Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 3}
Author: @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
|Welcome to my
Imagination|
Hope you like this guys
;)
~NLS~
_Niall pov_
Di
perjalanan pulang, setelah kami menghadiri pertunangan teman kami,
“Sher, sudah setengah tahun lebih sejak kau memutuskan untuk
mencari cinta sejati, apa kau sudah menemukannya?”. Tanyaku.
Aku
sadar kini ia melihatku tak percaya menanyakan hal semacam ini untuk
pertama kalinya sejak hari itu, “menurutmu?”. Ucapnya, memintaku
menebak, “belum. Dengar, ini hanya tebakanku”. Kataku.
“hhahaha..
umm.. yaaa, memang belum, mungkin suatu saat nanti cinta sejatiku itu
akan datang dengan sendirirnya, entah kapan, bagaimana denganmu,
Niall?”. Ia balik bertanya, dan aku hanya menggeleng tetap fokus
menyetir, memperhatikan jalan.
Dan
akhirnya aku memberanikan diri bertanya padanya, tentang apa yang
kulihat di pesta pertunangan temanku tadi. Sherine, dengan seorang
pria berkulit sedikit gelap dariku.... , “lalu, siapa pria yang
bersamamu tadi? Ia terlihat begitu akrab denganmu”. Tanyaku.
Terbayang sesosok pria berambut hitam dan beralis tebal tadi, dimana
ia mengusap lembut hidung Sherine yang entah kenapa membuatku
berapi-api saat itu.
Sherine
bangkit dari sandarannya, menatapku tajam, “kau melihatnya? Umm..
apa kau juga mendengar pembicaraan kami? Dimana kau saat aku
bersamanya?”. Sherine malah balik bertanya, membuatku tak mengerti
maksud ucapannya.
Traffic
light berganti warna, membuatku terpaksa menekan pedal rem mobil
Sherine agar berhenti, “maksudmu? Aku hanya melihat kalian dari
kejauhan, yaa.. meskipun tak terdengar apa yang kalian bicarakan,
tapi sepertinya kalian begitu akrab, kau tak pernah cerita padaku
tentang dia”. Ucapku membalas tatapannya.
Sherine
kembali bersandar, menghirup paksa udara berkali-kali menahan cairan
yang ingin keluar dari dalam hidungnya dan menyekanya yang juga entah
keberapa kalinya, “dia temanku, Taylor Lautner, tepatnya ia
seniorku dulu saat aku masih kuliah, tapi kami berbeda jurusan, kami
mulai dekat dan menjadi teman sekitar enam bulan yang lalu”.
Jelasnya dan aku hanya mengangguk-angguk seolah mempercayainya. Aku
tau melihat sikap mereka tadi, mereka tidak hanya terlihat sebagai
teman, apa sebenarnya Sherine sudah menemukan cinta sejatinya?
“kau
flu lagi?”. Tanyaku mengalihkan pembicaraan.
“ya”.
Singkatnya dan tak berapa lama ia bersin setelah tissue telah siap
didepan wajahnya, menekan hidungnya dengan tissue, dan membuang
tissue tersebut ketempat yang ternyata sudah ia sediakan untuk
membuang semua tissue yang telah ia pakai, dan aku memang sudah
terbiasa akan bersin dan flunya tersebut, “tapi kulihat dalam
sebulan ini kau sepertinya sudah lebih dari lima kali flu, Sher”.
Ucapku menebak-nebak.
“benarkah?
Dari mana kau tau itu?”. Tanyanya tak percaya dengan suara yang
mulai berubah karena efek flu itu, “oh ayolah Sher, rumah kita
berdempetan, suara bersinmu selalu mengganggu tidurku”. Jawabku dan
mengatur gigi mobil agar melaju.
“okay!
Baiklah! Mulai hari ini aku akan bersin di kupingmu, agar kau semakin
terganggu!”. Ucapnya ketus, “coba saja kalau berani! Aku akan
mencubit hidungmu terlebih dahulu”. Balasku ketus.
'as
long as you love me, i'll be your platinum, i'll be your silver, i'll
be your gold. As long as you lo lo lo lo lo lo..'.
Tiba-tiba hanphoneku berdering.
“Sher
bisa kau ambil handphoneku disaku? Ada yang menelfon, tolong kau
angkat”. Pintaku karena terlalu sibuk mengatur setiran mobil jazz
ini, “tidak mau”. Tolaknya melipat kedua tangannya dan
mengalihkan pandangannya ke kaca mobil.
“oh
ayolah Sher, aku sedang mengemudi, kau mau kita menabrak sesuatu?”.
Pintaku lagi dan akhirnya Sherine menurut walau masih dengan tampang
cembetutnya, “Hallo?..... hey Harry?.... yaa ini aku Sherine, ad..
heey, kau mengenali suaraku yang bindeng
ini?...............hhaha..... hya ia bersamaku, ia sedang
mengemudikan mobilku, jadi aku yang mengangkat telfonmu, ada
apa?................ hmm, okay akan aku sampaikan padanya, ada
lagi?..... okay, baiklah................ yeaa next time maybe,
akhir-akhir ini aku sibuk dengan live reportku Harr...... okay, i
promise... bye”.
Mungkin
Harry memintanya untuk bertemu mereka, karena sejak ia sibuk dengan
pekerjaanya, Sherine jarang bertemu keempat temanku itu, hanya
berpapasan atau kebetulan saja mereka bertemu.
Sherine
memang begitu akrab dengan Harry dan juga member 1D lainnya, tapi
tidak dengan Zayn sejak hari itu, padahal dulu Sherine dan Zayn cukup
dekat. Tapi semenjak aku memberitahu mereka bahwa hubungan kami
berakhir, Harry Liam dan Louis menyesali hal itu, karena artinya
Sherine akan jarang bertemu mereka. Berbeda dengan Zayn, ia menduga
bahwa Sherine berpaling ke lain pria, itu sebabnya ia memutuskan
hubungan kami, aku tau Zayn terlalu 'protektif' padaku, ia paling
sensitif jika aku tersakiti, dan aku kembali teringat pria di pesta
tadi, apa benar Sherine seperti itu?
Sambil
menyerahkan handphoneku ia menyampaikan pesan dari Harry tadi, “Harry
bilang, kau harus kerumahnya sekarang, Liam, Zayn dan Louis sudah
disana juga, hhh..hhHHACHIIIH...!!........ , dan kau akan kembali
sibuk lagi sepertinya”. Ucapnya mengambil jeda setelah bersinnya
untuk mengambil nafas panjang.
Kami
sampai dirumah, kumasukkan mobil Sherine ke garasinya yang tidak
terlalu besar, “Okay thanks, yaa kami baru saja merilis album, akan
banyak tour dan lainnya”. Jelasku, mematikan mesin mobil dan kami
keluar.
“kau
tak mau ikut?”. Ajakku, “untuk apa? Yang ada aku hanya mengganggu
kalian dengan bersinku ini, lagi pula ini sudah larut, Niall”.
Sherine tersenyum layu, mengambil kunci yang ada ditanganku.
“gud
nite”. Ucapku tiba-tiba saat memperhatikan punggungnya yang mulai
menjauh, dan ucapan itu mampu masuk kedalam telinganya.
Sherine
berbalik, menatapku dengan lembut, terlihat jelas raut wajah
letihnya, “gud nite, Niall”. Ucap Sherine sebelum berbalik dan
bersin kembali.
_Niall pov
End_
~NLS~
_Author pov_
Duduk
disofa bermotif abstrak tempat Niall bersandar menghilangkan penat
yang amat menghantuinya selama beberapa minggu terakhir ini ia
rasakan bersama The boys, dengan dua bungkus keripik kentang dan dua
kaleng soda disampingnya, mampu menghancurkan kepenatannya tersebut.
Sibuk
mengajak bicara benda mati dihadapannya, sesekali mengunyah satu per
satu keripik kentang disamping kirinya yang hampir habis pada bungkus
kedua, ia benar-benar berbicara pada sebuah laptop berkuran kurang
lebih 14 inci seolah ia memang berbincang pada seseorang.
Ia
tak sendiri di ruang tengah milik Harry itu, ada Zayn yang sibuk
menelpon momnya, Louis dan Liam yang bertengkar habis melalui video
game dihadapan keduanya, “Niall! Sudah cukup twitcamnya, cepat kau
lihat ini”. Dan Harry yang tiba-tiba datang, mematikan paksa video
game yang sebelumnya dikuasai oleh Liam dan Louis, ucapannya
tersebutpun mampu membuat Niall mengakhiri twitcamnya itu, “....
okay guys, i'll be back letter, nite!”. Akhir Niall.
“HAZZ!!
WHAT ARE YOU DOING?!”. Teriak Louis berlebihan tak terima Harry
menggantinya ke channel tv yang sedang menayakan breaking news. Dan
tak perlu Harry menjawab, gambar yang di hasilkan dari dalam televisi
tersebutlah yang menjawab.
“ayolah
Harr, ini bukan pertama kalinya Sherine live report”. Protes Liam
membantu Louis, Sementara didalam layar televisi tersebut, Sherine
terus melaporkan hasil pantauannya di lokasi kejadian yang sedang
amat sangat ramainya karena sebuah acara parade yang mewarnai jalanan
di gelap dan dinginnya malam, mewawancarai beberapa orang
disekitarnya, “nooo! Bukan itu maksudku, Niall, Look at her face”.
Jawab Harry menegaskan.
Niall
bangkit dari sofa menghampiri Harry yang sudah berada setengah meter
dari layar OLED tv berukuran 55 inci tersebut, “ia begitu pucat”.
Lanjut Harry, karena tata pencahayaannya yang kurang menerangi wajah
Sherine, Harry membantu menjelaskan apa yang Niall lihat pada raut
wajah mantan kekasihnya itu. Louis, Liam, juga Zayn yang sudah
mematikan telefonnya saat Louis berteriak tadi, kini ikut
memperhatikan wajah Sherine yang sama ceria dengan segerombolan orang
yang menyaksikan parade dan pesta kembang api tersebut, namun
bibirnya yang terlihat pucat, dan matanya yang sayuplah yang
membuatnya terlihat tak sehat.
“biasa
saja, mungkin ia tidak menggunakan make up nya, atau mungkin itu
untuk mencari perhatian penonton saja”. Ucap Zayn ketus, “hey
Zayn, bicara apa kau?”. Tegur Harry, “sudahlah, mungkin Zayn
benar ia tak menggunakan make upnya jadi terlihat pucat”. Ucap
Niall.
Kini
layar tesebut tak lagi menampakkan sosok gadis berdarah asli
Indonesia itu, melainkan hasil gambar yang di tangkap sang kameramen
tentang apa yang Sherine laporkan tadi,“apa dia kelelahan? Apa dia
mencoba menyembunyikan rasa letih dengan lebar senyum palsunya itu?”.
Tanya Liam memecahkan keheningan di ruang tengah, “mungkin, okay
boleh ku teruskan gamenya?”. Pinta Louis, namun tak ada seorangpun
yang sempat menjawab, tiba-tiba layar televisi tersebut kembali
menampakkan sesuatu yang membuat mereka semua tercengang, termasuk
Niall.
“oh
my god, Sherine!”. Ucap Harry, dan seketika Niall mengambil kunci
mobilnya disofa dan memakai black hoodienya dengan tergesa-gesa
setelah melihat akhir dari laporan yang Sherine berikan. Namun bukan
itu, melainkan tepat di akhir scene laporannya hidung Sherine yang
seketika mengeluarkan tetes demi tetes Darah.
~NLS~
Sampai
di Carnaby Street, tempat parade itu berlangsung, Niall mencari
sebuah lokasi yang ia lihat di OLED TV milik Harry tadi, sambil
sesekali menyentuh tanda call pada layar iPhonenya dibawah deretan
angka yang memang sudah tersimpan sejak dua tahun lalu.
“Sheriiine,
cepat angkaat”. Ucapnya menerobos kesela-sela ratusan orang
disekitarnya, tak perduli ada yang mengenalinya atau tidak, bahkan
memeluknya atau memintanya untuk berfoto bersama ia tolak dengan
ramah, “i'm so sorry, aku sedang mencari temanku, sorry”. Ucapnya
memohon.
Terbebas
dari kerumunan orang, Niall langsung menangkap sebuah lokasi yang ia
cari-cari, ditambah sebuah mobil yang berlabel besar symbol stasiun
televisi tempat mantan kekasihnya itu bekerja. Menambah kecepatan
berjalannya, Niall menghampiri mobil tersebut dan menangkap sosok
pria yang sepertinya seorang kameramen karena ia menenteng camera
recordnya.
“hey
man, kau partner Sherine bukan, dimana ia?”. Sambar Niall langsung
saat sudah di belakang pria itu, dan pria itu yang memang seorang
kameramen pun berbalik, “ya,... hey, kau Niall Horan from One
Direction? Mencari Sherine? Ia dibawa kerumah sakit dekat sini”.
“apa?
Rumah sakit?”. Tanya Niall lagi tak percaya, karena ia fikir
Sherine hanya kelelahan saja, “yaa, saat live report tadi tiba-tiba
ia mengeluarkan banyak darah dari hidungnya dan kemudian pingsan”.
Jawab pria itu yang di dada sebelah kirinya tergantung tanda pengenal
bertuliskan Josh Martinez namanya.
Niall
sempat kaget dengan kata pingsan yang keluar dari mulut pria itu,
“pingsan? Okay, Thank you man”. Akhir Niall menepuk pundak Josh,
kemudian kembali melangkahkan kakinya lebih cepat dan siap untuk
melewati kerumunan masyarakat tadi, juga fans-fansnya yang lagi-lagi
tak dihiraukannya.
“Niall!”.
Tinggal dua puluh meter lagi ia sampai di mobilnya, tiba-tiba
seseorang memanggilnya, “Demi?”. Ucap Niall menerka, sementara
seorang gadis yang melepas kacamata hitam besarnya, juga tudung
Hoodie hitam gliter yang melindungi rambutnya berlari kecil
menghampiri Niall.
“hey,
kau ada disini juga? Sendiri? Aku tak melihat Harry dan yang
lainnya”. Ucap Demi menggelengkan kepalanya kekanan dan kekiri
mencari yang dimaksud.
“Kau?
Kenapa bisa disini?”. Tanya Niall tak percaya temannya yang juga
penyanyi itu bisa sampai di london tanpa seorangpun yang tau
kehadirannya di kota ini, “aku sedang refreshing, hanya beberapa
hari, dan saat kudengar akan ada parade besar-besaran di kota ini,
jadi aku kesini untuk melihat langsung. Dan kalau aku tau kau juga
kesini aku akan memintamu menjemputku, dan kita pergi bersama”. Tak
merespon perkataan demi lagi, Niall langsung teringat maksud awal
kedatangannya ke tempat ini.
“sorry
dem, aku harus buru-buru”. Ucap Niall menghamiri mobilnya, “hey
ada apa?”. Tanya Demi yang menyusul Niall, “Sherine masuk rumah
sakit”. Jelas Niall menekan sebuah tombol pada kunci mobilnya, “kau
masih berhubungan dengannya?”. Tanya Demi tak percaya.
“maaf
dem, aku benar-benar harus pergi sekarang”. Pinta Niall masuk
kemobilnya, Demi menahan pintu tersebut, dan berkata, “tunggu! Aku
ikut”.
~NLS~
“Sherine!”.
Panggil Niall saat keluar dan menutup pintu mobilnya, “Niall?”.
Terka Sherine yang menyipitkan matanya, melihat siapa yang
memanggilnya di balik remang-remangnya kegelapan, “Kenapa kau
disini?”. Tanya Sherine menuruni tangga datar milik The Princess
Grace Hospital untuk menghampiri Niall, “kau tak apa-apa? Bukankah
kau pingsan? Aku melihatmu mimisan”. Ucap Niall tak percaya melihat
Sherine baik-baik saja dan terlihat lebih segar dari yang ia lihat di
televisi rumah Harry.
“Hhaha..
kau cemas? ya.. benar, tapi aku hanya keletihan saja, mm.. kalau kau
fikir aku sakit kenapa kau tak membawakanku sesuatu? Makanan?
Buah-buahan? Hhaaah aku tau kau ini kan pelit kalau soal makanan”.
Ucap Sherine yang benar-benar tidak terlihat bahwa ia adalah pasien
Rumah Sakit ini.
Wajah
Niall terlihat jelas perubahan dari raut kecemasannya menjadi
pura-pura tidak cemas, “tiiidak, siapa bilang aku cemas? Aku hanya
ingin lihat apa... kau benar-benar mimisan atau... hanya acting untuk
mencari perhatian pada orang-orang yang melihatmu di tv tadi!”.
Jawab Niall ketus, Sherine tak terima dengan perkataan Niall, ia
memukul habis kepala dan tangan Niall berkali-kali, “iih.. dasar
blonde bear!”. Teriak Sherine disela pukulannya pada Niall yang
merintih kesakitan.
“hey
Sher, kelihatannya kau tidak sakit”. Ucap Demi yang keluar dari
mobil Niall, seketika Sherine menghentikan pukulannya pada Niall,
tawanya berubah segaris senyuman yang tak berarti apa-apa, “hey
juga Dem, yaa aku hanya kelelahan, kau disini?”. Tanya Sherine yang
sama bingungnya dengan Niall saat pertama bertemu Demi di kota ini,
mengingat Demi bukanlah Asli orang sini.
“yaa,
aku berlibur untuk beberapa hari, dan kudengar ada parade
besar-besaran di kota ini, jadi aku kesini untuk melihat, dan
kebetulan tadi aku melihat Niall, dia bilang bahwa kau pingsan,
tapii..”. Jelas Demi panjang lebar, dan mengambil jeda pada bagian
terakhir untuk melihat tajam Sherine dari kepala hingga ujung
kakinya, “... kau terlihat baik-baik saja”. Lanjut Demi.
Merasa
kurang menarik untuk dilanjutkan pembicaraan itu, Sherine
meninggalkan mereka, “aku tidak apa-apa, sebaiknya kalian lanjutkan
acara kalian, aku harus kembali untuk menyelesaikan administrasi,
bye”. Pamit Sherine sebelum berbalik kembali masuk ke 'Rumah
Sakit'.
“Sher!”. Niall mencoba memanggil dan menyusulnya, “sudahlah Niall”. Demi menarik tangan Niall, menahan laju langkah si blonde itu, “kau lihat? Ia baik-baik saja, sekaraang bagaimana jika kita dinner bersama? Aku sudah lapar”. Pinta Demi menarik Niall kembali ke mobil, tak perduli akan tatapan Niall yang mengarah pada pintu rumah sakit yang baru saja Sherine lewati.
“Sher!”. Niall mencoba memanggil dan menyusulnya, “sudahlah Niall”. Demi menarik tangan Niall, menahan laju langkah si blonde itu, “kau lihat? Ia baik-baik saja, sekaraang bagaimana jika kita dinner bersama? Aku sudah lapar”. Pinta Demi menarik Niall kembali ke mobil, tak perduli akan tatapan Niall yang mengarah pada pintu rumah sakit yang baru saja Sherine lewati.
_Author pov
End_
~NLS~
_Sherine
pov_
Princess
Nose's Diary
'3 November . 11:45 pm.
Kukira
kau akan sulit mendapatkan penggantiku, Diakah cinta sejatimu? Aku
bahagia Niall, sungguh, kau bisa membuktikan bahwa kau memang bisa
menemukan cinta sejatimu, yaa.. aku bahagia kau bisa jatuh cinta,
jatuh cinta yang sesungguhnya, dan kau tau Niall? Aku juga merasakan
hal yang sama padamu saat ini, dan kau tau siapa dia, ya dia.... pria
itu adalah....'
'Tess..
Tess..'.
~NLS~
|To Be
Continued|
Don't forget
to send ur feedback! Or visit my twitter account @FathimHaddad501 for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 4 ;)



0 comments:
Post a Comment