Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 1}
Author: @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
Heeyyya my all sweety reader yang
cantiknya gak ketulungan! XD ayoayo siapa yang kangen sama Author :p
“reader: Ga adaa! -,-” T,T
Maaf ya Author lama banget post NLS nya
dan baru kesampean sekarang, belum selesai pula -..- free time
terbatas, makanya lama :'( dan maaf kalau nanti ceritanya gaje *emang
iya_-* , bikin bored *apa lagi _-_*, dan ga sebagus story2 sebelumnya
:( *uda pasti itu -..-d*
Buat Castnya juga @SherineCArifa maaf
ya sayang kalau ceritanya ga sesuai keinginan kamu,maafmaafmaaf >.<
Udalah
ga usah kebanyakan bacot lagi Authornya, langsung aja nih di baca
karya ababil hasil menguras habis otak author. Cekidot >>>
#JengJengJengJeeeng
|Welcome
to my Imagination|
Hope you
like this guys ;)
~NLS~
_Author pov_
Sampai sebuah kalimat mampu mengubah indahnya butiran-butiran salju menjadi abu yang kabutnya menyesakkan.
Disalah
satu rumah itu, si pria berharap ia akan bahagia setelah mengantarkan
suatu maha karyanya pada sang gadis pujaan itu kerumahnya. Namun si
gadis malah menghancurkan harapannya... “.... sahabat
kedengarannya lebih bagus untuk hubungan kita...”. Segores
senyuman seolah tak pernah lahir dari bibir si pria, setelah
mendengar keputusan si gadis mengeluarkan kalimat itu dengan
santainya.
Si
gadis kembali melanjutkan kalimatnya, “hmm.. kau tau? Kurasa
kita lebih terlihat sebagai sahabat, bukan sepasang kekasih”.
Si pria terkekeh setelah mendengar kata-kata yang keluar dari bibir
manis gadis itu.
“why?
Kenapa kau bicara seperti ini?”. Si pria mulai meminta
penjelasan si gadis atas keputusan yang bagaikan sambaran petir yang
tiba-tiba datang tanpa adanya mendung ataupun hujan yang
menyertainya.
Si
gadis nampak bingung sebenarnya apa yang akan ia jawab, namun suatu
hal memaksanya agar terus melanjutkan kalimat-kalimat pahit itu,
hingga membuatnya terpaksa..... “aku merasa bahwa aku hanya
sekedar suka padamu”.
“hah..
atas dasar apa kau bicara seperti itu?”. Seolah tak terima akan
penjelasan si gadis yang tak masuk akal, si pria kembali meminta
penjelasan yang logis, yang mungkin bisa ia terima.
“tidak
untuk apa-apa, hanya saja aku ingin membiarkanmu mencari cinta yang
benar-benar sejati untukmu, dan itu bukan aku. Begitupun denganku,
kau bukanlah cinta sejatiku”. Jawab si gadis yang berhasil
mencabik hati si pria, membuatnya berfikir bahwa selama ini gadis itu
tak menganggapnya sebagai cinta sejati.
“dengar,
kita akan mencari cinta sejati itu, kau dan aku, akan menemukan cinta
sejati masing-masing, okay?”. Lanjut si gadis. Keputusan itu
mungkin dapat diterima oleh si pria, namun itu malah semakin
mebuatnya muak. Hingga terfikir oleh si pria bahwa ia akan mencobanya
mungkin, mencoba mencari cinta sejatinya, jika itu kemauan si gadis.
Kini
hening menyelimuti mereka, masing-masing berteriak dalam hatinya,
hanya si pria tak menyadari itu juga terjadi pada si gadis, tak
menyadari bahwa sebuah rahasia besar telah mulai gadis itu tutup
rapat-rapat darinya, yang ia tau gadis itu tak pernah mencintainya.
Tak pernah.
Si
pria memutuskan untuk kembali ke rumahnya yang hanya berjarak tak
lebih dari sepuluh meter dari pintu rumah si gadis. Hanya saja,
mungkin jika pria itu tetap di rumah si gadis sedikit lebih lama
lagi, mungkin ia akan melihat butiran-butiran bening mengalir deras
yang jika ia lihat akan lebih menyayat hatinya.
~NLS~
Sosok
lelaki itu kini bersandar di tepi jendela milik gedung pencakar
langit, memandang puluhan manusia dibawahnya yang berlalu lalang,
sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing. Merasakan dinginnya
udara di siang hari karena musim dingin yang tiba entah sejak kapan.
Butiran-butiran salju yang turun tak begitu lebat seiring dengan
turunnya beberapa tetes air mata yang berasal dari kelopak mata
lelaki tersebut. Hatinya begitu lembut, hingga tak mampu menahan
kepedihan yang ia rasakan sejak kemarin. Membuatnya memaksa menjadi
seorang lelaki yang lemah.
Lelaki
itu, Niall James Horan kini tengah berusaha menata kembali hatinya
yang sudah terluka, awalnya ia mencoba untuk kuat, mengerti akan
keputusan yang baru ia terima itu, namun apa daya, biarpun ia seorang
lelaki tapi ia juga memiliki hati yang jika tergores akan merasakan
sakit yang teramat dalam, hanya saja ia berbeda dengan lelaki lain.
Jatuh cinta, ia ingin jatuh cinta hanya satu kali, menjalin cinta
hanya sekali, dan memeluk cinta itu sampai mati, tapi kini angannya
telah hancur. Hancur berkeping-keping.
Seorang
office boy yang bekerja digedung Sony Music UK ini menyerahkan
secangkir choco coffee cream pesanan Niall yang kini berusaha
menyembunyikan wajahnya untuk membersihkan sisa tetes air mata
sebelum ia menerima cangkir tersebut, “thank you”. Ucap Niall
lalu menyeruput choco coffee cream hangatnya.
“with
my plesure, sir”. Office boy itu meninggalkannya didapur, sendiri,
bersama secangkir coffee yang menemaninya saat ini.
Tak
lama suara gaduh muncul mengganggu telinga Niall yang tengah
menikmati minumannya tersebut, kegaduhan yang diciptakan oleh
teman-temannya sendiri, 'BRRUUK!', “hey! Right. Niall's here,
guys”. Sahut Louis yang membuka lebar pintu pantry hingga membentur
dinding, dan Harry yang masuk lebih dulu menghampiri Niall.
“hey
Niall, what's wrong with you?”. Harry menepuk pundak Niall.
“nothing,
i'm fine”. Jawab si blonde bermata biru itu, berusah berbohong
dihadapan mereka dengan memberikan senyuman yang kuat.
“tapi,
matamu merah, Niall”. Sahut Louis menarik kursi dan duduk disamping
jendela disana.
“aku
kelilipan, Carrot! Mana Liam dan Zayn?”.
“oh?
Ya ampun, kukira mereka dibelakang kita tadi”. Ucap si bontot Harry
yang kini mengajak Louis menjadi lawan bicaranya, mengalihkan
pandangannya kedaun pintu.
“sepertinya
mereka terjebak di lift, sudah biarkan saja. Apa yang kau minum
Niall?”.
“choco
coffe cr..”.
“boleh
untukku?”. Potong Harry.
Belum
sempat meraih cangkir itu, Louis menghentakkan kakinya kuat-kuat
diatas kaki si curly berlesung pipi itu, “AWW! Kenapa kau menginjak
kakiku?!”. Harry meringis mengangkat kaki kanannya, hingga kini ia
melompat-lompat.
“aku
tidak menginjak kakimu. Tadi kulihat ada tikus kecil di sneakersmu,
aku ingin membunuhnya, tapi ia pergi begitu saja”. Ucap Lou bohong.
“mana?
Mana tikusnya!”. Dengan cepat Harry mengambil sapu dan bersiap
untuk melayangkan benda itu ke tubuh tikus tak berdaya itu yang
sebenarnya hanyalah guyolan Lou saja.
“kau
tak perlu sungkan untuk memintaku menghabiskan coffemu, Niall”.
Louis begitu saja merebut secangkir coffee itu tanpa izinnya.
“mana,
Lou?!”.
“sudah
pergi ke luar. Mungkin sekarang sudah masuk lift bersama Zayn dan
Liam”.
“kau
bohong kan, BooBear? Tak ada tikus dikak..”.
Kembali
lagi Louis menghentakkan kakinya, namun kali ini diberikan untuk kaki
kiri Harry, “sudah kubilang jangan memanggilku boo bear lagi. Ya,
memang tak ada tikus, tapi kalo aku bilang itu ular aku takut kau
akan melompat dari gedung ini. Aku kan sayang padamu, Hazz”.
Katanya santai, sesekali menyeruput coffee ditangannya. Tak perduli
dengan Harry yang kini berlesehan mencengkram kuat sepasang
sneakersnya itu. Mengutuk Lou dalam hatinya.
“Lou,
ada apa dengan Nando's kita?”. Harry menyudutkan matanya ke arah
Niall, menyadari si pirang itu mematung sedari tadi.
Kekonyolan
dan kebodohan yang diciptakan Louis dan Harry ini biasanya mampu
menjadi hiburan tersendiri untuk Niall. Mampu mengubur rasa suntuknya
dan menciptakan senyuman yang lebar hingga membuat besi yang
melingkar di barisan giginya terlihat jelas. Namun yang dilihat si
bungsu juga si bontot ini adalah raut wajah kehampaan, menatap kosong
langit-langit yang terhalang jendela dihadapannya. Seolah ia tak
mendengar keributan yang diciptakan Louis dan Harry tadi.
“ekhmm..
Niall, apa kau kelaparan?”. Tanya Lou.
“tidak,
dia tidak kelaparan, dia marah kau mengambil coffeenya”. Ucap Harry
yang masih duduk dilantai.
“bodoh!
Jika dia marah ku ambil coffeenya dia akan menggigitku, bukan?”.
Harry menyunggingkan senyumnya, mengingat tangan Zayn yang digigit
Niall beberapa waktu lalu karena memakan keripik kentang milik Niall
tanpa Izinnya.
“hey,
guys!”. Sahut Liam dari arah pintu, masuk menghampiri mereka.
“hey,
botak”.
“aku
tak botak, BooBear!”.
“aku
akan menginjak kakimu didepan Daniele suatu saat nanti, Liam!”.
Ancam Louis yang masih menikmati hangatnya Choco coffee di tangnnya.
“mana
Zayn?”. Tanya Harry pada Liam.
“di
depan, sedang menerima telefon dari...”.
“Aunty
Trisha!”. Tebak Harry yang sudah pasti tepat.
“ah,
anak itu, sudah berkepala dua masih seperti tak punya kepala”.
“aku
mendengarnya, Lou”. Zayn masuk dan masih berkutat pada handphonenya
untuk membaca beberapa pesan.
“owh!!
itu dia si perfect Zayn! Zayn kuharap kau tak lupa membawa cermin
ajaibmu, kau harus tetap menjadi pria tersexy didunia ini”. Puji
Louis. Entah itu sungguh-sungguh pujian atau jimat agar Zayn tak
menghabisinya. Namun sepertinya gagal.
“kubunuh
kau, LOUISS!!”.
“Zayn!
Ada secangkir coffee ditanganku!!”.
Dengan
cepat Harry merebut cangkir itu dari tangan Lou, “biar aku yang
memegang cangkirnya. Zayn, kau habisi dia”. Akhir Harry memberikan
'wink' pada Zayn.
Sementara
Zayn dan Louis sibuk beradu otot namun nyatanya tak memakai otot,
Liam memperhatikan tatapan kosong Niall sedari tadi. Liam berdiri
disamping Niall kini, melihat lebih dekat tatapan kosong itu.
“hey,
Niall? Any problem?”.
“hah?”.
Niall merasa terkejut atas sapaan Liam didekatnya yang tiba-tiba.
“heyyy,
sejak kapan Nando's kita bisa melamun?”. Sahut Zayn, melepaskan
tangannya yang melingkar di leher Louis.
“Zayn,
shut up. Kau baik-baik saja Niall?”. Lanjut Liam.
“ya,
seperti yang kau lihat”. Niall kembali memberikan senyum palsunya.
“aku
tak melihat kau baik-baik saja sejak tadi”. Tegur Harry, sesekali
meyeruput coffee milik Niall yang hampir habis itu.
“ya,
kau malah sibuk menghitung gedung-gedung diluar sana”. Komentar
Lou, kembali duduk di kursinya.
“you
lie Niall, selama kau bersama kami kau tak pernah menyendiri seperti
ini, kecuali.. kau memang sedang ada masalah atau kau sedang
menghabiskan cemilan-cemilanmu dan tak mau membaginya pada kami”.
Ungkap Liam
“tapi..
kulihat tak ada cemilan disini, hanya secangkir choco coffee. Apa kau
menyembunyikannya, Niall?”. Louis mencari sesuatu didalam saku
Hoodie sampai celana Niall, mencari snack yang mungkin masih tersisa
untuknya makan, namun nyatanya memang tak ada snack disini, 'tumben
sekali'. Batin Louis.
Kini
Niall kembali bungkam seribu bahasa setelah mendengar ucapan Liam
tadi, “ceritakanlah pada kami jika kau memang sedang ada masalah,
Niall. Itu akan membuat bebanmu berkurang”. Sahut Zayn mulai
serius, menyadari teman kesayangannya itu benar-benar sedang tertimpa
masalah yang rumit sepertinya.
Niall
memilih menghindar dari kerumunan teman-temannya. Ia menghampiri
sebuah meja makan yang tak besar juga tidak kecil disana, duduk
disalah satu bangku yang tersedia. Ia mengacak habis rambutnya,
memijat pelipisnya dan berkata, “we broke up”.
“WHATT?!!”.
Sahut Louis, Zayn dan Liam serempak tak percaya, dan memberikan raut
wajah yang sama artinya, 'Impossible'. sedangkan Harry tersedak
setelah meminum tegukan terakhir Choco Coffee milik Niall yang
diberikan Louis tadi.
“dia
bilang ini yang terbaik untuk hubungan kami”. Jelas Niall singkat.
“bagaimana
bisa? Bukankah selama hampir dua tahun ini kalian tak ada masalah?
Ada apa dengan dia? Kenapa dia melakukan ini padamu, Niall?”. Tanya
Zayn yang dari nada bicaranya adalah memprotes.
“Niall,
kau tak serius kan?”. Tanya Harry yang masih terbatuk-batuk
mendekati Niall.
“no,
i'm serious”.
~NLS~
_Niall pov_
Sejak
delapan bulan silam aku menutup hati ku rapat-rapat, dan kini aku
akan mulai membukanya kembali, namun kali ini aku akan berhati-hati
memilih cinta. Bukan, maksudku menemukan cinta yang sesungguhnya, tak
mau hal itu terulang lagi, mencintai seseorang yang ternyata ia tak
mencintaimu?
Mungkin
untuk seusiaku mencari cinta itu harusnya mudah, tapi tidak untuk
seenak jidat mengatakan bahwa dialah cinta kita, itulah yang sulit
untuk ku lontarkan sekarang, entahlah, aku cukup sulit untuk
melupakan gadis yang seketika mampu membuatku sadar bahwa diantara
kami sebenarnya tak ada latar cinta, tapi aku akan terus mencoba,
membuktikan padanya bahwa aku bisa melakukan apa yang ia inginkan
saat hari itu. Mencari cinta sejati. Dan itu... bukan dia.
Karna
ialah kini aku menjadi seorang yang bersikukuh untuk mencari cinta
yang benar-benar sejati, dialah yang telah mencuci otakku untuk
menemukan cinta sejati, mantan kekasih, ah.. bukan, sahabatku,
Sherine Arifa.
~NLS~
|To Be
Continued|
Don't forget
to send ur feedback! or visit my twitter account @FathimHaddad501 for send ur comment. thanx :) Sampe ketemu di part 2 ;)




0 comments:
Post a Comment