Sunday, April 14, 2013

#NLS Princess Nose And True Love {Part 7}

Posted by Unknown at 12:26:00 AM

 Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 7}

Author: @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad

Genre: Romantic

Rating: G (General)

Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
          - @SherineCArifa as Sherine Arifa
          - @OfficialTL as Taylor Lautner
          - @christiemburke as Christie burke
          - And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}

Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato




|Welcome to my Imagination|

Hope you like this guys ;)


~NLS~


_Sherine pov_


Aku tertunduk menatap sup Irish Stew yang sudah dingin ini, “Niall, supnya?”. Tahanku saat ia belum sempat menggenggam gagang pintu rumahku, tanpa berbalik sedikitpun untuk menatapku ia menjawab, “aku sudah kenyang, kau habiskan saja, kau suka kan? Kapan-kapan saja kau pulangkan mangkuknya”. Jawaban yang bodoh. Apa ia tak tau aku sangat mengenalnya, dalam sejarahnya, mana pernah ia menolak untuk menghabiskan makanya, lagi pula tadi ia bilang ia lapar. Dan itu cukup membuatku mengerti bahwa artinya... ia kecewa padaku.

Niall, wait!”. Tahanku lagi. “friendship?”. Tanyaku mencoba meyakinkannya lagi bahwa inilah yang aku mau.

friendship”. Jawabnya, yang sekali lagi tak mau menatapku, dan secepat kilat lenyap tertelan pintu itu. Jawaban yang sebenarnya tak kuinginkan, apa ia akan benar-benar berhenti mencintaiku? Apa ia memang sudah tak mencintaiku? Atau kata-kataku hari ini yang membuatnya berfikir untuk apa melanjutkan hubungan ini lagi jika aku tak mencintainya? Maafkan aku Niall...

Kukunci pintu rumahku, berbalik dan duduk bersandar disana, membiarkan yang menggenang sedari tadi di kelopak mata ini jatuh membasahi pipi sampai sweaterku ini. Menangis terisak-isak, menyesali yang terjadi hari ini, menyesali karena telah melukai perasaannya, menyesali telah membohonginya, menyesal.. haruskah kuterima rasa penyesalan ini?





maafkan aku, Niall.. hikss.. hiiks.. hhhu..hhuu.. a.. hiks.. aku.. tak tau.. hiks.. hikss.. aku tak tau harus bagaimana lagiiiihhiks.. aku tak mau kau terus mencintaikuuuuhhuuhuuu.. hiks..hiks.. mencintai gadis yang hidupnya tak akan laaama laagii.. hikkss hiks.. maafkan aku..hh .. maafkan aku..”. Ucapku tak kuasa menahannya didalam hati ini jadi kukeluarkan semua, menangis terisak-isak, bahkan sampai menutup rapat bibir ini dengan tanganku agar mampu berteriak sekuat yang aku bisa, tanpa terdengar oleh siapapun. Termasuk Niall.

Aku bangkit kembali, masih menangis seperti anak kecil yang ice creamnya terjatuh saat ia baru dua kali menjilatinya, hingga sampai membuat hidung dan matanya berubah warna kemerah-merahan. Menghampiri mangkuk almunium itu yang masih tenang di atas meja makanku, ku angkat mangkuk itu dan ku hampiri microwave oven ku. Serta tangisan yang menggebu-gebu ini senantiasa mengiringi setiap gerakanku, sesekali menyekanya agar tak menghalangi pandanganku karena genangannya yang terkumpul di kelopak mata ini hingga akhirnya berjatuhan.

Ku masukkan mangkuk itu kedalam microwave oven yang sudah dihadapan ku, lalu mengatur timernya. Sambil menunggu ku baringkan tubuh ku di sofa ruang tamu, mengurangi derasnya air mata ini, hanya isakan menyakitkan ini yang tak dapat ku hentikan.

Memandangi beberapa bingkai foto yang terpampang di sisi dinding. Aku mengambil bingkai foto itu, fotoku bersama pria yang baru saja meninggalkan rumah ini, terlihat senyum bahagia di wajah kami, Niall yang memelukku dari belakang dengan eratnya, berlokasi di Regent's Park tepat di bangku taman aku duduk menunggu kedatangannya, dan tak lama ia pun datang, meminta seorang pria paruh baya yang sama menikmati keindahan taman bersama istrinya saat itu untuk memfoto kami. Aku menangis...

Ku raih box kosong di bawah meja tamu, ku letakkakan foto itu didalamnya. Lalu ku ambil bingkai yang lainnya lagi, sebuah foto namun tak hanya aku dan Niall di dalam foto itu. Saat itu, tepat tanggal delapan belas januari, aku mendapat surprise birthday party darinya dan juga the boys, mereka mempermak habis ruang tamuku ini dimana aku sedang tak dirumah.

Sepulang kuliah aku tak menemukan kunci rumahku dan itu membuatku panik habis, namun saat mencoba membuka pintu itu ternyata tak terkunci, aku masuk dan suasana dalam keadaan gelap gulita, tiba-tiba ada yang mengecup pipiku tanpa ku tau siapa pelakunya, itu membuatku shock habis, aku takut itu orang jahat, namun beberapa detik kemudian lampu menyala.

Nuansa hijau terlihat mencolok diruang tamuku saat itu, mereka semua di hadapanku, meniup terompet dan berteriak mengucapkan selamat padaku. Niall yang berdiri disamping kiriku tersenyum memamerkan behel beningnya, menyerahkan Big Birthday Cake buatan Harry, Louis dan Liam, yang diatasnya terdapat sketsa wajahku yang Zayn buat, serta kata 'I Love You' dibawahnya dengan goresan tangan yang dibuat Niall. Walau kue tersebut nampak buruk dilihat but that's Perfect Birthday Cake eve. Aku menangis lagi...

Alih-alih menatapi dinding-dinding, tertangkap lagi sebuah bingkai yang sedikit lebih besar dari bingkai-bingkai foto tadi. Kembali lagi kemasa-masa bahagia di balik memori yang terdapat dalam bingkai itu, bingkai yang baru kupajang baru-baru ini, bingkai yang berisi seorang gadis dengan jubah wisudanya dan si pria dengan topi wisuda milik si gadis di kepalanya.

Hari peresmian kelulusanku selama menimba ilmu di Imperial Collage London beberapa minggu yang lalu, ada ayah dan ibuku juga saat itu, menyempatkan terbang dari negeri pertiwi ke kota kerajaan ini demi menghadiri selebrasi putrinya. Niall tentu saja hadir, saat itu ia mengatakan sesuatu yang begitu bermakna untukku, 'Think of all the beauty still left around you and be happy'.

Menarik nafas panjang kuhentikan tangisanku yang berlebih-lebihan ini, mengusap sebisanya banjir air mata yang membasahi hampir seluruh bagian bawah mataku hingga menyebar ke sweater ku bahkan sampai celanaku, “Sherine! Setelah ini, kau harus berjanji! Tak boleh ada lagi air mata yang keluar dan membasahi pipimu ini, tak boleh terus meratapi penyakitmu ini. Karena setelah ini, kau akan menjadi Sherine yang kuat! Tak akan pernah lagi meratapi kesedihanmu. Bahagialah apapun yang terjadi walau itu cobaan, musibah, atau kegagalan yang menimpamu, kau harus tetap tersenyum.. ya.. aku berjanji!”.

Aku masih duduk lesehan yang kemudian terdengar suara ketukan pintu, bersamaan dengan suara dentingan mickrowave ovenku. Samar-samar, aku mendengar suara seseorang memanggilku. Buru-buru kuhapus lagi sisa-sisa air mata ini, takut seseorang yang baru saja pergi tadi kembali lagi. Aku bergegas ke kamar, membawa box yang berisi bingkai-bingkai foto tadi untuk kusimpan di tempat tersembunyi, kemudian mengganti sweaterku yang dibagian atasnya sudah basah akan air mata dan bergegas mengeluarkan sup didalam ovenku sebelum aku membuka pintu depan.

Taylor?”.


|Flashback Off|


~NLS~


'drrt.. drtt.. drrrtt.. drrt'. Bayangan-bayangan itu buyar saat getaran yang berasal dari meja ranjangku itu mengejutkanku.

Tak perlu ku angkat telefonnya, aku langsung mengangkat ranselku dan siap menuju pintu depan untuk membuka pintu untuknya, “siap?”. Tanyanya setelah kubukakan pintu.

umm.. yeah”. Jawabku memberikan sebuah senyum keyakinan untuknya, lalu kukunci pintu rumah menyusul menuju mobilnya.

Kulirik sebuah rumah yang letaknya tepat di sebelah kanan rumahku, lampu terasnya menyala, juga jendela kamarnya yang terang terlihat dari luar. Ia dirumahnya dan sudah tidur menurutku. Hanya kata maaf yang tak mampu ku sampaikan langsung padanya, maaf karena untuk beberapa hari ini aku akan menghilang dari pandanganmu, maaaf karena aku tak memberitahumu, dan... maaf karena aku telah membohongimu.

Sher, ayo naik”. Sahut Taylor yang sudah siap melajukan motornya.

'i'm sorry, Niall'. Batinku.


_Sherine pov End_


~NLS~


_Author pov_


Sherine sudah mengenakan pakaian pasien yang Taylor berikan padanya, memasuki sebuah ruangan yang cukup luas berisi berbagai macam peralatan dokter juga sebuah mesin besar yang menurut Sherine terlihat seperti mesin pabrik pembuat kue. Taylor dibantu dua suster lainnya menyiapkan segalanya, termasuk mesin radioterapi dengan warna putih dan hitam yang mendominasi mesin tersebut itu untuk digunakan Sherine.





Ya, pagi ini Sherine akan menjalankan Radioterapi yang biasa ia sebut dengan kata 'ritual', Sherine memang sedikit takut menyebutkan kata Radioterapi atau pun Kemoterapi yang sudah ia jalani sebelumnya sampai akhirnya ia memutuskan untuk menghentikannya karena itu membuat pekerjaannya terganggu.

Namun kali ini Taylor akan tegas padanya untuk menjalankan Radioterapi ini sesuai prosedur dan tahap-tahap yang ada, karena Taylor ingin gadis yang ia cintai sebagai adiknya ini bisa sembuh, tapi jika kemauan itu hanya datang pada Taylor tidak dengan Sherine, maka cukup sulit untuk mengahncurkan sel-sel kanker yang bersarang dirongga hidung Sherine.

sampai kapan aku harus melakukan ini?”. Tanya Sherine memperhatikan Taylor yang sibuk dengan mesin besar itu.

Di sela kesibukannya Taylor menjawab, “sampai sel kanker yang terdapat di rongga hidungmu itu hilang”.

apa bisa?”.

Taylor mengetur nafasnya lalu mendekati Sherine yang tengah duduk di samping mesin tersebut, “hhhh.., look at me. Sherine, semuanya pasti akan baik-baik saja, dan kau bisa melwan ini semua, asal! .. asal kau mau melawannya, itu saja”.

Sherine hanya diam tak membalas ucapan Taylor lagi, ia menerawang sendiri masa depannya nanti, jika benar suatu saat ia bisa sembuh dari kanker itu, apa ia bisa hidup tanpa cinta dari Niall?

berbaringlah”. Ucap Taylor pada Sherine, menyuruhnya berbaring diatas ranjang datar berbesi tersebut, “benarkah yang kau bilang?”. Tanya Sherine sambil membaringkan tubuhnya, “apa?”. Taylor mendekatkan wajahnya ke hadapan Sherine yang sudah berbaring.

efek itu, benarkah jika aku melakukannya dengan rutin, efeknya akan lebih dari sebelumnya?”. Ucap Sherine memperjelas pertanyaannya.

Taylor nampak terdiam sesaat, kemudian diraihnya tangan kecil nan lembut Sherine, menggenggamnya agar Sherine merasakan kehangatan dan kekuatan yang ia kirimkan lewat genggamannya tersebut.

Diberikan senyum menawan andalannya pada Sherine, “hyeah.. tapi ini hanya sementara, jika kau mau terus berusaha untuk sembuh maka efek itu tak akan kau rasakan kembali, dan kau... bisa kembali padanya lagi, okay?”. Jawab Taylor.

Sherine mendengus tersenyum, namun senyum yang mengartikan bahwa itu mustahil, “tidak akan, Tay. Ia sudah menemukan apa yang kusuruh padanya”.

maksudmu?”.

Niall sudah mendapatkan pengantiku, dan aku percaya bahwa gadis itu bisa memberikan kebahagian yang lebih untuk Niall dari pada aku”. Taylor memilih diam setelah mendengar penjelasan Sherine, ia tau benar bagaimana perasaan Sherine pada Niall, bahkan sampai saat ini. Yang ia tak tau hanya satu, siapa sebenarnya Niall itu?

ready?”. Tanya Tay, “oh, c-mon Tay, itu malah membuatku gugup! Sudah.. lakukan saja”. Oceh Sherine yang tak sabar agar semua ini cepat berakhir, walaupun Sherine tahu ia akan terus melakukan hal ini kembali selang seminggu terus-menerus.

Dibantu suster lain Taylor mulai memasangkan topeng atau cangkang pelindung (shell) untuk membuat bagian tubuh yang akan dilakukan radioterapi tidak bergerak.




Sherine sudah tak segugup kala pertama ia menggunakan mesin ini, dan mungkin ia sudah mulai terbiasa, hanya saja efek yang akan ia alami setelah ini yang ia tak tau apa ia akan terbiasa atau tidak.

Mesin radiasi itu mulai menyala atas perintah Taylor. Deru suaranya membuat Sherine sempat mersakan detak jantungnya yang begitu bergemuru dalam dadanya, meskipun tak akan terjadi apa-apa dalam proses radiasi tersebut, ia hanya dituntut untuk diam tak bergerak dan berbaring selama beberapa menit. Itu bertujuan agar pancaran radiasinya tepat mengenai sasaran.



~NLS~




And girl, you and I,
We're 'bout to make some memories tonight
I wanna live while we're young
We wanna live while we're young

Let's go crazy, crazy, crazy till we see the sun
I know we only met but let's pretend it's love
And never, never, never stop for anyone
Tonight let's get some
And live while we're young

Crazy, crazy, crazy till we see the sun
I know we only met but let's pretend it's love
And never, never, never stop for anyone
Tonight let's get some
And live while we're young
Wanna live, wanna live, wanna live
Come on, younnngg
Wanna live, wanna live, wanna live
While we're young
Wanna live, wanna live, wanna live

Tonight let's get some

And live while we're young~

Selesai show, mereka berkumpul di backstage. Para kru memberikan baju ganti untuk mereka. Niall, Harry, Zayn, Liam dan Louis mengambil pakaian mereka masing-masing dan menggantinya di toilet.

Hening dalam toilet tersebut. Lima pria tampan didalamnya nampak sibuk merias diri mereka masing-masing, bungkam seribu bahasa, mungkin karena terlalu lelah juga. Tapi Niall tau apa yang akan membuat rasa lelahnya itu hilang seketika, “kita jadi makan malam, kan?”. Tanya Niall antusias.

perut saja terus yang kau urus, Niall!”. Ejek Zayn.

aku kan lapar”.

kau baru menghabiskan empat bungkus keripik kentang berukuran besar dan menghabiskan sisa keripik kentangku kau bilang kau masih lapar?”.

sudahlah Zayn, kau seperti baru kenal dia satu menit yang lalu saja”. Potong Liam.

yasudah, kalian mau makan dimana?”. Sahut Harry yang masih membenarkan lesreting celananya.

Nando's!”. Seru Niall mewakili mereka yang masih di ruang ganti dalam toilet itu.

okay, tapi kau yang traktir, Niall”. Ucap Liam.

kenapa harus aku? bayar sendiri-sendiri saja”. Protes Niall.

kau kan yang merekomendasikan tempatnya, hhaha”. Sambung Zayn yang sedari tadi terfokus memperhatikan pantulan dirinya di cermin, sibuk membenarkan rambutnya yang tak selesai-selesai.

bagaimana kita ajak pasangan-pasangan kita juga? Aku akan menelpon Eleanor”. Sahut Louis yang kepalanya muncul tiba-tiba di sela pintu ruang gantinya.

Harry keluar dari toiletnya menghampiri washtaffle bergabung dengan Niall yang sudah selesai, juga Zayn yang masih sibuk membenarkan rambutnya dihadapan cermin, “pasangan? Aku tak punya pasangan!”. Teriak Harry.

Harr, I hope Zarry is Reall”. Ucap Zayn merangkul dan mencium pipi Harry.

Dengan geram yang di buat-buat, Louis memisahkan rangkulan mereka, “NO! ZAYN, KAU SUDAH PUNYA MOM NYA TAQQI!”. Seru Louis yang kini keluar dari ruang gantinya *yang uda baca ZLS kakak pasti ngerti siapa Taqqi :p*

dia tak disini!”.

aku tak perduli! Calm, Harr. You.. with me”. Lanjut Louis, sedangkan Liam dan Niall hanya terkikik geli akan sifat bromance itu.

bagaimana dengan Ele?”. Timpal Harry seraya memijat keningnya dengan wajah cembetut.

aku akan berpasangan denganmu juga Ele”. Jawab Louis mencoba memberikan ciumannya untuk Harry, namun Zayn lebih dulu membekap mulut Louis.

okay! berarti hanya Louis, Liam, dan Niall yang membawa pasangannya masing-masing”. Seru Harry.

aku? Aku tak punya pasangan”. Sahut Niall, meralat ucapan Harry.

tak punya? Bagaimana dengan Sherine?”.


~NLS~



|To Be Continued|


NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<

DON'T BE SILENT READER!! kalo reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO, jangan cuma baca aja yawh :) If you want respect, then respect others!


Don't forget to send ur feedback! Or visit my twitter account @FathimHaddad501  for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 8 ;)

0 comments:

Post a Comment

 

My Imagination Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea