Title: #NLS “Princess Nose And True Love” {Part 4}
Author: @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
Author: @FathimHaddad501 aka Syarifah Fathimah AlHaddad
Genre: Romantic
Rating: G (General)
Cast: - @NiallOfficial as Niall Horan
- @SherineCArifa as Sherine Arifa
- @OfficialTL as Taylor Lautner
- @christiemburke as Christie burke
- And other boys of @OneDiretion {Louis, Zayn, Liam, and Harry}
Cameo: - @ddlovato as Demi Lovato
|Welcome to my
Imagination|
Hope you like this guys
;)
~NLS~
_Sherine
pov_
Princess
Nose's Diary
'3 November . 11:45 pm.
Kukira
kau akan sulit mendapatkan penggantiku, Diakah cinta sejatimu? Aku
bahagia Niall, sungguh, kau bisa membuktikan bahwa kau memang bisa
menemukan cinta sejatimu, yaa.. aku bahagia kau bisa jatuh cinta,
jatuh cinta yang sesungguhnya, dan kau tau Niall? Aku juga merasakan
hal yang sama padamu saat ini, dan kau tau siapa dia, ya dia.... pria
itu adalah....'
'Tess..
Tess..'. Sesuatu yang sudah ada di kepalaku tak sempat ku kirim
kejemariku untuk menggerakkan pena ini agar dapat menggoreskan sebuah
nama, karena dua tiga tetes cairan berwarna merah gelap seketika
mengejutkanku karena jatuhnya yang tiba-tiba tepat diatas kertas yang
sudah ku penuhi dengan kata-kata tak bermakana bertinta hijau tua
gliter.
“lagi?
Oh God.. segitu lemahnya kah aku?”. Kataku tersenyum, mengingat
akhir-akhir ini aku begitu kelelahan tapi tak pernah kurasakan rasa
lelah itu sampai Tuhanku memberikanku nikmat ini agar aku
beristirahat, tapi bukan itu yang ku inginkan, karena bukan saatnya
aku untuk beristirahat, melainkan nanti.. yaa.. nanti.. saat semuanya
sudah ku selesaikan dengan baik.
_Sherine pov
End_
~NLS~
_Niall pov_
'as long as you love me, i'll be your platinum, i'll
be your silver, i'll be your gold. As long as you lo lo lo lo lo
lo..'. Suara itu mengganggu ku menikmati indahnya mimpi, hingga
membuatku terhempas kembali kedunia nyata ini. 'ahhh kapan lagi aku
bisa berduet di konser Justin seperti tadi!'. Rengekku dalam hati
saat terbangun dan menyadari bahwa itu memang benar mimpi.
Malas untuk menggerakkan tubuhku agar bangkit dari tidur
ini dan mencari benda berisik itu, jadi kubiarkan tanganku saja yang
mencarinya, di bawah bantal, dalam selimut, dan ketemu! Kakiku yang
menemukannya, kuselipkan diantara jari-jari kakiku benda itu agar
dapat mentransfernya ke tanganku, “halooo?”. Ku angkat telfon itu
dengan malas-malasan.
“NIAAAAALLLLLL!!!!!! WHAAATT TIIIIMEE
ISSIIIIIIIIITTT!!!!??”. Terima kasih ZAYN JAVADD MALIK! Kau sukses
membuatku bangkit dan membuka mataku selebar-lebarnya!, kusingkirkan
langsung iPhone ku dari telinga setelah mendengar teriakanya
Ku lihat arloji yang ternyata masih menempel di tanganku
memunculkan angka 10:41 am. , ku letakkan kembali iPhoneku ke
telinga, “yeaa.. i know i'm late, so what? Bukankah hari ini kita
free?”. Ucapku mencoba protes atas perlakuaanya.
“kau buka pintumu dulu cepaat! Kami sudah diluar dari
tadi”. Muncul suara lain dari telfon itu yang ku tau itu milik
Harry, masih menggengam iPhoneku, aku bangkit keluar kamar menuju
pintu depan, yang jaraknya hanya delapan meter dari pintu kamarku,
“kau lihat berapa missed call dariku?”. Perintah Zayn yang sudah
menerobos masuk kedalam, diikuti Liam, Louis, dan Harry.
Kulihat layar iPhoneku yang menampilkan pemberitahuan
bahwa ada 27 missed call, “untuk apa kalian kerumahku?”. Tanyaku
menutup kembali pintu rumahku ini.
Mereka sudah memenuhi kamarku sekarang, “siapa bilang
kami kesini untuk kerumahmu? Kami kesini untuk kerumah Sherine, dan
mereka memaksaku ikut untuk melihat keadaanya, tapi ternyata ia tidak
ada, baguslah”. Ucap Zayn, sudah mengambil posisi yang nyaman di
sofa kamarku.
Kuhampiri Zayn dan duduk disampingnya, “WHAT TIME IS
IT ZAAAAYYYNN?!!!”. Balasku tepat di kupingnya, kulihat dengan
cepat ia menutup telinganya kuat-kuat dan menatapku bingung, “ia
sudah berangkat, lagi pula kemarin aku menemuinya dan ia baik-baik
saja”. Lanjutku memberitahunya yang kufikir mereka sudah tau bahwa
Sherine selalu berangkat jam sepuluh pagi, “syukurlah kalo ia
baik-baik saja”. Potong Harry, merebahkan tubuhnya dipangkuan Zayn
sambil mengutak atik handphonenya.
“sebaiknya kau lihat missed call pertamaku sebelum kau
BERTERIAAAAAKKK!!”. Balas Zayn lagi namun aku sudah siap meletakkan
tanganku lebih dulu di telinga, Dan aku hanya cengengesan setelah
mengetahui bahwa mereka sudah dari jam sembilan pagi di depan
rumahku, “lagi pula, siapa yang mau menemuinya!”. Lanjut Zayn.
“kau masi menyimpan dendam padanya? Ayolah Zayn, aku
tau Sherine gadis yang baik, kau tenang saja, aku sudah tidak
apa-apa, ia juga tak seperti apa yang kau duga”. Ralatku pada
pikirannya selama ini tentang Sherine, “kau yakin?”. Tanya Zayn,
seolah meminta penjelasan bahwa pikirannya selama ini tentang alasan
kami mengakhiri hubungan itu bukanlah karena ada pihak ketiga,
melainkan memang keinginan Sherine yang ingin berstatus sahabat saja
denganku, “ya,aku yakin”.
Tapi... tunggu? Jika jam sembilan pagi Sherine sudah tak
ada...., “Berarti semalam Sherine tidak pulang?”. Duga Liam,
mewakili apa yang kufikirkan, “i dont know”. Jawabku datar
menganalisa apa yang terjadi padanya, mengingat kemarin raut wajahnya
begitu cepat berubah saat menyadari aku membawa Demi. Apa ia punya
firasat maksud sebenarnya Demi kesini? Tapi... ayolah Niall, dia tak
mencintaimu, kau pun juga.
“kenapa kau kesiangan?”. Lanjut Liam, memecahkan
keheninganku, “semalam aku pulang larut, Demi memintaku untuk
menemaninya makan malam dan jalan-jalan”. Jawabku.
“apa? Demi Lovato? Dia disini?”. Tanya Harry yang
kembali bangkit dari tidurnya, aku mengangguk, “ katanya ia kesini
untuk liburan beberapa hari saja”. Lanjutku, berjalan ke dapur,
mengambil minuman untuk mereka dan beberapa roti gandum juga susu
kaleng untukku.
“aku tak percaya, pasti ia ingin menemuimu, dia tau
bahwa kau sudah putus dengan Sherine bukan?”. Ungkap Louis sambil
mengutak atik lemari tv ku untuk mengambil video game tanpa izinku,
“tidak Lou.. Demi tidak mencintainya, mereka hanya dekat karena
mereka berteman”. Ralat Harry.
Aku kembali dan melemparkan kaleng soda kepada mereka
masing-masing, “tidak”. Ucapku kembali duduk disamping Zayn lalu
membuka kaleng susu di tanganku, tak kusadari mereka menungguku
melanjutkan kalimatku, “Louis's right, she love me”.
Sadar betul perubahan ekspresi wajah mereka, satu per
satu kulihat, yang menurutku Louis lah yang amat sangat berlebihan
mengekspresikan wajah terkejutnya seperti saat Harry mencabut paksa
lakban dimulutnya beberapa tahun yang lalu.
Aku tau mereka ingin menanyakan suatu hal yang sama,
'benarkah?'. Tapi saat terdengar deru mesin motor didepan rumahku
membuatku bangkit dan menghampiri jendela kamar, melihat siapakah
yang datang.
“Sherine?”. Ucap Liam tepat disamping telingaku,
ternyata mereka semua bertumpuk-tumpuk disampingku ikut mengintip.
“dengan siapa dia? Aku baru melihatnya”. Sambung Harry saat melihat sesosok pria asing yang tak asing bagiku, karena aku sudah pernah melihatnya sekali. Di pesta pertunangan itu. Pria dengan ransel dipunggungnya, kacamata hitam dan jaket dengan warna serupa masih duduk diatas motornya seraya berbincang dengan Sherine yang entah kutahu apa yang mereka bicarakan.
“dengan siapa dia? Aku baru melihatnya”. Sambung Harry saat melihat sesosok pria asing yang tak asing bagiku, karena aku sudah pernah melihatnya sekali. Di pesta pertunangan itu. Pria dengan ransel dipunggungnya, kacamata hitam dan jaket dengan warna serupa masih duduk diatas motornya seraya berbincang dengan Sherine yang entah kutahu apa yang mereka bicarakan.
“hhah.. sekarang apa kau yakin, Niall?”. Tanya Zayn
padaku, “maksudmu?”. Aku balik bertanya karena memang tak tau apa
maksudnya, “kau yakin Sherine memutuskanmu bukan karena ada pria
lain?”. Jawab Zayn memperjelas pertanyaannya tadi, “apa?
Tidaktidaktidak.. Sherine tak boleh bersamanya, ia harus kembali pada
Nialler!”. Sambar Harry tak terima.
“no Zayn, aku yakin Sherine tak melakukan hal itu,
jika memang mereka ada hubungan, itu tidak pada saat aku dan Sherine
masih bersama, ahh.. sudahlah, lupakan”. Jelasku, “lalu siapa
pria itu? Kekasih barunya?”. Tanya Liam, “Taylor Lautner, aku tak
tau tentang hubungan mereka saat ini, tapi terakhir Sherine bilang
dia seniornya di Imperial Collage London”. Jelasku, dan mereka
ber-O ria, kecuali Zayn yang kini memutar bola matanya dan kembali ke
sofa, “ia tampan”. Sahut Louis, dan disambut senyum terbalik
ketus dari Harry, “tapi tidak lebih tampan darimu”. Lanjut Lou,
saat menyadari akan tatapan Harry tersebut.
“but Niall, apa kau tak bisa mencoba memperbaiki
kembali hubunganmu dengan Sherine, katakan padanya bahwa alasannya
itu salah”. Sahut Harry, kembali serius menatapku, sedangkan disisi
lain Sherine sudah membawa masuk pria itu kerumahnya, dan mereka
hanya berdua, tidak salah lagi, Sherine pasti sudah menemukan cinta
sejatinya itu, “tidak Harr, itu tidak mungkin, kami tidak....”.
“tidak saling jatuh cinta? kalian hanya saling
menyayangi sebagai sahabat?”. Potong Harry dan Louis berbarengan,
“Ohh.. ayolah Niall.. kau sangat mencintainya!”. Sambung Harry
mengoyak-oyakkan tubuhku.
“yea, Harry benar, kami bisa melihat itu kemarin, raut
wajah kecemasanmu terlihat begitu jelas saat baru dua tetes saja
darah yang keluar dari hidung Sherine”. Ungkap Liam, “exactly!
Sadarlah Niall.. dialah cinta sejatimu. Sherine!”. Ucap Louis
menepuk-nepuk gemas pipiku.
Sambil mengacak-acak rambutku dan mengakhirinya dengan
mengusap habis wajahku, aku kembali duduk di samping Zayn, mengambil
kembali roti gandumku dan susu kaleng yang belum kutelan semua, aku
tak bisa berfikir jernih sekarang, aku tak bisa mengerti apa yang
kurasakan saat ini, entah Sherine atau siapa yang sebenarnya cinta
sejatiku, sejak itu aku seperti tak pernah meraskan yang namanya
jatuh cinta lagi, bahkan aku lupa apa rasa cinta itu.
“lalu bagaimana dengan Demi? Apa maksudmu bahwa ia
mencintaimu?”. Tanya Liam yang sudah menyusul duduk di sampingku
juga Louis meninggalkan video gamenya yang masih menyala dan duduk
dihadapanku bersama Harry dibawah sofa.
Merasa pertanyaan Liam menarik, Zayn memfokuskan akan
topik itu dan bertanya padaku, “ya, benar, apa kau menerimanya?
Sebaiknya begitu, ku rasa ia memang lebih baik untukmu ketimbang
She..”.
“SHUT UP ZAYN!”. Potong Louis dan Harry kompak,
mampu membungkam mulut Zayn yang kapan saja bisa terbuka kembali,
sedangkan aku dan Liam tertawa kecil melihat tingkah dua bromance itu
pada Zayn.
“ya, apa itu benar, Niall? Maksud kami, apa kau
memberi jawabannya?”. Sambung Louis yang tak sabar untuk membuatku
menceritakan apa yang terjadi semalam padaku dan Demi.
“aku tak memberi jawaban apa-apa padanya semalam,
mungkin nanti”. Jawabku sambil menelan habis sisa roti gandumku,
“maksudmu? Kau...”. Harry mencoba menerka-nerka jawaban apa yang
akan kuberikan pada Demi nanti.
Tiba-tiba sesuatu yang tak seharusnya kulakuakan saat
ini karena waktu yang tak tepatpun terpaksa kulakukan, dengan
sengaja, keluarlah suara yang membuat teman-temanku membenci
kebiasaan burukku itu, “NIALL!! KAU KENTUT SEMBARANGAN LAGI!”.
Teriak Louis memukul pahaku tak terima karena ia yang paling dekat,
sedangkan yang lain memukulku dengan bantal dan keluar kamar untuk
mencari oksigen.
'knock..knock..knock'
“ada tamu”. Sahut zayn setelah mendengar ketukan
pintu rumahku, masih menjepit hidung yang mancung itu dengan
tangannya. Mereka semua berlari kearah pintu untuk membukanya, saat
sebuah suara muncul setelah ketukan tersebut.
Aku bangkit dan ikut keluar kamar, berniat untuk kedapur
membuang sampah makananku, namun terhenti di sisi pintu saat mereka
berteriak histeris setelah membuka pintu itu, “SHERIIIINEE!!!”.
Teriak mereka kompak. Dan Zayn sudah pasti tidak, ia lebih memilih
masuk keruang tengah lebih dulu.
“apa kabar Sher?”. Tanya Liam cipika cipiki padanya,
namun langsung disambar yang lain, “OMFG! i miss you sosososo
badly, Sherine!”. Ucap Harry memeluknya.
“kau terlihat lebih kurus dari pada di tv, kau tak
makan berapa tahun?”. Sahut Louis memutar 180 derajat tubuh mungil
Sherine, “dan kenapa dengan hidungmu kemarin?”. Lanjut Harry.
Sedangkan yang ditanya hanya memamerkan gigi putihnya,
membalas pelukan mereka satu per satu, bingung harus menjawab yang
mana terlebih dahulu karena mereka bertanya hampir bersamaan, tak
membiarkan Sherine mencerna pertanyaan itu satu per satu, “masuklah
Sher, ada apa kau kesini?”. Sahutku yang masih berdiri tegak di
daun pintu kamarku.
Sherine mencari asal suaraku agar ia bisa menatapku saat
ia menjawabnya, “aku melihat mobil kalian di depan, jadi kufikir
kalian semua disini dan.. benar”. Ungkapnya, membagikan senyum
bahagianya.
“kita sebaiknya duduk diruang tengah Sher, you know,
kami habis menghirup udara tak sedap di kamar Niall”. Ucap Louis
sambil menutup hidungnya, menuntun Sherine ke ruang favoriteku dulu,
saat aku masih menjadi kekasihnya, karena di ruang tersebut terdapat
deretan kaca jendela yang besar yang menghadap langsung ke jendela
kamar Sherine.
“dia kentut”. Jelas Harry, harusnya tak perlu
dijelaskan Sherine juga sudah tau maksudnya, dia tau benar kebiasaan
burukku yang satu itu, dan aku juga tak pernah malu untuk
melakukannya di depan mereka, lagi pula jika ditahan akan menjadi
penyakit bukan? Sudahlah cukup sampai disini bahas kentutku_-.
Aku ke dapur mengambil minum untuk Sherine, percakapan
mereka di ruang tengah tetap terdengar olehku begitu jelas, mereka
mulai membahas kabar mereka masing-masing pada Sherine dan juga
sebaliknya, kesibukan mereka, hingga percintaan Louis juga Liam, yaa
itulah sebabnya Sherine begitu dekat dengan teman-temanku semua,
Sherine begitu mengerti mereka, apapun yang mereka ceritakan atau
suatu masalah yang sedang mereka hadapi dengan kekasihnya atau
siapapun, Sherine selalu menjadi pendengar yang baik dan mencoba
untuk memberikan solusi semampunya. Tapi tidak dengan masalahnya
sendiri.
Sedangkan Zayn menyibukkan dirinya sendiri dengan
handphonenya, menelfon Mom Trisha seperti biasa.
“Thank You”. Ucap Sherine setelah menerima secangkir
teh melati hangat dari ku, aku tak pernah menghilangkan kebiasaan itu
walaupun kami sudah tak bersama, sudah menjadi kebiasaan, bahkan aku
selalu membeli teh tersebut walaupun aku tak pernah meminumnya,
setiap kali ia kerumahku, aku akan memberikannya teh melati hangat
itu, malah Sherine akan meminum teh itu jika sudah benar-benar
dingin. Aku tau ia suka sekali Jasmin Tea, tapi untuk kebiasaanya
meminum teh dingin itu baru-baru saja, aku juga baru teringat saat
Sherine mencoba Irish Stew buatanku waktu itu, ia benar-benar
menunggu kepulan sup itu menghilang, entah kenapa.
“Lihat lah Sher, kemarin aku baru membeli gelang ini
untuk Eleanor, bagaimana menurutmu?”. Louis mengeluarkan kotak
berisi gelang perak bermata berlian dari dalam sakunya
“kau kan kekasihnya, Lou. harusnya kau tanya dirimu
sendiri, karena kau lebih mengenal Ele ketimbang aku”.
“tidaak, bukan itu maksudku, jika kau Eleanour, apa
kau menyukai gelang ini?”.
“aku akan memintamu memakaikannya langsung”.
“benarkah?”.
“hal itu saja kau minta pendapatnya”. Ejekku
menyela.
“so what? Aku kan bukan meminta pendapatmu tapi
meminta pendapat mantanmu ini”. Kata 'mantanmu' yang keluar dari
bibir Louis membuat mataku dan Sherine bertemu tanpa sengaja.
Suasana menjadi hening seketika, tak ada yang bicara,
sepertinya mereka sengaja agar aku atau Sherine yang lebih dulu
memecahkan keheningan, aku tak tahan dengan lamanya keheningan ini,
kuputuskan untuk mencari topik pembicaraan lain.
“Harr..”. “Harry..”. Tanpa adanya kode, aku dan
Sherine berbarengan memanggil Harry, dan lagi-lagi mata kami bertemu,
oh ayolah Niall, kenapa jadi begini, aku tau ini akan menciptakan
keheningan yang kedua kalinya, sedangkan yang kami panggil hanya
tengok sana sini tak percaya dengan yang ia saksikan saat ini.
“what?”. Harry tersenyum dan membulatkan matanya,
menampakkan wajah terkejutnya serta senyum mengejeknya yang nampak
jelas, “umm.. hhaha.. kenapa jadi hening begini? Kau mau bicara apa
padanya, Niall? Aku hanya ingin bertanya apa ada yang ingin ia
sharing padaku...., Harr?”. Ucap Sherine meredahkan suasana.
“tidak jadi, kau saja”. Ucapku mengalah karena lupa
apa yang harus ku bicarakan pada Harry.
Dan Harry pun langsung menjawab pertanyaan Sherine
tersebut, “tidak Sher, hanya.. aku ingin bertanya padamu, tadi
kulihat kau diantar seorang pria, siapa dia?”. Ia malah balik
bertanya pada Sherine, Sherine terlihat berfikir sedikit apa yang
akan ia jawab, dan.
'as long as you love me, i'll be your platinum, i'll
be your silver, i'll be your gold. As long as you lo lo lo lo lo
lo..'.
Handphoneku yang kutinggalkan dikamar berdering keras,
aku bangkit dari sofa meninggalkan mereka, lagi-lagi percakapan
mereka tetap terdengar jelas sampai kekamarku, jelasnya semakin
terdengar saat suara Sherine yang muncul menjawab pertanyaan Harry
tadi. Ternyata benar...
“namanya Taylor Lautner, ia seniorku di Imperial
Collage, and we.... Date”.
~NLS~
|To Be
Continued|
Don't
forget to send ur feedback! Or visit my twitter account @FathimHaddad501 for send your comment. Thank's :) Sampe ketemu di part 5 ;)




0 comments:
Post a Comment