Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 19}
Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
Author: @Fathimah_Haddad , @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
|Welcome to my Imagination|
Hope you like this guys ;)
~NLS~
_Niall pov_
' .......... Niall? Kau mendengarkanku? Apa kau
berhasil?'.
' ...... Niall cepat katakan padaku, jangan membuatku
takut!'.
“hyaa, aku berhasil”. Ucapku, mematung menatap apa
yang sudah ku kerjakan.
'aaaaah!! sudah kuduga, pasti kau bisa melakukannya,
Niall! Cepat! Sekarang bagian infus itu kau hubungkan dengan selang
infus yang sudah kau siapkan tadi, sudah?'.
“ya, Christ, sedang kulakukan”. Ku hubungkan selang
infus itu ke infus yang masuk ke tangan Sherine tadi.
'Niall, aku akan memaksa rumah sakit ini untuk
memberikan penghargaan padamu jika kau berhasil melakukannya'.
“sudah, Christ. Lalu apa selanjutnya?”.
'maaf, Niall. Aku terlalu antusias. Buka pengatur
tetesannya, kau bisa lihat? Jangan terlalu cepat dan jangan terlalu
lamban tetesan itu keluar, mengerti?'. Aku mengikutinya,
memperhatikan setiap tetes yang turun dari botol infus itu seperti
yang dikatakan Christie tadi.
“ya, sudah. Lalu apa lagi?”. Tanyaku lagi,
mengangkat iPhone Sherine kembali ke telingaku.
'kau sudah menyelamatkan Sherine, Niall'. Seru
Christie, membuatku bernafas lega. Aku bisa melakukannya? Yang benar
saja.
'Niall kami sudah di jalan, sebentar lagi kami
sampai. Pastikan ia hangat dengan selimutnya. Jangan tinggalkan ia
sampai kami sampai, bye'.
“bye, Christ”. Akhirku setelah selesai
menyelimutinya. Tentu saja aku tak akan meninggalkannya, tak akan
pernah lagi.
Ku sentuh layar merah pada iPhone itu, lalu terjatuh
duduk di samping meja menyandar dinding. Mengatur nafas ini agar
normal kembali. Entah aku harus bahagia karena berhasil melakukannya,
atau menangis karena kondisinya yang tak tahu setelah ini bisa sembuh
dari kanker itu atau tidak.
Aku melihat sebuah bingkai di lantai yang kacanya retak,
ku ambil bingkai itu. Aku ingat foto didalamnya, namun foto itu
terhalang oleh tetesan darah. Apa Sherine sedang memandangi foto ini
sebelum darahnya itu keluar dari dalam hidungnya? Apa ia merindukan
saat-saat seperti yang terdapat dalam foto ini? Atau ia merindukanku?
Apa ia mencintaiku? Tidak, apa ia masih mencintaiku?
Lalu teringat kembali perkataan Taylor tentang Diary
itu. Apa pria itu juga benar soal diary yang di katakannya? Aku
bangkit dan mencari diary itu, dan tepat saat aku berdiri, aku
langsung menemukan sebuah buku kecil bersampul bludru berwarna hijau
dengan gambar seekor burung hantu di depannya.
Inikah diary itu? Aku duduk diatas kursinya kini. Mulai
membuka pada halaman pertama.
Princess Nose's Diary
10 February . 08:38 pm.
Hari ini, lembaran pertama dalam buku kecilku. Ku
goreskan sebuah tinta. Dan pertama kalinya aku menulis kata demi kata
yang tak bermakna ini. Aku tak pernah dan tak terfikir akan menulis
diary semacam ini, tapi seseorang memberikan diary book ini padaku
petang tadi. Seseorang yang sama yang telah memberikanku kabar buruk
pagi tadi. Seseorang yang juga telah menghabiskan Irish Stew yang di
berikan untukku dari seseorang yang tinggal tepat disamping rumahku,
tanpa memperbolehkan aku mencicipinya lagi sedikit saja, Taylor
Lautner.'
'Apa? Kenapa pria itu yang menghabiskannya? Apa
masalahnya dengan Sherine yang tak boleh mencicipi supku?'. Batinku
geram. Ku harap ia akan memberikan jawaban yang akurat nanti, bukan
hanya sekedar kekonyolan atau apapun.
'Kanker Nasofaring Carsinoma. Hari ini pertama
kalinya aku mendengar nama penyakit itu, dan hari ini aku baru
mengetahui bahwa penyakit itu bersarang di dalam rongga hidungku.
Sulit bagiku untuk mempercayainya, bahwa kini aku terjangkit virus
mematikan, dan di pastikan bahwa aku tak bisa hidup lebih lama lagi.
Menangis. Sudah, aku sudah menangis, dan aku telah
berjanji bahwa tangisan tadi adalah tangisan terakhirku, karena aku
tak boleh menangis lagi meratapi ini semua, aku harus bisa tegar,
menerima takdir ini, menerima penyakit yang bersarang di tubuhku ini,
dan menerima keputusan terburuk yang kubuat seumur hidupku.
Melepaskanmu, mengakhiri hubunganku denganmu Niall, tanpa adanya
sebab dan akibat dari hubungan kita selama ini.
Niall, maaf aku harus melakukan ini padamu. Maaf aku
tak bisa bersamamu seperti sebelumnya. Aku tak bisa, karena aku tak
punya banyak waktu lagi untukmu. Aku tak mau membiarkanmu mencintaiku
lagi. Aku ingin kau menemukan cinta yang lain, cinta yang mampu
menjagamu sampai tuamu nanti. Cinta sejati yang benar-benar sejati.
Bukan aku yang hanya memiliki sedikit waktu untukmu.
Aku yakin, kau mampu mendapatkan pengagantiku yang
lebih baik. Yang lebih mencintaimu dari pada aku. Yang lebih
mempunyai banyak waktu untukmu dari pada aku. Dan yang tak pernah
sekali pun berani membohongimmu seperti aku.
Maafkan aku Niall, cobalah untuk melupakanku, maka
aku akan melupakanmu.....'
Sudah dua tetes air mata yang jatuh dari masing-masing
kelopak mataku karena lembar pertama ini. Kau ingin membuatku
menangis sesenggukan membaca diary mu ini sampai habis, Sher?
Benar kata Taylor. Ku lihat setiap lembarnya, aku
mengenali sebuah barisan nama, yakni namaku. Namaku ada di setiap
lembar diary ini.
Kemudian aku membaca lembaran lainnya. Lembaran yang
terlukis dengan cairan darah di bawahnya. Terlukis sebuah nama yang
mungkin dengan tangannya. Sebuah nama. Namaku.
Diary
Princess Nose
'3 November . 11:45 pm.
Kukira
kau akan sulit mendapatkan penggantiku, Diakah cinta sejatimu? Aku
bahagia Niall, sungguh, kau bisa membuktikan bahwa kau memang bisa
menemukan cinta sejatimu, yaa.. aku bahagia kau bisa jatuh cinta,
jatuh cinta yang sesungguhnya, dan kau tau Niall? Aku juga merasakan
hal yang sama padamu saat ini, dan kau tau siapa dia, ya dia.... pria
itu adalah...
Niall
James Horan.
Entah apa yang ia maksud dengan aku menemukan cinta
sejatiku, selain dirinya. Selama ini aku tak pernah menemukan cinta
sejatiku selain dirimu, Sher.
Kurasakan kini, bergetar tanganku meraba lukisan nama
panjangku disana yang tebuat dari cairan darahnya yang kini telah
mengering.
Ku pandangi tubuh yang terbujur kaku diatasa ranjang
dihadapanku. Aku juga jatuh cinta pada gadis diatas ranjang itu, aku
sudah jatuh cinta padanya sejak lama. Jauh sebelum ia melukis namaku
ini.
Ku balik kertas itu ke halaman selanjutnya dan
membacanya lagi.
Diary
Princess Nose
4 November . 02:26 pm.
Bohong? Sudah keberapa kalinya aku melakukan itu
padamu? Entahlah... tapi aku senang, aku bahagia, akhirnya, aku bisa
mendengar kalimat manis itu lagi keluar dari mulutmu, 'i love you
too', tapi.. itu bukan untukku, tidak, tidak akan boleh keluar
untukku, karena memang bukan aku cinta sejatimu. Kau tau Niall? Aku
bahagia, aku bahagia kau benar-benar menemukan cinta sejatimu, sama
denganku, ya.. sama.. hanya, aku tak bisa memiliki cinta sejatiku
itu, tak bisa........ karena cinta sejatiku itu sudah memiliki cinta
sejatinya. Berbahagialah dengan Demi, Niall.
Aku tak bisa bayangkan perasaannya saat ia menulis
kalimat-kalimat ini. Ia telah mengira aku bersama Demi. Jadi saat itu
ia berfikir bahwa aku memang bersama Demi? Sherine, kau terlalu mudah
di bohongi untuk seorang pembohong. Sama denganku.
Kembali membaca halaman di sampingnya.
Diary
Princess Nose
'5 November . 09:46 pm.
Besok 'ritual' itu akan dimulai, untuk kedua kalinya
setelah beberapa minggu yang lalu kuhentikan untuk mencoba melupakan
apa yang terjadi padaku saat ini. Karena 'ritual' itu darah itu
keluar dari lubang hidungku, dan tubuhku yang malah melemah serta
wajahku yang selalu memucat. Mencoba terlihat segar dengan make up
yang selalu tersedia di dalam tasku, make up yang mampu menutupi
rahasiaku yang nampak di luar setelah 'ritual' itu, tanpa itu aku tau
aku akan terlihat seperti mayat hidup.
Seperti live reportku terakhir, aku tak sempat
menggunaka make up ku, bersamaan dengan keluarnya tetesan itu untuk
pertama kalinya setelah aku menghentikan 'ritual' itu beberapa minggu
lalu, Taylor bilang itu efeknya dan aku tak boleh menghentikannya,
jadi aku harus melakukan 'ritual' itu sesuai prosedur yang ada, tak
boleh kuhentikan lagi.
Entah berapa lama aku menjalani 'ritual' itu, yang ku
tau ini tak akan bisa membantuku sepenuhnya, hanya menambah waktu
hidupku di dunia ini sedikit saja.
Ku harap ini cepat berakhir....
Aku masih belum mengerti apa yang ia maksud dengan kata
'ritual'. Ritual macam apa yang bisa sampai membuat darah itu keluar
dari hidungnya dan membuatnya lemah? Aku teringat saat itu, saat aku
sangat mengkhawatirkannya. Tergesa-gesa berlari ke Carnaby Street
karena mengkhawatirkannya yang mengeluarkan dua tiga tetes darah dari
dalam hidungnya. Jadi, saat itu ia sudah melemah? Dan saat aku
menyusulnya kerumah sakit itu, ia memang benar pasien tetap rumah
sakit itu. Dan esoknya ia pulang terlambat, itu karna ia di rawat
inap? Bukan karena menginap di rumah Taylor..
Aku membalik kertas tersebut kehalaman berikutnya.
Melihat tanggalnya, kemudian kembali lagi ke halaman sebelumnya. Aku
memastikan apa aku terlalu jauh membalikkan kertas ini, karena
tanggal berikutnya adalah tiga bulan kemudian. Apa yang terjadi
padanya selama tiga bulan itu? Kenapa ia tak menggoreskan kata
bermaknanya lagi selama itu?
Ku lanjutkan saja membaca halaman itu. Yang mungkin aku
mendapatkan jawabannya.
'Diary Princess Nose
5 February . 08:38 pm.
Tiga bulan yang melelahkan, tiga bulan aku tak
menggoreskan tinta hijau ku di atas kertas putih dalam diary ini,
tiga bulan pula aku merindukanmu wahai sahabatku, .... Niall, apa
kabarmu? Ku dengar kau semakin sibuk akhir-akhir ini bersama One
Direction..
Niall. Aku sudah membaca surat darimu, semua, juga
tentang hubunganmu dengan Demi yang ternyata hanyalah kedustaanmu
untuk melihatku cemburu. Ya Niall, aku cemburu padanya, sangat amat
cemburu, bahkan sakit yang kurasakan saat itu didalam hatiku kutahan
sedemikian rupa agar kau tak menyadarinya.
Tapi, aku menyesali hal itu, Niall. Bukan karena
kecewa, tapi kenapa kau tak benar-benar berhubungan dengan dia.
Maksudku dengan, Demi. Jadi sebenarnya kau belum menemukan cinta
sejatimu? Kenapa? Kenapa aku baru tau sekarang? Disaat semuanya sudah
benar-benar terlambat...
apa? Jadi, surat itu ada di tangannya? Lalu, mengapa ia
membohongiku dengan bilang bahwa ia tak menemukan suratku? Dan selama
itu, selama lebih dari tiga bulan itu, aku berhasil membohonginya?
Dan, selama itu ia berharap bahwa itu tak nyata? Maafkan aku, Sher.
Tidak, Sher. Kau belum terlambat, mulai saat ini aku tak
akan pernah meninggalkanmu. Aku akan membayar semua perbuatanku
padamu, aku akan selalu menjagamu dan mengambil kembali cinta
sejatiku yang sempat terlepas dari genggamanku.
'... Tak ku sangka efek dari 'ritual' itu akan
seperti ini, harusnya aku tetap menolaknya, harusnya aku tak perlu
melakukan kemo atau radioterapi itu, ini salahku sendiri, aku tau
efeknya akan seperti apa, tapi aku tetap meminta Taylor untuk
melakukannya. Hingga pada akhirnya efek itu membuatku semakin tak
nyaman, membuatku berusaha keras menutupinya lagi. Efek itu lebih
parah dari yang ku bayangkan sebelum memutuskan untuk melakukannya.
Gangguan pada telinga juga mataku, sebelum aku mengetahui penyakit
ini aku sudah merasakannya, tapi tak separah sekarang, hingga aku
harus menggunakan alat bantu dengar dan kacamata itu. Belum lagi
helai rambutku yang semakin menipis...'
Aku tertegun. Menegakkan punggungku, menatapnya yang
masih terlelap di atas ranjangnya. Aku bangkit dari kursiku dan
menghampiri tubuhnya yang terbaring. Aku menyelipkan rambut hitam
keritingnya kebelakang telinganya.
Tercengang aku mendapati sebuah alat yang menempel di
kupingnya. Itu terlihat seperti headset yang menempel, namun nyatanya
alat itu adalah alat bantu pendengarannya yang tak jernih lagi? Air
mataku kembali menetes. Buru-buru ku bersihkan agar tak sampai jatuh
kewajahnya.
Lalu ku pandangi rambut hitamnya, memperhatikannya
dengan jelas. Aku sama sekali menyangka bahwa rambutnya yang habis
telah tertutup lebatnya rambut palsu ini. Bahkan saat itu ia mencoba
menutupinya dariku dengan mengatakan bahwa ia hanya ingin mencoba
style baru? Niall, kau terlalu mudah ia bohongi.
Gemetar bibirku menahan isakan tangisan ini. Tak kuasa
melihatnya lemah tak berdaya di hadapanku. Membayangkan ia terbaring
seperti ini sendirian, tanpa ada seorangpun yang mengusap lembut
keningnya untuk menjaga tidurnya.
Aku kembali duduk ke kursinya yang kini ku geser agar
aku tetap menghadapnya. Kemudian melanjutkan membaca goresannya di
halaman yang sama.
'... Tay bilang hanya sedikit sekali kemajuan, lalu
untuk apa aku melakukannya selama tiga bulan penuh ini? Tapi.. aku
tak boleh menyalahkannya, ia sudah mencoba menolongku sebisanya. Aku
tau ia sudah berusaha keras untukku. Aku sendirilah yang harusnya
disalahkan, aku terus mengikuti apa yang Taylor minta untuk
kesembuhanku, tapi aku tak pernah mau untuk berusaha sembuh, tak ada
kemauan dari dalam diriku ini, hingga membuat semua ini percuma.
Percuma. ..'
Sher, jangan katakan padaku bahwa selama itu kau tak mau
berusaha untuk sembuh karena kau merasa tak ada harapan lagi untuk
kembali padaku, masih mengira bahwa aku berhubungan dengan Demi.
Ingin rasanya kuputar waktu dan menghapus kata 'i love
you too' pada Demi yang nyatanya tidak itu di hadapanmu, Sher. Aku
menyesal...
Aku tertunduk mencium dengkulku, mengantungkan buku
diary ini di tanganku yang mencengkram kuat kakiku. Aku, tak kuat
lagi membacanya, namun hanya dengan ini aku bisa mengetahui semuanya.
Jadi aku harus terus membacanya.
Aku kembali mengangkat kepalaku.
'.... Tapi aku sadar bahwa memang tak ada harapan
lagi untuk melawan kanker ini. Semua penderita kanker yang aku tau
berakhir pula dengan kematian. Jangankan yang terkena kanker, yang
tidak pun bukankah mereka semua akan kembali pada-Nya? Hanya saja
waktu dan takdir kematiannya yang membuat itu berbeda.
Aku harus menjalani sisa umurku ini dengan membagikan
kebahagiaan, aku akan berusaha kembali melupakan penyakitku ini,
mejadi Sherine yang tak pernah memikirkan apa yang ia derita,
berusaha keras untuk mebuat bahagia orang disekitarku. Termasuk kau
Niall... secepatnya aku harus membantumu mencari cinta sejatimu...'
Ya, Sher. Kau harus cepat membantuku menemukan cinta
sejatiku, dan itu adalah dirimu, Princess Nose...
'Princess Nose's Diary
7 February. 9:02 pm.
Ku harap ini adalah kebohongan terakhirku padamu.
Maaf Niall, aku harus bohong tentang surat itu dan pertunangan aku
dengan Taylor. Ya, aku memang tak bertunangan dengannya, cincin yang
kukenakan ialah cincin milik Christie sahabatku, kekasih Taylor. Maaf
aku melakukan ini karena aku tak bisa membiarkanmu mencintaiku lagi,
aku ingin kau melupakan perasaanmu padaku, dan carilah seseorang yang
sungguh-sungguh mencintaimu, yang tak sedikitpun berani membohongimu.
Maafkan aku Niall.'
“tidak, Sher. Aku tak akan berhenti mencintaimu,
sampai kapanpun. 'Cause you are my True Love”. Ucapku seraya
memandangi wajah pucatnya.
'.. Dan hari ini juga aku memaksa Taylor pulang dari
Jepang untuk membantuku mengurus tiket kepulanganku, aku memutuskan
untuk pulang kenegaraku dan tak akan pernah kembali lagi. Namun
alasan utama kepulanganku bukan karena aku ingin menjauh darimu,
Niall. Tapi ini tentang kakakku. Ia kecelakaan, aku tak bisa hanya
diam disini menunggu kabarnya. Terlebih saat ku dengar kondisinya
yang koma. Aku ingin saat ia membuka matanya, aku ada disampingnya
dan menjaganya, karena aku sangat menyayanginya.
Dan ku harap kita bisa bertemu lagi, dan aku bisa
mencintaimu, Niall. Entah kapan'
Akupun begitu, Sher. Aku sangat menyayangimu, maka dari
itu aku ingin selalu disampingmu dan menjagamu, “dan saat kelak kau
membuka matamu, akan kubuat kau jatuh cinta lagi padaku, dan tak
bisa untuk mencoba berhenti mencintaiku”.
Ucapku, seeraya memperhatikan bibir pucatnya.
'Princess Nose's Diary
9 February. 9:56 am.'
Hari ini? Tadi? Sebelum ia terpejam kah? Aku melihat
arlojiku, dua jam yang lalu ia menulis diary ini? Dari tiap lembarnya
ku perhatikan tak pernah ia menulis diarynya sepagi itu. Bahkan aku
tak menemukan tanggal delapan pada halaman sebelumnya.
_Niall pov End_
~NLS~
|To Be
Continued|
NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo
ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing
banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<
DON'T BE SILENT READER!! kalo
reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih
feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO,
jangan cuma baca aja yawh :) If
you want respect, then respect others!
Don't forget to
send ur feedback! Or visit my twitter account @Fathimah_Haddad
and @FathimHaddad501
for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 20 ;)


0 comments:
Post a Comment