Wednesday, April 10, 2013

#NLS Princess Nose And True Love {Part 4}

Posted by Unknown at 9:32:00 PM

Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 4}

Author: @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad

Genre: Romantic

Rating: G (General)

Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
         - @SherineCArifa as Sherine Arifa
         - @OfficialTL as Taylor Lautner
         - @christiemburke as Christie burke
         - And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}

Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato


|Welcome to my Imagination|

Hope you like this guys ;)


~NLS~


_Sherine pov_


Princess Nose's Diary

'3 November . 11:45 pm.

Kukira kau akan sulit mendapatkan penggantiku, Diakah cinta sejatimu? Aku bahagia Niall, sungguh, kau bisa membuktikan bahwa kau memang bisa menemukan cinta sejatimu, yaa.. aku bahagia kau bisa jatuh cinta, jatuh cinta yang sesungguhnya, dan kau tau Niall? Aku juga merasakan hal yang sama padamu saat ini, dan kau tau siapa dia, ya dia.... pria itu adalah....'

'Tess.. Tess..'. Sesuatu yang sudah ada di kepalaku tak sempat ku kirim kejemariku untuk menggerakkan pena ini agar dapat menggoreskan sebuah nama, karena dua tiga tetes cairan berwarna merah gelap seketika mengejutkanku karena jatuhnya yang tiba-tiba tepat diatas kertas yang sudah ku penuhi dengan kata-kata tak bermakana bertinta hijau tua gliter.

lagi? Oh God.. segitu lemahnya kah aku?”. Kataku tersenyum, mengingat akhir-akhir ini aku begitu kelelahan tapi tak pernah kurasakan rasa lelah itu sampai Tuhanku memberikanku nikmat ini agar aku beristirahat, tapi bukan itu yang ku inginkan, karena bukan saatnya aku untuk beristirahat, melainkan nanti.. yaa.. nanti.. saat semuanya sudah ku selesaikan dengan baik.


_Sherine pov End_


~NLS~


_Niall pov_




'as long as you love me, i'll be your platinum, i'll be your silver, i'll be your gold. As long as you lo lo lo lo lo lo..'. Suara itu mengganggu ku menikmati indahnya mimpi, hingga membuatku terhempas kembali kedunia nyata ini. 'ahhh kapan lagi aku bisa berduet di konser Justin seperti tadi!'. Rengekku dalam hati saat terbangun dan menyadari bahwa itu memang benar mimpi.

Malas untuk menggerakkan tubuhku agar bangkit dari tidur ini dan mencari benda berisik itu, jadi kubiarkan tanganku saja yang mencarinya, di bawah bantal, dalam selimut, dan ketemu! Kakiku yang menemukannya, kuselipkan diantara jari-jari kakiku benda itu agar dapat mentransfernya ke tanganku, “halooo?”. Ku angkat telfon itu dengan malas-malasan.

NIAAAAALLLLLL!!!!!! WHAAATT TIIIIMEE ISSIIIIIIIIITTT!!!!??”. Terima kasih ZAYN JAVADD MALIK! Kau sukses membuatku bangkit dan membuka mataku selebar-lebarnya!, kusingkirkan langsung iPhone ku dari telinga setelah mendengar teriakanya

Ku lihat arloji yang ternyata masih menempel di tanganku memunculkan angka 10:41 am. , ku letakkan kembali iPhoneku ke telinga, “yeaa.. i know i'm late, so what? Bukankah hari ini kita free?”. Ucapku mencoba protes atas perlakuaanya.

kau buka pintumu dulu cepaat! Kami sudah diluar dari tadi”. Muncul suara lain dari telfon itu yang ku tau itu milik Harry, masih menggengam iPhoneku, aku bangkit keluar kamar menuju pintu depan, yang jaraknya hanya delapan meter dari pintu kamarku, “kau lihat berapa missed call dariku?”. Perintah Zayn yang sudah menerobos masuk kedalam, diikuti Liam, Louis, dan Harry.

Kulihat layar iPhoneku yang menampilkan pemberitahuan bahwa ada 27 missed call, “untuk apa kalian kerumahku?”. Tanyaku menutup kembali pintu rumahku ini.

Mereka sudah memenuhi kamarku sekarang, “siapa bilang kami kesini untuk kerumahmu? Kami kesini untuk kerumah Sherine, dan mereka memaksaku ikut untuk melihat keadaanya, tapi ternyata ia tidak ada, baguslah”. Ucap Zayn, sudah mengambil posisi yang nyaman di sofa kamarku.

Kuhampiri Zayn dan duduk disampingnya, “WHAT TIME IS IT ZAAAAYYYNN?!!!”. Balasku tepat di kupingnya, kulihat dengan cepat ia menutup telinganya kuat-kuat dan menatapku bingung, “ia sudah berangkat, lagi pula kemarin aku menemuinya dan ia baik-baik saja”. Lanjutku memberitahunya yang kufikir mereka sudah tau bahwa Sherine selalu berangkat jam sepuluh pagi, “syukurlah kalo ia baik-baik saja”. Potong Harry, merebahkan tubuhnya dipangkuan Zayn sambil mengutak atik handphonenya.

sebaiknya kau lihat missed call pertamaku sebelum kau BERTERIAAAAAKKK!!”. Balas Zayn lagi namun aku sudah siap meletakkan tanganku lebih dulu di telinga, Dan aku hanya cengengesan setelah mengetahui bahwa mereka sudah dari jam sembilan pagi di depan rumahku, “lagi pula, siapa yang mau menemuinya!”. Lanjut Zayn.

kau masi menyimpan dendam padanya? Ayolah Zayn, aku tau Sherine gadis yang baik, kau tenang saja, aku sudah tidak apa-apa, ia juga tak seperti apa yang kau duga”. Ralatku pada pikirannya selama ini tentang Sherine, “kau yakin?”. Tanya Zayn, seolah meminta penjelasan bahwa pikirannya selama ini tentang alasan kami mengakhiri hubungan itu bukanlah karena ada pihak ketiga, melainkan memang keinginan Sherine yang ingin berstatus sahabat saja denganku, “ya,aku yakin”.

Tapi... tunggu? Jika jam sembilan pagi Sherine sudah tak ada...., “Berarti semalam Sherine tidak pulang?”. Duga Liam, mewakili apa yang kufikirkan, “i dont know”. Jawabku datar menganalisa apa yang terjadi padanya, mengingat kemarin raut wajahnya begitu cepat berubah saat menyadari aku membawa Demi. Apa ia punya firasat maksud sebenarnya Demi kesini? Tapi... ayolah Niall, dia tak mencintaimu, kau pun juga.

kenapa kau kesiangan?”. Lanjut Liam, memecahkan keheninganku, “semalam aku pulang larut, Demi memintaku untuk menemaninya makan malam dan jalan-jalan”. Jawabku.

apa? Demi Lovato? Dia disini?”. Tanya Harry yang kembali bangkit dari tidurnya, aku mengangguk, “ katanya ia kesini untuk liburan beberapa hari saja”. Lanjutku, berjalan ke dapur, mengambil minuman untuk mereka dan beberapa roti gandum juga susu kaleng untukku.

aku tak percaya, pasti ia ingin menemuimu, dia tau bahwa kau sudah putus dengan Sherine bukan?”. Ungkap Louis sambil mengutak atik lemari tv ku untuk mengambil video game tanpa izinku, “tidak Lou.. Demi tidak mencintainya, mereka hanya dekat karena mereka berteman”. Ralat Harry.

Aku kembali dan melemparkan kaleng soda kepada mereka masing-masing, “tidak”. Ucapku kembali duduk disamping Zayn lalu membuka kaleng susu di tanganku, tak kusadari mereka menungguku melanjutkan kalimatku, “Louis's right, she love me”.

Sadar betul perubahan ekspresi wajah mereka, satu per satu kulihat, yang menurutku Louis lah yang amat sangat berlebihan mengekspresikan wajah terkejutnya seperti saat Harry mencabut paksa lakban dimulutnya beberapa tahun yang lalu.

Aku tau mereka ingin menanyakan suatu hal yang sama, 'benarkah?'. Tapi saat terdengar deru mesin motor didepan rumahku membuatku bangkit dan menghampiri jendela kamar, melihat siapakah yang datang.

Sherine?”. Ucap Liam tepat disamping telingaku, ternyata mereka semua bertumpuk-tumpuk disampingku ikut mengintip.




 “dengan siapa dia? Aku baru melihatnya”. Sambung Harry saat melihat sesosok pria asing yang tak asing bagiku, karena aku sudah pernah melihatnya sekali. Di pesta pertunangan itu. Pria dengan ransel dipunggungnya, kacamata hitam dan jaket dengan warna serupa masih duduk diatas motornya seraya berbincang dengan Sherine yang entah kutahu apa yang mereka bicarakan.




hhah.. sekarang apa kau yakin, Niall?”. Tanya Zayn padaku, “maksudmu?”. Aku balik bertanya karena memang tak tau apa maksudnya, “kau yakin Sherine memutuskanmu bukan karena ada pria lain?”. Jawab Zayn memperjelas pertanyaannya tadi, “apa? Tidaktidaktidak.. Sherine tak boleh bersamanya, ia harus kembali pada Nialler!”. Sambar Harry tak terima.

no Zayn, aku yakin Sherine tak melakukan hal itu, jika memang mereka ada hubungan, itu tidak pada saat aku dan Sherine masih bersama, ahh.. sudahlah, lupakan”. Jelasku, “lalu siapa pria itu? Kekasih barunya?”. Tanya Liam, “Taylor Lautner, aku tak tau tentang hubungan mereka saat ini, tapi terakhir Sherine bilang dia seniornya di Imperial Collage London”. Jelasku, dan mereka ber-O ria, kecuali Zayn yang kini memutar bola matanya dan kembali ke sofa, “ia tampan”. Sahut Louis, dan disambut senyum terbalik ketus dari Harry, “tapi tidak lebih tampan darimu”. Lanjut Lou, saat menyadari akan tatapan Harry tersebut.

but Niall, apa kau tak bisa mencoba memperbaiki kembali hubunganmu dengan Sherine, katakan padanya bahwa alasannya itu salah”. Sahut Harry, kembali serius menatapku, sedangkan disisi lain Sherine sudah membawa masuk pria itu kerumahnya, dan mereka hanya berdua, tidak salah lagi, Sherine pasti sudah menemukan cinta sejatinya itu, “tidak Harr, itu tidak mungkin, kami tidak....”.

tidak saling jatuh cinta? kalian hanya saling menyayangi sebagai sahabat?”. Potong Harry dan Louis berbarengan, “Ohh.. ayolah Niall.. kau sangat mencintainya!”. Sambung Harry mengoyak-oyakkan tubuhku.

yea, Harry benar, kami bisa melihat itu kemarin, raut wajah kecemasanmu terlihat begitu jelas saat baru dua tetes saja darah yang keluar dari hidung Sherine”. Ungkap Liam, “exactly! Sadarlah Niall.. dialah cinta sejatimu. Sherine!”. Ucap Louis menepuk-nepuk gemas pipiku.

Sambil mengacak-acak rambutku dan mengakhirinya dengan mengusap habis wajahku, aku kembali duduk di samping Zayn, mengambil kembali roti gandumku dan susu kaleng yang belum kutelan semua, aku tak bisa berfikir jernih sekarang, aku tak bisa mengerti apa yang kurasakan saat ini, entah Sherine atau siapa yang sebenarnya cinta sejatiku, sejak itu aku seperti tak pernah meraskan yang namanya jatuh cinta lagi, bahkan aku lupa apa rasa cinta itu.

lalu bagaimana dengan Demi? Apa maksudmu bahwa ia mencintaimu?”. Tanya Liam yang sudah menyusul duduk di sampingku juga Louis meninggalkan video gamenya yang masih menyala dan duduk dihadapanku bersama Harry dibawah sofa.

Merasa pertanyaan Liam menarik, Zayn memfokuskan akan topik itu dan bertanya padaku, “ya, benar, apa kau menerimanya? Sebaiknya begitu, ku rasa ia memang lebih baik untukmu ketimbang She..”.

SHUT UP ZAYN!”. Potong Louis dan Harry kompak, mampu membungkam mulut Zayn yang kapan saja bisa terbuka kembali, sedangkan aku dan Liam tertawa kecil melihat tingkah dua bromance itu pada Zayn.

ya, apa itu benar, Niall? Maksud kami, apa kau memberi jawabannya?”. Sambung Louis yang tak sabar untuk membuatku menceritakan apa yang terjadi semalam padaku dan Demi.

aku tak memberi jawaban apa-apa padanya semalam, mungkin nanti”. Jawabku sambil menelan habis sisa roti gandumku, “maksudmu? Kau...”. Harry mencoba menerka-nerka jawaban apa yang akan kuberikan pada Demi nanti.

Tiba-tiba sesuatu yang tak seharusnya kulakuakan saat ini karena waktu yang tak tepatpun terpaksa kulakukan, dengan sengaja, keluarlah suara yang membuat teman-temanku membenci kebiasaan burukku itu, “NIALL!! KAU KENTUT SEMBARANGAN LAGI!”. Teriak Louis memukul pahaku tak terima karena ia yang paling dekat, sedangkan yang lain memukulku dengan bantal dan keluar kamar untuk mencari oksigen.

'knock..knock..knock'

ada tamu”. Sahut zayn setelah mendengar ketukan pintu rumahku, masih menjepit hidung yang mancung itu dengan tangannya. Mereka semua berlari kearah pintu untuk membukanya, saat sebuah suara muncul setelah ketukan tersebut.

Aku bangkit dan ikut keluar kamar, berniat untuk kedapur membuang sampah makananku, namun terhenti di sisi pintu saat mereka berteriak histeris setelah membuka pintu itu, “SHERIIIINEE!!!”. Teriak mereka kompak. Dan Zayn sudah pasti tidak, ia lebih memilih masuk keruang tengah lebih dulu.

apa kabar Sher?”. Tanya Liam cipika cipiki padanya, namun langsung disambar yang lain, “OMFG! i miss you sosososo badly, Sherine!”. Ucap Harry memeluknya.

kau terlihat lebih kurus dari pada di tv, kau tak makan berapa tahun?”. Sahut Louis memutar 180 derajat tubuh mungil Sherine, “dan kenapa dengan hidungmu kemarin?”. Lanjut Harry.

Sedangkan yang ditanya hanya memamerkan gigi putihnya, membalas pelukan mereka satu per satu, bingung harus menjawab yang mana terlebih dahulu karena mereka bertanya hampir bersamaan, tak membiarkan Sherine mencerna pertanyaan itu satu per satu, “masuklah Sher, ada apa kau kesini?”. Sahutku yang masih berdiri tegak di daun pintu kamarku.

Sherine mencari asal suaraku agar ia bisa menatapku saat ia menjawabnya, “aku melihat mobil kalian di depan, jadi kufikir kalian semua disini dan.. benar”. Ungkapnya, membagikan senyum bahagianya.

kita sebaiknya duduk diruang tengah Sher, you know, kami habis menghirup udara tak sedap di kamar Niall”. Ucap Louis sambil menutup hidungnya, menuntun Sherine ke ruang favoriteku dulu, saat aku masih menjadi kekasihnya, karena di ruang tersebut terdapat deretan kaca jendela yang besar yang menghadap langsung ke jendela kamar Sherine.

dia kentut”. Jelas Harry, harusnya tak perlu dijelaskan Sherine juga sudah tau maksudnya, dia tau benar kebiasaan burukku yang satu itu, dan aku juga tak pernah malu untuk melakukannya di depan mereka, lagi pula jika ditahan akan menjadi penyakit bukan? Sudahlah cukup sampai disini bahas kentutku_-.

Aku ke dapur mengambil minum untuk Sherine, percakapan mereka di ruang tengah tetap terdengar olehku begitu jelas, mereka mulai membahas kabar mereka masing-masing pada Sherine dan juga sebaliknya, kesibukan mereka, hingga percintaan Louis juga Liam, yaa itulah sebabnya Sherine begitu dekat dengan teman-temanku semua, Sherine begitu mengerti mereka, apapun yang mereka ceritakan atau suatu masalah yang sedang mereka hadapi dengan kekasihnya atau siapapun, Sherine selalu menjadi pendengar yang baik dan mencoba untuk memberikan solusi semampunya. Tapi tidak dengan masalahnya sendiri.

Sedangkan Zayn menyibukkan dirinya sendiri dengan handphonenya, menelfon Mom Trisha seperti biasa.

Thank You”. Ucap Sherine setelah menerima secangkir teh melati hangat dari ku, aku tak pernah menghilangkan kebiasaan itu walaupun kami sudah tak bersama, sudah menjadi kebiasaan, bahkan aku selalu membeli teh tersebut walaupun aku tak pernah meminumnya, setiap kali ia kerumahku, aku akan memberikannya teh melati hangat itu, malah Sherine akan meminum teh itu jika sudah benar-benar dingin. Aku tau ia suka sekali Jasmin Tea, tapi untuk kebiasaanya meminum teh dingin itu baru-baru saja, aku juga baru teringat saat Sherine mencoba Irish Stew buatanku waktu itu, ia benar-benar menunggu kepulan sup itu menghilang, entah kenapa.

Lihat lah Sher, kemarin aku baru membeli gelang ini untuk Eleanor, bagaimana menurutmu?”. Louis mengeluarkan kotak berisi gelang perak bermata berlian dari dalam sakunya

kau kan kekasihnya, Lou. harusnya kau tanya dirimu sendiri, karena kau lebih mengenal Ele ketimbang aku”.

tidaak, bukan itu maksudku, jika kau Eleanour, apa kau menyukai gelang ini?”.

aku akan memintamu memakaikannya langsung”.

benarkah?”.

hal itu saja kau minta pendapatnya”. Ejekku menyela.

so what? Aku kan bukan meminta pendapatmu tapi meminta pendapat mantanmu ini”. Kata 'mantanmu' yang keluar dari bibir Louis membuat mataku dan Sherine bertemu tanpa sengaja.

Suasana menjadi hening seketika, tak ada yang bicara, sepertinya mereka sengaja agar aku atau Sherine yang lebih dulu memecahkan keheningan, aku tak tahan dengan lamanya keheningan ini, kuputuskan untuk mencari topik pembicaraan lain.

Harr..”. “Harry..”. Tanpa adanya kode, aku dan Sherine berbarengan memanggil Harry, dan lagi-lagi mata kami bertemu, oh ayolah Niall, kenapa jadi begini, aku tau ini akan menciptakan keheningan yang kedua kalinya, sedangkan yang kami panggil hanya tengok sana sini tak percaya dengan yang ia saksikan saat ini.

what?”. Harry tersenyum dan membulatkan matanya, menampakkan wajah terkejutnya serta senyum mengejeknya yang nampak jelas, “umm.. hhaha.. kenapa jadi hening begini? Kau mau bicara apa padanya, Niall? Aku hanya ingin bertanya apa ada yang ingin ia sharing padaku...., Harr?”. Ucap Sherine meredahkan suasana.

tidak jadi, kau saja”. Ucapku mengalah karena lupa apa yang harus ku bicarakan pada Harry.

Dan Harry pun langsung menjawab pertanyaan Sherine tersebut, “tidak Sher, hanya.. aku ingin bertanya padamu, tadi kulihat kau diantar seorang pria, siapa dia?”. Ia malah balik bertanya pada Sherine, Sherine terlihat berfikir sedikit apa yang akan ia jawab, dan.

'as long as you love me, i'll be your platinum, i'll be your silver, i'll be your gold. As long as you lo lo lo lo lo lo..'.

Handphoneku yang kutinggalkan dikamar berdering keras, aku bangkit dari sofa meninggalkan mereka, lagi-lagi percakapan mereka tetap terdengar jelas sampai kekamarku, jelasnya semakin terdengar saat suara Sherine yang muncul menjawab pertanyaan Harry tadi. Ternyata benar...

namanya Taylor Lautner, ia seniorku di Imperial Collage, and we.... Date”.


~NLS~





|To Be Continued|


Don't forget to send ur feedback! Or visit my twitter account @FathimHaddad501  for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 5 ;)

0 comments:

Post a Comment

 

My Imagination Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea