Thursday, April 18, 2013

#NLS Princess Nose And True Love {Part 9}

Posted by Unknown at 11:47:00 PM

Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 9}

Author: @
, @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad

Genre: Romantic

Rating: G (General)

Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
          - @SherineCArifa as Sherine Arifa
          - @OfficialTL as Taylor Lautner
          - @christiemburke as Christie burke
          - And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}

Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato




|Welcome to my Imagination|

Hope you like this guys ;)


~NLS~


_Author pov_


Taylor membantu Sherine mengatur posisi ranjangnya agar ia bisa bersandar, “ Aku belum siap jika ia mengetahui semua ini sekarang. Jika suatu saat ia memang perlu tau tentang ini, itu bukan dari mulutmu, aku sendiri yang akan memberitahunya”. Lanjut Sherine.

perlu? harus, Sher! Ia harus tau kondisimu saat ini, dan kapan kau akan memberitahunya? Setelah semuanya sudah terlambat? Tidak, Sher. Itu akan membuatnya semakin berdosa padamu, ia akan merasa tak berguna untukmu”. Sambar Taylor yang terus menatap lurus Sherine.

berdosa? Of course, No. Ia tak mungkin seperti itu, ia sudah tak mencintai aku lagi kok, kan sudah kukatakan, ia sudah memiliki gadis lain di hatinya, dan aku bahagia akan itu”. Sherine masih menjawabnya dengan lembut, mencoba mengimbangi kondisinya saat ini pasca menjalani radioterapi pagi tadi.

bahagia? Kau sakit dan menutupi sakitmu itu dengan mengorbankan cintamu kau bilang kau bahagia?”. Taylor mendengus mencengkram hebat ujung rambutnya, tak habis pikir bahwa Sherine terus membohongi perasaannya sendiri.

Sherine, aku memang tak tau ia seperti apa, sosoknya seperti apa, bagaimana sifatnya, tapi aku tau satu hal tentangnya. Aku yakin ia masih mencintaimu, Sher”. Ucap Taylor yang kini melembut, menatap peri kecilnya lurus, seakan ia sudah mengenal dekat dengan Niall.

Taylor memang tak tau sama sekali tentang Niall, bahkan tentang One Direction. Salah satu persoil 1D yang ia tau hanyalah Harry, karena tak sedikit yang membicarakan ia dimana-mana. Mungkin Taylor juga tak menyadari bahwa tadi ia berbicara dengan Harry One Direction lewat telfon. Taylor memang tak begitu update tentang music atau dunia hiburan, yang ia tau hanyalah news dan dunia kesehatan.

Karena itu, sulit untuk Taylor mencari tau siapakah Niall yang Sherine maksud, ia juga tak memiliki banyak waktu untuk mencari pria itu karena jadwal kerjanya yang cukup padat. Tentu bukan hanya Sherine sajalah pasiennya. Tapi bisa saja ia bertanya langsung pada Sherine tentang pria itu dan keberadaannya. Tapi itu mustahil, karena Sherine tak memberikan secuilpun informasi keberadaan Niall, bahkan Taylor juga tak tau sampai saat ini siapakah penghuni rumah disamping rumah Sherine.

bagaimana kau bisa bicara seperti itu sedangkan kau tak pernah mengenal ataupun melihatnya?”. Kata Sherine menyepelekan.

entahlah, kurasa aku melihatnya lewat matamu, aku melihat sosok lain dimatamu”. Jawab Taylor kembali menatap lurus Sherine, mencerna betapa indahnya warna mata pasiennya itu.

Taylor keluar sebentar, dan kembali dengan membawa segelas air dan beberapa bungkus yang sepertinya bungkus obat-obatan. Taylor memberikan pil juga segelas air untuk Sherine, pil yang memang harus diminum sebelum ia makan, Sherine berusaha keras menelannya, karena ia harus menelan tiga pil sekaligus.

hhuh.. sudahlah, Tay. Lagi pula ia sudah memiliki seseorang yang mencintainya saat ini, dan itu sudah lebih dari cukup bagiku”. Sahut Sherine sambil menyerahkan kembali gelasnya pada Taylor.

Kini Taylor sudah terlalu geregetan dengan sikap Sherine yang selalu memalingkan dan mencoba menghilangkan perasaannya itu, “lagi pula? Itu artinya kau masih mencintainya, Sher. Kau tau itu tapi kau tak mau menunjukkan itu padanya dan tak mau mencoba untuk mempertahankan cintamu. Disaat seseorang yang dengan susah payah mencari cinta sejati, kau malah membiarkan cinta sejatimu pergi, ada apa denganmu?”.

Taylor sudah naik pitam, ia memang sering membujuk Sherine untuk tidak membuat suatu rahasia kepada siapapun tentang kondisi juga persaannya, tapi kali ini ia seperti memaksa Sherine untuk melakukan perintahnya, untuk membongkar itu semua, tak ada lagi yang namanya rahasia.

aku mohon, Tay. Jangan paksa aku, aku bisa memilih jalan hidupku sendiri”. Sanggah Sherine, mengalihkan pandangannya dari tatapan ganas Taylor.

fine! dan kuharap kau tak salah mengambil jalan”. Ucap Taylor pergi dari hadapan gadis itu, ia kembali putus asa, karena lagi-lagi ia gagal membujuk Sherine untuk memberitahukan semuanya pada pria yang kini Taylor tak tau keberadaannya itu.

Taylor!”. Tahan Sherine, mencoba menahannya, namun justru Sherine yang telah ditahan oleh selang infus yang jarumnya masuk ke dalam kulit putih tangannya.




jangan mencoba untuk menemuiku sampai 'ritual' minggu depan”. Akhir Taylor sebelum membanting pintu.

Sherine tau, Taylor pasti marah padanya. Setiap membahas masalah itu, Taylor memang selalu kalah dalam pertarungan perdebatannya bersama Sherine. Itu karena Taylor tak ingin memperburuk kondisin Sherine, Taylor ingin Sherine memfokuskan kondisinya sekarang yang dibilang sama sekali tidak baik ini. Tapi disisi lain jika sudah menyangkut masalah pribadi Sherine itu, entah kenapa Taylor tak mau membiarkan Sherine terluka pula hatinya, walau ia sendiri tau ia tak berhak mencampuri urusan Sherine ini.

Taylor selalu berharap, suatu saat dengan sendirinya ia bisa bertemu dengan Niall yang ia tak tau wujudnya seperti apa dan menceritakan semuanya tanpa harus meminta izin Sherine, ia sudah muak melihat Sherine yang seolah-olah tak punya harapan lagi untuk mempertahankan cintanya. Padahal selama ini ia bisa berusaha kuat menerima penyakit yang bersarang di tubuhnya, kenapa tidak dengan cintanya?


~NLS~


Pria berjas putih itu kini menulusuri koridor rumah sakit, matanya menatap lurus ujung sepatu pantofel hitamnya, serta kedua tangan yang sengaja ia selipkan di saku celana. Pikirannya tak ikut bersama tubuhnya yang menatap dindin-dinding, lantai, maupun atap koridor.

Pria itu, Taylor Lautner kini tengah mengatur kalut fikiran yang baru saja kacau. Sherine lagi difikirannya sekarang, entah dengan cara apa lagi ia bisa melunakkan hati gadis keras kepala itu. Ingin sekali mencoba, tapi apa daya, ia kembali ingat bahwa ia tak ada hak untuk mengatur hidup Sherine, mengubah jalan yang sudah Sherine pilih. Hanya saja ia kembali melihat kondisi Sherine saat ini, mungkin Sherine akan lebih meningkat skala persen penyembuhannya jika pria yang tak Taylor tau keberadaannya bisa menemani dan merawat Sherine.

Taylor juga mengingat alasan Sherine saat itu, ia tidak mau Niall mengurusnya dan tau kondisinya saat ini karena ia tak ingin merepotkan Niall, ia tak mau mengganggu pekerjaan Niall hanya untuk mengurus dirinya yang belum tentu dapat menjanjikan kebahagiaan untuk pria itu. Harusnya Sherine sadar, kekuatan cinta tak akan mengenal rasa sulit ataupun menyerah, jadi Taylor yakin Niall tak akan merasa direpotkan kalau ia memang sangat mencintai Sherine, mungkin bahkan ia akan meninggalkan pekerjaannya demi Sherine....... Ya, itu dia, Sherine tak ingin Niall meninggalkan pekerjaannya, 'memang seberapa berharganyakah pekerjaannya itu baginya?!'. Batin Taylor mengumpat dirinya sendiri.

Berjarak dua belas meter dari langkah-langkah Taylor, di depannya seorang gadis dengan kemeja kotak-kotak merah yang ditutupi jacket kulit hitam serta syal yang menutupi sebagian lehernya, memasuki area lobby The Princess Grace Hospital.




Rambut panjang ikal yang dibiarkannya tergerai, serta harum parfume yang menyengat sampai menusuk hidung Taylor karena aromanya yang lembut, parfume yang amat Taylor Lautner hafal siapa pemiliknya.

Taylor mempercepat langkah kakinya, agar mampu jalan beriringan dengan gadis itu, “dr.Burke”. Karena langkahnya yang cepat Taylor memanggilnya agar tak tertinggal dari gadis yang ternyata seorang dokter itu.

Si gadis yang merasa nama belakangnya itu terpanggil pun berbalik, “yes, dr.Lautner, may i help you?”. Sahut gadis yang memiliki postur tubuh yang tingginya hampir menyamai tinggi Taylor, pria dihadapannya sekarang.

yes, sampai minggu depan saya ingin pasien Sherine Arifa anda yang urus”. Ucap Taylor to do point.

Gadis itu menarik nafas panjang dan menghembuskan lewat mulutnya, hingga hembusan itu terdengar oleh Taylor, “ada apa lagi? Kalian bertengkar?”. Tanyanya sembari menarik tangan Taylor agar menepi, karena mereka berdiri di tengah koridor.

Christie, not here, kita sedang bekerja, konsistenlah”. Taylor mencoba melepas genggaman Christie, dan memasukkan kembali tangannya ke dalam saku.

memangnya kau konsisten dengan memanggilku seperti tadi?”.

Taylor terdiam menatap Christie, ia baru sadar tidak memanggil gadis itu dengan nama belakang dan gelarnya. Christie menepuk pelan bahu Taylor dan menerima permintaan Taylor untuk mengurus Sherine sampai lusa, “sudahlah.. okay, aku akan mengambil alih tugasmu sampai minggu depan, permisi, dr. Lautner”. Pamit Christie.

Taylor terlihat berfikir sejenak hingga akhirnya memanggil kembali dokter cantik itu, “tunggu! Christie, umm... sorry, okay kali ini saja”. Ucap Taylor meminta kali ini saja ia tak konsisten pada pekerjaannya, “Aku ingin kau memberitahuku siapa Niall Horan, aku tau kau juga mengenalnya, Sherine pasti juga cerita padamu tentangnya, please Chris”.

Christie sempat terpekik sendiri, menyadari betapa bodohnya pria itu sampai seoarng penyanyi yang bisa dibilang sangat fenomenal saat ini saja ia tak tau. Tapi dengan cepat gadis itu tertegun diam terpaku, senyumnya menghilang setelah mencerna ucapan pria yang saat ini tengah menatap tajam matanya, ia mengingat kembali janjinya pada Sherine untuk tidak memberitahu Taylor keberadaaan si penyanyi itu jika ia bertanya, dan ini pertama kalinya Taylor bertanya. Christie menundukkan kepalanya, menatapi keramik-keramik lantai yang ia pijak. Dengan sikapnya yang seperti itu, Taylor yakin Christie tau pula tentang Niall.

kau tau kan? Ini demi kesembuhan Sherine, Chris. Sherine butuh seseorang yang menyayanginya yang mampu merawatnya, mendampinginya melewati ini semua”. Taylor mulai memancing Christie agar membuka mulutnya, karena dengan ini Taylor akan cepat tau keberadaan Niall dan mungkin nantinya Tay akan menyeret pria itu ke hadapan Sherine.

Christie cukup terpana akan ucapan Taylor, ia juga tau bahwa kasih sayang adalah salah satu obat mujarab untuk penyembuhan segala penyakit. Tapi Christie tetap tak bisa, ia sudah terlanjur berjanji pada gadis yang sudah cukup lama menjadi sahabatnya itu.

sorry, Tay. Aku tidak bisa, Sherine justru tak ingin orang itu tau, karena Sherine ingin..”.

..ingin orang itu bahagia tanpa harus mengurusnya? atau bahkan mengetahui keadaannya secuilpun?”.

Gadis itu kini kembali bungkam, ia benar-benar berada di posisi terpojok sekarang, bahkan pada posisi penentu. Ia harus memilih siapa? Sherine sahabatnya? Atau Taylor kekasihnya?

huh.. Chris, look. Kau pasti tau kekuatan cinta, aku tau kau bisa merasakan hal itu padaku jika aku merasakan hal yang sama padamu itu membuat.... kau begitu bahagia. Dengar, seburuk apapun hidupmu jika kau bersamaku kau pasti tetap merasakan kebahagiaan itu, benarkan?”.

Christie tersentak, kembali terkejut akan perkataan pria tampan di hadapannya ini, semakin merasa menjadi saksi mata yang jika salah memberikan kesaksiannya maka ialah yang akan menghuni bui.

sekarang kau lihat gadis yang di rawat dikamar 501 itu, kau tak pernah terfikir jika aku yang menjadi pasien itu lalu kau tak pernah tau keadaanku seperti itu”.

Kini gadis itu tak bisa mengatur nafasnya, seolah kini ia bisa merasakan sakit yang dialami Sherine saat ini, wajahnya menampakkan jelas raut kesedihan dan rasa bersalah. Seketika keningnya terasa hangat dan lembut menyelimuti hingga sampai ke dalam hatinya, kecupan lembut dari sang kekasih mungkin mampu membantu menetralisir fikirannya saat ini.

chris, please”. Digenggamnya kini kedua tangan gadis pujaan hatinya, berharap ia mau membuka mulutnya sekarang.

Ya, Christie mulai membuka mulutnya, “... kau...”.

dr. Lautner? dr. Burke? Sedang apa kalian disini?”.

dr. Cullen?”. Ucap Christie setelah menemukan asal suara yang memanggil mereka.





Si kepala dokter The Princess Grace Hospital telah menemukan kedua anak buahnya yang sepertinya telah membuat suatu kesalahan.

apa kalian tak ada pasien yang harus kalian urus? dr. Lautner, kukira kau sudah menguasai akan aturan rumah sakit ini”. Sambar dr. Cullen, dan mereka menunduk meyadari kesalahan yang pertama kali mereka buat sampai tertangkap basah kepala dokter rumah sakit ini.

i'm sorry, doctor”. Ucap Tay menyesal.

dr. Burke, kenapa kau belum mengganti pakaianmu? Oh ya, aku minta kau berikan ini pada pasienmu Mrs.Ferland, dan katakan pada keluarganya bahwa aku akan mulai melakukan operasi besok malam”. Kata dr. Cullen sembari menyerahkan beberapa map yang berisi hasil rontgen pasien tersebut kepada Christie.

sorry, doctor. Okay, fine”.

tunggu apa lagi? Aku ingin bicara pada dr. Lautner”.

Christie pun terpaksa meninggalkan Taylor sebelum memberikan jawabannya, dan entahlah ia akan memberitahu yang sebenarnya atau justru terus menutupinya.

dr. Lautner, bagaimana keadaan pasien tetapmu saat ini?”.

maksud anda Mrs.Sherine?”.

ya, siapa lagi? Pasien termuda dalam sejarah rumah sakit ini yang mengalami Kanker Nasofaring. Bagaimana perkembangannya? Aku takut jika ia tetap bersikukuh tak mau melawan penyakit ganas itu, ia akan.... kehabisan waktu”.

apa? Tapi ia baru stadium satu”. Taylor tak sampai berfikir sejauh itu, Sherine memang terlihat tak ingin sembuh, ia begitu pasrah akan penyakit yang menggerogotinya.

dr.Lautner, tentunya kau tau, jika kanker itu tak cepat diatasi maka sel-sel kanker itu akan menjalar sampai keseluruh tubuh. Aku yakin kau tak mau sampai itu terjadi pada pasienmu itu, maka dari itu, aku harap kau mampu membantu membangkitkan semangatnya untuk sembuh total”. Jelas dr.Cullen. Ya, itulah tugas besar Taylor, membantu Sherine agar ia mau melakukan perlawanan pada penyakitnya, jika hanya melakukan Kemoterapi dan Radioterapi saja tak cukup apabila si pasien tak ada keinginan untuk berusaha sembuh, 'ya, lagi-lagi kembali pada pria itu, dialah satu-satunya yang mampu mengubah jalan fikir Sherine'. Batin Taylor.

dan setelah kau lakukan Kemoterapi minggu depan, aku ingin kau menyerahkan hasil rontgennya padaku”.

baik, doctor”.

dan ingat, jangan kau sertakan urusan pribadimu kedalam pekerjaanmu itu”. Akhirnya sebelum meninggalkan Taylor yang tiba-tiba merasakan sebuah getaran dalam saku celananya.

aku tak akan mengulanginya lagi, doctor”.

Taylor mengeluarkan benda yang bergetar tadi dari dalam sakunya. Pesan dari Christie.

'you can search him on google'.


~NLS~






|To Be Continued|



NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<



DON'T BE SILENT READER!! kalo reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO, jangan cuma baca aja yawh :) If you want respect, then respect others!




Don't forget to send ur feedback! Or visit my twitter account @ and @FathimHaddad501 for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 10 ;)

0 comments:

Post a Comment

 

My Imagination Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea