Thursday, April 11, 2013

#NLS Princess Nose And True Love {Part 5}

Posted by Unknown at 10:46:00 PM
Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 5}

Author: @
FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad

Genre: Romantic


Rating: G (General)


Cast: - @
NiallOfficial as Niall Horan
          - @SherineCArifa as Sherine Arifa
          - @OfficialTL as Taylor Lautner
          - @christiemburke as Christie burke
          - And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}

Cameo: - @
ddlovato as Demi Lovato
 


 |Welcome to my Imagination|

Hope you like this guys ;)


~NLS~


_Niall pov_


so what? Aku kan bukan meminta pendapatmu tapi meminta pendapat mantanmu ini”. Kata 'mantanmu' yang keluar dari bibir Louis membuat mataku dan Sherine bertemu tanpa sengaja.

Suasana menjadi hening seketika, tak ada yang bicara, sepertinya mereka sengaja agar aku atau Sherine yang lebih dulu memecahkan keheningan, aku tak tahan dengan lamanya keheningan ini, kuputuskan untuk mencari topik pembicaraan lain.

Harr..”. “Harry..”. Tanpa adanya kode, aku dan Sherine berbarengan memanggil Harry, dan lagi-lagi mata kami bertemu, oh ayolah Niall, kenapa jadi begini, aku tau ini akan menciptakan keheningan yang kedua kalinya, sedangkan yang kami panggil hanya tengok sana sini tak percaya dengan yang ia saksikan saat ini.

what?”. Harry tersenyum dan membulatkan matanya, menampakkan wajah terkejutnya serta senyum mengejeknya yang nampak jelas, “umm.. hhaha.. kenapa jadi hening begini? Kau mau bicara apa padanya, Niall? Aku hanya ingin bertanya apa ada yang ingin ia sharing padaku...., Harr?”. Ucap Sherine meredahkan suasana.

tidak jadi, kau saja”. Ucapku mengalah karena lupa apa yang harus ku bicarakan pada Harry.

Dan Harry pun langsung menjawab pertanyaan Sherine tersebut, “tidak Sher, hanya.. aku ingin bertanya padamu, tadi kulihat kau diantar seorang pria, siapa dia?”. Ia malah balik bertanya pada Sherine, Sherine terlihat berfikir sedikit apa yang akan ia jawab, dan.

'as long as you love me, i'll be your platinum, i'll be your silver, i'll be your gold. As long as you lo lo lo lo lo lo..'.

Handphoneku yang kutinggalkan dikamar berdering keras, aku bangkit dari sofa meninggalkan mereka, lagi-lagi percakapan mereka tetap terdengar jelas sampai kekamarku, jelasnya semakin terdengar saat suara Sherine yang muncul menjawab pertanyaan Harry tadi. Ternyata benar...

namanya Taylor Lautner, ia seniorku di Imperial Collage, and we.... Date”. Jawab Sherine, menekan kata terakhirnya, entah kenapa aku merasa aku tak menyukai jawbannya itu, aku membenci kata 'Date' yang keluar dari mulutnya.

since when? Saat kau masih berhubungan dengan Niall kami?”. Tanya Zayn sangat ketus, “ZAYN!”. Bentak Harry dan Louis, yang menyadari perubahan wajah Sherine yang tercengang akan ucapan Zayn. Dengan cepat Liam mendekap mulut Zayn agar ia tak mengeluarkan kata-kata yang mungkin dapat menyakiti Sherine lagi.

nope. This morning, dan aku tak melakukan hal sepicik yang kau fikirkan itu, Zayn”. Jawab Sherine melembut, mencoba meyakinkan fikiran negative Zayn terhadap dirinya itu salah, “itu sebabnya kau pulang pagi? Kau bersamanya?“. Tanya Harry mengalihkan pembicaraan karena suasana disana mulai menegangkan antara Zayn dan Sherine, “ya, aku menginap dirumahnya yang memang dekat dari rumah sakit, karena aku tak mungkin pulang larut sendiri”. Entah kenapa aku begitu mengikuti percakapan mereka tersebut, sampai tak sadar bahwa iPhone ku kembali berdering untuk kedua kalinya karena sempat mati, terlalu lama tak ku angkat.

Panggilan masuk dari Demi, buru-buru kuangkat, “hey Dem!”. Ku keraskan volume suaraku seakan memberitahu mereka yang di ruang tengah siapa yang menelfonku. Seraya berjalan untuk kembali ke sofa dan duduk bersama mereka, ku jawab telfon itu, juga pertanyaannya semalam.

okay.. aku tunggu, kebetulan kami semua disini... okay, .... dan... soal kemarin malam...... i love you too Dem”. Ku sertakan senyuman saat kalimat terakhir kulontarkan, sadar betul akan wajah teman-temanku yang terkejut akan kalimatku itu, tapi tidak dengan Sherine dan Zayn. Sherine terlihat begitu tenang, sedangkan Zayn tersenyum simpul padaku, tidak seperti Harry, Louis dan Liam yang seakan mendengar gosip bahwa Justin Bieber akan menikahi Lady Gaga, impossible...


_Niall pov End_


~NLS~


_Author pov_


Louis menjitak kepala Niall saat setelah mengantar Sherine keluar rumah karena ia harus berangkat bekerja, serta Harry yang sama geramnya dengan Louis. Menindih dan memukul habis tubuh Niall yang berbaring di sofa dengan tumpukan bantal.

Louis mengangkat Niall untuk bersandar kembali di sofa, “bodoh! Kenapa kau mengatakan itu di depannya?”. Ucap Louis mentoyor kepala Niall, bak introgasi seoarang penjahat kelas kakap.

why? Kami sudah tak ada hubungan apa-apa, dan ia sudah punya Taylor, so what's wrong?”. Jawab Niall membela.

Mereka kembali duduk di tempat masing-masing, kecuali Zayn yang sedari tadi tetap pada posisinya, tidak ikut mengantar Sherine pulang, “kau benar Niall, Sherine sudah tak ada hubungan lagi denganmu, dan kau bebas menentukan siapa saja yang dapat mengisi kekosongan hatimu, dan Demi pilihan yang tepat, Niall”. Ucap Zayn merangkul Niall, Zayn merasakan kebahagiaan tersendiri melihat Niall dapat membuka hatinya kembali seperti ini.

jadi benar kau mencintai Demi sekarang, Niall? Kau benar-benar jatuh cinta pada Demi?”. Tanya Liam mulai serius, satu-satunya selain Zayn yang tak ikut menghabisi Niall.

Niall menarik nafas panjang, mengingat perkataanya tadi saat Demi menelfonnya, “jadi, kalian fikir aku sungguh mengatakannya?”. Ucap Niall yang lagi-lagi membuat teka teki untuk mereka.

maksudmu?”. Tanya Harry mewakili kebingungan Louis, Liam, bahkan Zayn.

Niall mencoba menjelaskannya dengan suara merendah, “Demi bilang ia akan pamit pulang hari ini, dan dia ingin bertemu kalian, jadi kubilang kebetulan kalian di rumahku, sudah itu saja”. Akhir Niall Jujur.

Itu tak cukup menghilangkan kebingungan mereka, malah membuat mereka semakin bertanya-tanya, “what? Tadi.. kau bilang.. i.. love you...too..?!”. Tanya Zayn tak terima.

telfon itu sudah terputus saat aku mengatakan hal itu”. Jawab Niall santai.

Sekarang Louis, Zayn, Harry, dan Liam saling lempar pandangan yang bermacam-macam atas jawaban Niall, pandangan kebingungan, senyuman, dan langsung menangkap maksud akan ucapan Niall itu, “lalu, untuk apa kau mengatakan itu”. Tanya Zayn masih penasaran.

Sekali lagi Niall menarik dan menghembusakan nafas panjangnya, “aku tak mencintai Demi, aku hanya ingin melihat apa ekspresi Sherine saat mendengar itu, agar aku tau apa ia masih mencintaiku atau benar sudah memberikan hatinya pada Taylor. Tapi.... aku tak melihat mimik wajah yang kuharapkan keluar dari rautnya”. Jelas Niall dengan nada kecewa.

Mereka semakin mendekat pada Niall setelah mendengar penjelasannya tersebut, “tunggu. Yang kau harapkan? Jadi.. kau masih mencintai Sherine? Kau sadar Sherine lah cinta sejati mu?”. Ucap Liam mencari kejujuran dimata Niall dan menunggunya keluar dari bibir merah mudanya itu.

Niall mendengus tersenyum pada Liam, “hyaa.. ini berkat kalian yang sudah membantuku berfikir siapakah yang aku cintai, aku merasa aku memang mencintainya, terlebih saat ku tau ia sudah membuka hatinya, seakan aku tak mau mempercayai itu, itu membuat ku sakit untuk menerima kenyataan itu, ya.. aku jatuh cinta, guys. Aku sadar aku sudah jatuh cinta padanya sejak dua tahun yang lalu”. Ucap Niall dengan raut penyesalan yang terlihat jelas, meremas rambutnya kuat-kuat, seakan merasakan pusing yang teramat sangat.

Tanpa ada aba-aba, mereka memeluk Niall menenangkannya, setelah sadar Niall mengeluarkan air mata pertama yang dilihat mereka karena cinta, karena Sherine. Tak lama Harry, Liam dan Louis mulai merenggangkan pelukan mereka saat Zayn meronta-ronta karena ia terjebak dalam dekapan pelukan teman-temannya itu, “lepaskan! Niall, apa kau yakin? Tunggu, Sherine telah meyakitimu, dan secepat ini dia bisa mendapatkan penggantimu, kau masih mencintainya? dan apa kau sudah menerima alasan yang tak jelas kenapa ia memutuskanmu?”. Protes Zayn.

sudahlah Niall jangan dengarkan si bradford badboi ini...”. Ucap Liam mendekap kepala Zayn gemas, “... dengar Niall, jika dalam hatimu yang paling dalam kau merasakan denyut keyakinan bahwa Sherine lah cinta sejatimu, kejarlah ia, dapatkan dia kembali”. Lanjut Liam meletakkan telapak tangannya di dada Niall.

ya, Niall. Aku tau kau yang tak mudah jatuh cinta sepertiku, kau menggunakannya dengan hatimu, jadi pakailah hatimu itu untuk membuktikannya, bahwa memang Sherine lah cinta sejatimu”. Lanjut Harry menepuk pundak Niall, mencoba meyakinkannya.

Niall menghapus tetes air matanya, memberikan senyum kekalahan pada mereka, “sayangnya itu tak bisa, Harr. Sherine sudah membuka hatinya pada orang lain, aku.. sudah terlambat”. Akhir Niall menggelengkan kepalanya.

yup! You righ...”. Zayn tak sempat menyelesaikan kalimatnya, ketiga temannya mendekap wajah kelimisnya lebih dulu dengan beberapa bantal dan menindihnya.

Dan ucapan Niall terakhir tadi menyeret Louis, Liam dan Harry untuk angkat bicara lagi, “Niall, kau belum terlambat”. Sahut mereka serempak.


_Author pov End_


~NLS~


_Sherine pov_


Sampai dikantor, aku langsung menuju ruanganku. Tak jarang beberapa orang yang berpapasan denganku menanyakan keadaanku pasca keluarnya darah segar dari dalam hidungku kemarin, hingga membuatku tak sadarkan diri.

hey, Sher”. Sapa rekan kerjaku, Alexa Moore.

hey, Lex”. Ku letakkan tasku di atas meja dan mendorong kursi sedikit kebelakang untuk kududuki.

Bagaimana keadaanmu?”.

lebih baik. Hari ini kita ke lokasi jam empat sore, kau sudah siapkan testimoni yang kuminta kemarin, kan?”. Tanyaku.

tenang saja, sudah kuselesaikan semua. Tapi, kau tidak ikut ke lokasi hari ini”.

Tangan-tanganku yang sibuk merapihkan beberapa folder yang berserakan di atas meja kini terhenti, aku menatap Alex nanar.

kenapa? Aku sudah baikan, kau lihat sendiri kan?”.

yaa, tapi Josh bilang aku yang akan menggantikanmu hari ini”.

apa? Sekarang dimana dia?”.

Aku tak terima, aku mulai bangkit dari kursi panasku, berniat untuk mencarinya, dia memang sering sekali mengubah jadwalku seenak jidatnya tanpa memberitahuku.

dia tak disini, dia kelokasi lain hari ini bersama si centil Campbell”. Ucap Alexa sebal,dan memaksaku menghentikan langkahku.

dan sebaiknya kau tanyakan pada si hitam yang selalu menjemputmu tiba-tiba itu, aku curiga, dia sekongkol dengan Josh”. Lanjut Alexa menyunggingkan bibir tipisnya.

apa? Hitam?”. Kataku terkekeh mendengar ucapannya.

sudahlah, aku akan membuat coffee, kau mau?”.

no, thank's Lex”.

okay”.

Aku kembali duduk di kursiku, entah kenapa tiba-tiba kini fikiranku tersesat pada satu titik lain. Aku memikirkan hal lain. Kata-katanya yang sedikit membuatku teriris. Apa yang terjadi pada Zayn? Kenapa ia tiba-tiba bersikap dingin padaku? Sindirannya dirumah Niall tadi, masih terngiang dikepalaku. Aku tak percaya ia bisa mengeluarkan pendapatnya seperti itu, tapi... mungkin jika aku diposisinya, aku akan melakukan hal yang sama sepertinya.

Ia begitu menyayangi Niall, ia tak bisa melihat Niall terluka, tapi... apa benar Niall terluka akan keputusanku saat itu, apa masih ada kemungkinankah ia mencintaiku? Ahh.. bicara apa kau Sher? Niall sudah memiliki Demi! Ya, akhirnya Niall menemukan Cinta sejatinya.

Dan saat ku beritahu kabar itu pada mereka.. kabar hubungan ku dengan Taylor Lautner...

Aku membuka tas ku, mengeluarkan buku kecil berwarna hijau muda berbahan bludru dengan gambar seekor burung hantu yang hinggap di salah satu dari beberapa tangkai pohon, seolah menunggu helai demi helai daun yang jatuh berguguran.




Pena bertinta hijau glitter yang sudah tersimapan didalamnya ku genggam kini. Dan mulai menulis lagi..


Princess Nose's Diary

'4 November . 02:26 pm.

Bohong? Sudah keberapa kalinya aku melakukan itu padamu? Entahlah... tapi aku senang, aku bahagia, akhirnya, aku bisa mendengar kalimat manis itu lagi keluar dari mulutmu, 'i love you too', tapi.. itu bukan untukku. Tidak, tidak akan boleh keluar untukku, karena memang bukan aku cinta sejatimu. Kau tau Niall? Aku bahagia, aku bahagia kau benar-benar menemukan cinta sejatimu, sama denganku. Ya.. sama.. hanya, aku tak bisa memiliki cinta sejatiku itu, tak bisa........'

kenapa tak bisa? Aku sudah disini, gapailah aku, jangan kau fikirkan hal itu jika kau bersamaku”. Suara itu muncul dari sampingku, Taylor membuka tangannya lebar, seakan memintaku untuk memeluknya, dan.. ia sudah membaca diaryku hari ini! tak puaskah ia membacanya di hari-hari sebelumnya?

kau! Kenapa kau selalu datang mengejutkanku? Dan.. kenapa kau disini? Jangan bilang aku harus..”.

yups, kita harus melakukan 'ritual' itu hari ini juga. Si Cullen itu bilang, ini tak bisa di tunda lagi”. Aku menghela nafas panjang. Kemudian aku kembali teringat ucapan Alexa tadi.

wait! Jadi, kau benar sekongkol dengan Josh dan kau juga yang meminta izinku pada pamanmu hari ini?”. Ya, pemilik kantor ini adalah paman Taylor. Aku bisa dibilang beruntung mendapatkan pekerjaan ini dengan mudahnya, karena Tay yang merekomendasikan aku pada pamannya saat itu.

yeaa, dan aku sudah memintanya untuk memberikan cuti selama kurang lebih tiga bulan untukmu”.

apa? Tiga bulan? Selama itukah?”. Ucapku mengernyit tak percaya.

tidak, lima bulan lebih lama, ku harap kau sudah siap”. Aku semakin tajam menatap Taylor.

tak bisakah besok saja? Aku baru sampai, ”. Pintaku memohon, namun ia menggeleng pasti.

no Sher! Aku tak mau menurutimu lagi kali ini, kau harus menyelesaikannya, agar proses selanjutnya segera kita lakukan,”. Jelas Taylor.

dan, mungkin kali ini efeknya akan lebih dari sebelumnya, bagaimana?”. Lanjutnya.

efek seperti apa? Kau membuatku takut”.

nanti saja setibanya disana”.

Aku menunduk mengingat kejadian kemarin, sedikit dari efek yang terjadi karena 'ritual' itu. Taylor bertekuk lutut di depanku mencari wajah yang tertutup gerai halus rambut hitamku ini, “ hey? Kenapa? Kau belum siap? Kau takut lagi? Okay i'm sorry... baiklah aku kalah lagi darimu, aku akan mencoba membujuk si Cullen itu, lagi pula kau belum memeriksa gigimu jadi kita lakukan itu besok”. Ucap Taylor mengusap lembut tanganku, menyadari kekalahannya lagi dalam perdebatan denganku.

Ku angkat kembali wajahku, “aku bohong jika aku menjawab siap atau tidak takut, Tay. Dan bisakah kita tak melakukan 'ritual' itu, itu malah menggangguku, membuat pekerjaanku terganggu akan fisikku yang malah menurun ini, Tay”.

okay, tapi kau kan bilang sendiri, 'ini demi tujuanku dan aku harus melakukannya karena semuanya belum selesai dengan baik' iyakan?”. Aku tersenyum akan ucapannya yang meniru saat aku bicara, yang ternyata membuatku sadar bahwa aku sering mengatakan hal itu padanya hingga membuatnya hafal akan kalimat itu.

Jadi bagaimana kau mau menyelesaikannya, jika kau tak mau berusaha untuk kembali seperti sedia kala? Sher! Kau bisa kembali seperti semula, sungguh, jika kau mau berjuang, ini belum terlambat, Sher”. Lanjut Taylor.

kau yakin?”.

yeah! Ooh.. kemarilah sayaang..”. Taylor memelukku erat dan mengelus kepalaku lembut.

'tidak Tay, ini sudah terlambat...'. Batinku memejamkan mataku menahan tetesanya air hangat yang ingin jatuh ke pipiku satu per satu, tak mau mengingkari janji yang telah ku buat sendiri.


~NLS~


Princess Nose's Diary

'5 November . 09:46 pm.

Besok 'ritual' itu akan dimulai, untuk kedua kalinya setelah beberapa minggu yang lalu kuhentikan untuk mencoba melupakan apa yang terjadi padaku saat ini. Karena 'ritual' itu darah itu keluar dari lubang hidungku, dan tubuhku yang malah melemah serta wajahku yang selalu memucat. Mencoba terlihat segar dengan make up yang selalu tersedia di dalam tasku, make up yang mampu menutupi rahasiaku yang nampak di luar setelah 'ritual' itu, tanpa itu aku tau aku akan terlihat seperti mayat hidup.

Seperti live reportku terakhir, aku tak menggunakan make up ku setebal mungkin, bersamaan dengan keluarnya tetesan itu untuk pertama kalinya setelah aku menghentikan 'ritual' itu beberapa minggu lalu, Taylor bilang itu efeknya dan aku tak boleh menghentikannya, jadi aku harus melakukan 'ritual' itu sesuai prosedur yang ada, tak boleh kuhentikan lagi.

Entah berapa lama aku menjalani 'ritual' itu, yang ku tau ini tak akan bisa membantuku sepenuhnya, hanya menambahnya sedikit saja.

Ku harap ini cepat berakhir....

Melihat jam dinding yang menunjukkan angka sepuluh lewat, “ia terlambat lagi”. Decakkuyang ditujukan pada seseorang yang sudah berjanji akan menjemputku hari ini untuk ke tempat 'ritual' itu. Ku tutup diary book ini, kusimpan dalam laci meja samping ranjangku, dan kembali menemukan sebuah map putih, ini bukan pertama kalinya.




Setiap aku menyelesaikan tulisan-tulisanku dalam diary itu, aku selalu meletakkannya di dalam laci ini yang didalamnya beralaskan sebuah map putih, map putih pertama yang ku terima dari Taylor Lautner, map yang berisikan malapetaka untukku.


~NLS~





|To Be Continued|

NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<

DON'T BE SILENT READER!! kalo reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO, jangan cuma baca aja yawh :) If you want respect, then respect others!


Don't forget to send ur feedback! Or visit my twitter account @FathimHaddad501  for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 6 ;)

0 comments:

Post a Comment

 

My Imagination Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea