputar waktu dan menghapus kata 'i love you too' pada Demi yang nyatanya tidak itu di hadapanmu, Sher. Aku menyesal...

Aku tertunduk mencium dengkulku, mengantungkan buku diary ini di tanganku yang mencengkram kuat kakiku. Aku, tak kuat lagi membacanya, namun hanya dengan ini aku bisa mengetahui semuanya. Jadi aku harus terus membacanya.

Aku kembali mengangkat kepalaku.

'.... Tapi aku sadar bahwa memang tak ada harapan lagi untuk melawan kanker ini. Semua penderita kanker yang aku tau berakhir pula dengan kematian. Jangankan yang terkena kanker, yang tidak pun bukankah mereka semua akan kembali pada-Nya? Hanya saja waktu dan takdir kematiannya yang membuat itu berbeda.

Aku harus menjalani sisa umurku ini dengan membagikan kebahagiaan, aku akan berusaha kembali melupakan penyakitku ini, mejadi Sherine yang tak pernah memikirkan apa yang ia derita, berusaha keras untuk mebuat bahagia orang disekitarku. Termasuk kau Niall... secepatnya aku harus membantumu mencari cinta sejatimu...'

Ya, Sher. Kau harus cepat membantuku menemukan cinta sejatiku, dan itu adalah dirimu, Princess Nose...


'Princess Nose's Diary

7 February. 9:02 pm.

Ku harap ini adalah kebohongan terakhirku padamu. Maaf Niall, aku harus bohong tentang surat itu dan pertunangan aku dengan Taylor. Ya, aku memang tak bertunangan dengannya, cincin yang kukenakan ialah cincin milik Christie sahabatku, kekasih Taylor. Maaf aku melakukan ini karena aku tak bisa membiarkanmu mencintaiku lagi, aku ingin kau melupakan perasaanmu padaku, dan carilah seseorang yang sungguh-sungguh mencintaimu, yang tak sedikitpun berani membohongimu. Maafkan aku Niall.'

tidak, Sher. Aku tak akan berhenti mencintaimu, sampai kapanpun. 'Cause you are my True Love”. Ucapku seraya memandangi wajah pucatnya.

'.. Dan hari ini juga aku memaksa Taylor pulang dari Jepang untuk membantuku mengurus tiket kepulanganku, aku memutuskan untuk pulang kenegaraku dan tak akan pernah kembali lagi. Namun alasan utama kepulanganku bukan karena aku ingin menjauh darimu, Niall. Tapi ini tentang kakakku. Ia kecelakaan, aku tak bisa hanya diam disini menunggu kabarnya. Terlebih saat ku dengar kondisinya yang koma. Aku ingin saat ia membuka matanya, aku ada disampingnya dan menjaganya, karena aku sangat menyayanginya.

Dan ku harap kita bisa bertemu lagi, dan aku bisa mencintaimu, Niall. Entah kapan'

Akupun begitu, Sher. Aku sangat menyayangimu, maka dari itu aku ingin selalu disampingmu dan menjagamu, “dan saat kelak kau membuka matamu, akan kubuat kau jatuh cinta lagi padaku, dan tak bisa untuk mencoba berhenti mencintaiku”. Ucapku, seeraya memperhatikan bibir pucatnya.


'Princess Nose's Diary

9 February. 9:56 am.'

Hari ini? Tadi? Sebelum ia terpejam kah? Aku melihat arlojiku, dua jam yang lalu ia menulis diary ini? Dari tiap lembarnya ku perhatikan tak pernah ia menulis diarynya sepagi itu. Bahkan aku tak menemukan tanggal delapan pada halaman sebelumnya.


_Niall pov End_


~NLS~



|To Be Continued|



NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<



DON'T BE SILENT READER!! kalo reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO, jangan cuma baca aja yawh :) If you want respect, then respect others!




Don't forget to send ur feedback! Or visit my twitter account @Fathimah_Haddad and @FathimHaddad501 for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 20 ;)

0 comments:

Post a Comment

 

My Imagination Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea