Wednesday, April 17, 2013

#NLS Princess Nose And True Love {Part 8}

Posted by Unknown at 10:05:00 PM

Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 8}

Author: @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad

Genre: Romantic

Rating: G (General)

Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
          - @SherineCArifa as Sherine Arifa
          - @OfficialTL as Taylor Lautner
          - @christiemburke as Christie burke
          - And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}

Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato





|Welcome to my Imagination|

Hope you like this guys ;)


~NLS~


_Author pov_




And live while we're young
Crazy, crazy, crazy till we see the sun
I know we only met but let's pretend it's love
And never, never, never stop for anyone
Tonight let's get some
And live while we're young
Wanna live, wanna live, wanna live
Come on, younnngg
Wanna live, wanna live, wanna live
While we're young
Wanna live, wanna live, wanna live

Tonight let's get some

And live while we're young~

Selesai show, mereka berkumpul di backstage. Para kru memberikan baju ganti untuk mereka. Niall, Harry, Zayn, Liam dan Louis mengambil pakaian mereka masing-masing dan menggantinya di toilet.

Hening dalam toilet tersebut. Lima pria tampan didalamnya nampak sibuk merias diri mereka masing-masing, bungkam seribu bahasa, mungkin karena terlalu lelah juga. Tapi Niall tau apa yang akan membuat rasa lelahnya itu hilang seketika, “kita jadi makan malam, kan?”. Tanya Niall antusias.

perut saja terus yang kau urus, Niall!”. Ejek Zayn.

aku kan lapar”.

kau baru menghabiskan empat bungkus keripik kentang berukuran besar dan menghabiskan sisa keripik kentangku kau bilang kau masih lapar?”.

sudahlah Zayn, kau seperti baru kenal dia satu menit yang lalu saja”. Potong Liam.

yasudah, kalian mau makan dimana?”. Sahut Harry yang masih membenarkan retsleting celananya.

Nando's!”. Seru Niall mewakili mereka yang masih di ruang ganti dalam toilet itu.

okay, tapi kau yang traktir, Niall”. Ucap Liam.

kenapa harus aku? bayar sendiri-sendiri saja”. Protes Niall.

kau kan yang merekomendasikan tempatnya, hhaha”. Sambung Zayn yang sedari tadi terfokus memperhatikan pantulan dirinya di cermin, sibuk membenarkan rambutnya yang tak selesai-selesai.

bagaimana kita ajak pasangan-pasangan kita juga? Aku akan menelpon Eleanor”. Sahut Louis yang kepalanya muncul tiba-tiba di sela pintu ruang gantinya.

Harry keluar dari toiletnya menghampiri washtaffle bergabung dengan Niall yang sudah selesai, juga Zayn yang masih sibuk membenarkan rambutnya dihadapan cermin, “pasangan? Aku tak punya pasangan!”. Teriak Harry.

Harr, I hope Zarry is Reall”. Ucap Zayn merangkul dan mencium pipi Harry.

Dengan geram yang di buat-buat, Louis keluar dari ruang gantinya, “NO! ZAYN, KAU SUDAH PUNYA MOM NYA TAQQI!”. Seru Louis yang kini memisahkan rangkulan mereka.

dia tak disini!”.

aku tak perduli! Calm, Harr. You.. with me”. Lanjut Louis, sedangkan Liam dan Niall hanya terkikik geli akan sifat bromance itu.

bagaimana dengan Ele?”. Timpal Harry seraya memijat keningnya dengan wajah cembetut.

aku akan berpasangan denganmu juga Ele”. Jawab Louis mencoba memberikan ciumannya untuk Harry, namun Zayn lebih dulu membekap mulut Louis.

okay! berarti hanya Louis, Liam, dan Niall yang membawa pasangannya masing-masing”. Seru Harry.

aku? Aku tak punya pasangan”. Sahut Niall, meralat ucapan Harry.

tak punya? Bagaimana dengan Sherine?”. Louis ikut mengangguk antusias akan ucapan si curly yang kini menyunggingkan kedua sudut bibirnya sehingga munculah jimat yang mampu melelehkan hati para gadis akan lesung pipinya itu.

Sherine? Hhuh.. kalian kan tau aku tak ada hubungan apapun lagi dengannya”. Ingat Niall membuat lesung pipi Harry menghilang perlahan.

kau belum mengatakannya, Niall?”. Tanya Louis yang masih bertelanjang dada, mendaratkan kedua tangannya di pinggang, mentap Niall dengan penuh tanda tanya.

mengatakan apa?”. Tanya Niall mengangkat bahunya, sedikit tak mengerti maksud pertanyaan Louis.

kau mencintainya!”. Teriak Louis gemas.

nonono.. dia sudah memiliki Taylor, Lou. Aku tak ingin menghancurkan hubungan mereka”.

masa bodoh dengan si kulit gelap itu, harusnya kau tetap mengatakannya, aku yakin Sherine juga masih mencintaimu”. Ucap Lou, disambut anggukan dari Harry, dan Liam yang kini sudah selesai menggunakan ruang gantinya.

sudahlah jangan paksa Niall terus-menerus, Sherine kan sudah bilang sendiri bahwa dia hanya menyukai Niall saja, bukan mencintainya. Dan ia sudah memilih jalan hidupnya sendiri, jadi untuk apa Niall memberitahu perasaannya, aku tak mau Niall dianggap mengusik hubungan mereka”. Ujar Zayn merangkul Niall dan memberikan dengus senyumnya. Membuat Niall berfikir benar apa yang dikatakan Zayn itu, Sherine hanya menyukainya dan ia tak mau dianggap mengusik hubungan mereka.

tapi setidaknya Sherine harus tau perasaan Niall yang sebenarnya, bahwa ia masih mencintai Sherine, dan aku setuju pada Lou bahwa Sherine juga pasti masih mencintai Niall”. Ucap Harry serius hingga terlihat jelas kerutan diantara kedua alisnya.

jika Sherine masih mencintai Niall, untuk apa ia memutuskan hubungan mereka? Sudah pasti Sherine memiliki perasaan pada orang lain, bukan pada Niall, dan mana mungkin Sherine menyukai dua pria sekaligus, Harr. ... Tapi, jika itu benar, berarti aku salah menilai Sherine sebelumnya, ternyata ia bukan gadis baik-baik, murahan”.

Zayn! Shut up! Kau boleh berkomentar, tapi jangan kau jelek-jelekkan Sherine seperti itu, jika kau mengulanginya, aku tak akan memaafkanmu”. Terlihat raut wajah ketidaksukaan Niall yang amat jelas, ia melepas paksa rangkulan Zayn, mengatup bibirnya, memandang Zayn dengan perasaan tak senang. Itu membuat Zayn mengerti bahwa Niall memang benar-benar tidak menyukai ucapannya yang asal ceplos saja.

Zayn terdiam lama akan sahutan protes dari Niall, membuat suasana kembali hening sementara, “i'm sorry, Niall”. Ucap Zayn menyesal.

okay, sekarang berikan iPhonemu”. Seru Harry seraya menengadahkan tangannya pada Niall.

for what?”. Tanya Niall ingin meminta alasan Harry unuk apa ia harus memberikan gadgetnya itu, namun Harry tak perduli akan pertanyaan singkat Niall, ia mulai meraba-raba saku celana Niall.

Harry, kembalikan iPhone ku! Kau mau apa? Harr!”. Pinta Niall mencoba merebut iPhonenya kembali dari tangan Harry, namun dihalangi Louis dan Liam, membantu Harry yang sekarang sibuk mengutak-atik benda persegi panjang ditangannya itu, menyapu layar benda itu dengan jari jemarinya, seperti mencari sesuatu didalam sesuatu yang ia temukan disaku Niall ini.

Niall masih berusaha keras meraih iPhonenya tersebut, perasaannya mulai tak enak, ia tau kejahilan teman-temannya itu akan di mulai sekarang, “Harry, kembalikan!”.

sshhshhtt!”. Harry mempoutkan sepasang bibir tipisnya itu, tapi untuk sebuah peringatan, dengan tangan kiri yang terangkat menunjukkan pada mereka semua kelima jarinya dan tangan kanan yang menggengam iPhone Niall ke telinganya.






........... , Halo? Sherine?”. Sekarang Niall cukup panik, ia takut Harry akan mengatakan semuanya pada Sherine seperti apa yang dilakukannya dua tahun silam.

hey! Buat apa kau menelfonnya?!”. Omel Niall berbisik, namun Harry nampak tak perduli, ia begitu serius mendengar suara diseberang sana.

ouh..... , Sherine bersamamu?”. Sekarang mereka ikut serius mendengarkan Harry. Tak hanya Niall Louis dan Liam, bahkan Zayn pun ikut memproseses dalam otaknya sebuah pertanyaan yang baru saja Harry lontarkan kepada lawan bicaranya saat ini.

.... , WHAT? tidur? Bersamamu?”. Suasana di toilet kini hanya terdengar gema suara Harry, posisi mereka pun sekarang semakin mendekat padanya. Louis yang menempelkan telinganya di tangan Harry yang menggenggam iPhone Niall, sedangkan Niall sendiri yang berdiri di hadapan Harry memperhatikan setiap gerak bibir dan perubahan dari raut wajah si curly bermata hijau itu setiap detiknya.

bukan, aku temannya, kau mau bicara dengannya?”. Setelah mendengar jawaban seseorang diseberang sana, Harry menyerahkan kembali iPhone itu kepada pemiliknya. Niall sendiri nampak sedikit bertanya-tanya pada Harry melalui tatapan isyaratnya.

Taylor Lautner”. Jawab Harry, seakan mampu membaca pikiran Niall.

Niall memandangi layar iPhonenya, nampak ragu apa yang nanti akan dibicarakannya pada pria yang sempat membuatnya benci karena merebut cintanya begitu saja. Tanpa sepengetahuan Harry, Louis, Liam dan Zayn, Niall sempat menelan Ludah sebelum ia mulai meletakkan iPhonenya di telinga, “yeah? Halo?.. Halo?..... ”.

Niall memastikan kembali layar iPhonenya, apakah ia tak sengaja menekan end call atau... 'tuut..tuut..tuut'.

terputus”. Seru Niall setelah melihat layar iPhonenya yang sekarang hanya menampakkan wallpaper foto member One Direction.


~NLS~


Hembusan angin kencang di kala senja menabrak pohon jeruk yang cukup kokoh berdiri tegak di pinggir pekarangan taman, namun rantingnya tak sama kokoh. Ranting-ranting tersebut bergoyang mengikuti arus kencangnya angin malam itu, membuat bulatan kecil berwarna orange itu ikut bergoyang, dan suara gemericik dedaunan yang berdesir menabrak dedaunan lainnya.

Hembusan angin itu semakin kencang, suara gemuruh dedaunan pada ranting tadi terdengar sampai ruangan 501 milik The Princess Grace Hospital disampingnya.




Seorang pria yang sibuk dengan pena dan notenya merasa terusik dengan suara tersebut, ia meletakkan pena dan juga note itu di meja ranjang pasien dihadapannya. Menghampiri sebuah jendela cukup besar yang memiliki tirai panjang dengan nuansa coklat dan orange, senada dengan warna lantai dan jendelanya. Pria itu menutup jendela agar anginnya tak masuk dan suara rintihan ranting itu tak mengganggu telinganya lagi.

'drrt..drrrrtt...drrt'. Pria itu berdengus panjang karena suara lain kini muncul mengganggu telinganya kembali, hanya bukan berasal dari jendela tadi. Sebuah benda persegi panjang bergerak dan menghasilkan bunyi tak mengenakkan tersebut.

Sebuah pemberitahuan yang terdapat dalam layar benda itu menunnjukkan bahwa ada panggilan masuk yang ditujukan pasti untuk si pemilik benda tersebut. Namun si pemilik itu tetap diam tak bergerak di atas ranjang empuknya. Terpejam sejak tujuh jam yang lalu, dengan wajah pucat pasi serta bibir yang nampak kering.

Pria itu tak ingin mengangkat untuk menjawab panggilan itu sebenarnya, tapi karena panggilan itu menunjukkan pemberitahuan lain maka ia merasa harus mengangkatnya, mengangkat panggilan itu, panggilan dari Niall Horan, mantan kekasih Sherine pasiennya.

hallo?..... , bukan, aku Taylor Lautner, ...”. Taylor nampak bingung, orang itu tak menanyakan padanya siapa dirinya atau ada hubungan apa aku dengan si pemilik iPhone di genggamanku ini. Seprtinya seseorang diseberang sana sudah mengenalnya. 'apa Sherine menceritakanku padanya?'. Batin Taylor

ya, dia sedang tertidur”. Jawab Taylor seraya memandangi wajah yang terlelap pucat dihadapannya kini.

Seseorang disana sempat membuat Taylor hampir terpingkal karena pertanyaan yang menurutnya tak masuk akal, “..... , Nonono, dia tidur di ranjangnya sendiri. Umm.. kau Niall Horan? Ada yang ingin ku bicarakan padamu”. Akhirnya Taylor membulatkan tekatnya untuk mengungkap segalanya yang ia tau tentang Sherine selama ini pada Niall. Ini memang kesempatan besarnya, ia ingin semuanya berakhir, ia tak mau menopang sebuah rahasia besar, ini akan membuatnya di posisi terjahat pada akhirnya nanti.

oh.. sorry, of course, please”. Ucap Taylor setelah ia tau ternyata yang ia ajak bicara saat ini bukanlah Niall.

Taylor, kembalikan handphoneku”. Tiba-tiba seruan lembut namun bernada perintah itu memaksa Taylor berbalik melihat yang memanggilnya, ia hampir terkejut melihat pasiennya sadar dan melihatnya kini menggengam benda milik gadis itu, dan telah lancang mengangkat panggilan telfon unutuknya. Bukan hanya itu, Taylor sudah hampir memberitahu segalanya tanpa izin pasiennya itu, mungkin setelah ini ia akan mendapat omelan gadis itu, lagi.

Sherine? Kau sudah..”.

kembalikan”. Bisik Sherine, bangkit dari tidurnya seraya menengadahkan tangannya. Taylor memberikannya, dengan cepat Sherine menyentuh layar merah disudut kiri handphonenya, lalu menonaktifkan iPhonenya. Takut yang baru saja ia putuskan sambungan telefonnya akan kembali menelfonnya.

Taylor susah payah menelan ludahnya, ia takut Sherine marah padanya atas kelancangannya ini, hingga membuat kondisi Sherine semakin memburuk. Tidak, Taylor tak ingin itu terjadi, ia begitu menyayangi peri kecilnya itu, “i'm sorry Sher, aku tak bermaksud lancang padamu, aku hanya ingin...”.

aku mengerti. Tapi tidak sekarang, Tay”. Masih dengan mata yang sayup Sherine tetap tersenyum simpul mencoba mengerti akan tindakan Taylor yang hampir memberitahu segalanya pada Niall.

Taylor membantu Sherine mengatur posisi ranjangnya agar ia bisa bersandar, “ Aku belum siap jika ia mengetahui semua ini sekarang. Jika suatu saat ia memang perlu tau tentang ini, itu bukan dari mulutmu, aku sendiri yang akan memberitahunya”. Lanjut Sherine.

perlu? harus, Sher! Ia harus tau kondisimu saat ini, dan kapan kau akan memberitahunya? Setelah semuanya sudah terlambat? Tidak, Sher. Itu akan membuatnya semakin berdosa padamu, ia akan merasa tak berguna untukmu”. Sambar Taylor yang terus menatap lurus Sherine.

berdosa? Of course, No. Ia tak mungkin seperti itu, ia sudah tak mencintai aku lagi kok, kan sudah kukatakan, ia sudah memiliki gadis lain di hatinya, dan aku bahagia akan itu”. Sherine masih menjawabnya dengan lembut, mencoba mengimbangi kondisinya saat ini pasca menjalani radioterapi pagi tadi.

bahagia? Kau sakit dan menutupi sakitmu itu dengan mengorbankan cintamu kau bilang kau bahagia?”. Taylor mendengus mencengkram hebat ujung rambutnya, tak habis pikir bahwa Sherine terus membohongi perasaannya sendiri.

Sherine, aku memang tak tau ia seperti apa, sosoknya seperti apa, bagaimana sifatnya, tapi aku tau satu hal tentangnya. Aku yakin ia masih mencintaimu, Sher”. Ucap Taylor yang kini melembut, menatap peri kecilnya lurus, seakan ia sudah mengenal dekat dengan Niall.

Taylor memang tak tau sama sekali tentang Niall, bahkan tentang One Direction. Salah satu persoil 1D yang ia tau hanyalah Harry, karena tak sedikit yang membicarakan ia dimana-mana. Mungkin Taylor juga tak menyadari bahwa tadi ia berbicara dengan Harry One Direction lewat telfon. Taylor memang tak begitu update tentang music atau dunia hiburan, yang ia tau hanyalah news dan dunia kesehatan.

Karena itu, sulit untuk Taylor mencari tau siapakah Niall yang Sherine maksud, ia juga tak memiliki banyak waktu untuk mencari pria itu karena jadwal kerjanya yang cukup padat. Tentu bukan hanya Sherine sajalah pasiennya. Tapi bisa saja ia bertanya langsung pada Sherine tentang pria itu dan keberadaannya. Tapi itu mustahil, karena Sherine tak memberikan secuilpun informasi keberadaan Niall, bahkan Taylor juga tak tau sampai saat ini siapakah penghuni rumah disamping rumah Sherine.

bagaimana kau bisa bicara seperti itu sedangkan kau tak pernah mengenal ataupun melihatnya?”. Kata Sherine menyepelekan.

entahlah, kurasa aku melihatnya lewat matamu, aku melihat sosok lain dimatamu”. Jawab Taylor kembali menatap lurus Sherine, mencerna betapa indahnya warna mata pasiennya itu.

Taylor keluar sebentar, dan kembali dengan membawa segelas air dan beberapa bungkus yang sepertinya bungkus obat-obatan. Taylor memberikan pil juga segelas air untuk Sherine, pil yang memang harus diminum sebelum ia makan, Sherine berusaha keras menelannya, karena ia harus menelan tiga pil sekaligus.

hhuh.. sudahlah, Tay. Lagi pula ia sudah memiliki seseorang yang mencintainya saat ini, dan itu sudah lebih dari cukup bagiku”. Sahut Sherine sambil menyerahkan kembali gelasnya pada Taylor.

Kini Taylor sudah terlalu geregetan dengan sikap Sherine yang selalu memalingkan dan mencoba menghilangkan perasaannya itu, “lagi pula? Itu artinya kau masih mencintainya, Sher. Kau tau itu tapi kau tak mau menunjukkan itu padanya dan tak mau mencoba untuk mempertahankan cintamu. Disaat seseorang yang dengan susah payah mencari cinta sejati, kau malah membiarkan cinta sejatimu pergi, ada apa denganmu?”.

Taylor sudah naik pitam, ia memang sering membujuk Sherine untuk tidak membuat suatu rahasia kepada siapapun tentang kondisi juga persaannya, tapi kali ini ia seperti memaksa Sherine untuk melakukan perintahnya, untuk membongkar itu semua, tak ada lagi yang namanya rahasia.

aku mohon, Tay. Jangan paksa aku, aku bisa memilih jalan hidupku sendiri”. Sanggah Sherine, mengalihkan pandangannya dari tatapan ganas Taylor.

fine! dan kuharap kau tak salah mengambil jalan”. Ucap Taylor pergi dari hadapan gadis itu, ia kembali putus asa, karena lagi-lagi ia gagal membujuk Sherine untuk memberitahukan semuanya pada pria yang kini Taylor tak tau keberadaannya itu.

Taylor!”. Tahan Sherine, mencoba menahannya, namun justru Sherine yang telah ditahan oleh selang infus yang jarumnya masuk ke dalam kulit putih tangannya.






jangan mencoba untuk menemuiku sampai 'ritual' minggu depan”. Akhir Taylor sebelum membanting pintu.


~NLS~





|To Be Continued|
 

NB: Ekhm! maaf sebelumnya, author mau minta maaf kalo ceritanya ga nyambung, ga jelas, atau aneh, banyak typo dan garing banget. kayaknya sih gitu_- maafmaafmaaf >.<



DON'T BE SILENT READER!! kalo reader aku sih ga ada yang diem aja, mereka udah pasti ngasih feedbacknya apapun itu karena mereka menghargai karya orang ;) SO, jangan cuma baca aja yawh :) If you want respect, then respect others!



Don't forget to send ur feedback! Or visit my twitter account @FathimHaddad501  for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 9 ;)

0 comments:

Post a Comment

 

My Imagination Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea